MENGAPA ANDA MASIH
SAJA TIDAK BERUBAH
Saya
tertarik menulis bagian ini setelah terinspirasi dari riset yang dilakukan oleh
JAGDISH N.SHETH tentang kebiasaan
destruktif yang telah menghancurkan perusahaan-perusahaan besar yang mapan.
Dari tujuah kebiasaan yang ditemukan JOGDISH
N.SHETH, yang kemudian ditulisnya dalam buku berjudul THE SELF DESTRUCTIVE HABITS OF GOOD COMPENIES , saya menilai ada 4
kebiasaan yang cocok untuk menjelaskan kenapa banyak orang ditengah kita tidak
segera melakukan perubahan dalam hidupnya terutama dalam persoalan ekonomi pada
saat tanggungan dikeluarganya semakin berat. Ke-4 kebiasaan destruktif yang
saya maksud adalah:
1. Pengingkaran
terhadap realitas yang sudah jauh berubah
2. Arogansi, enggan menerima umpan balik
3. Sikap puas diri
4. Tidak menyadari adanya persaingan
Mari kita analisis satu persatu:
2. Arogansi, enggan menerima umpan balik
3. Sikap puas diri
4. Tidak menyadari adanya persaingan
Mari kita analisis satu persatu:
A. Pengingkaran
terhadap realita
Orang-orang disekitar
kita yang tetap saja tidak mau melakukan perubahan dalam kehidupan ekonominya
umumnya mengingkari kenyataan lingkungan kerjanya yang sudah jauh berubah.
Mereka bisa saja menyadari atau tidak menyadari adanya perubahan itu. Tiba-tiba
mereka merrasa jauh tertinggal oleh orang-orang disekitarnya, mereka menyerah
dengan keadaan itu.
B. Tidak
mau menerima umpan balik
Secara filosofis sering dikatakan,
kita diberi dua telinga oleh tuhan dan hanya dianugerahkan satu mulut dengan
tujuan agar kita lebih sering membuka diri dengan cara menerima nasehat, umpan
balik, saran dan kritik membngun daripada mengkritik, menyalahkan, menggurui
dan sebagainya. Sederhana saja alasannya. Otak kita hanya satu. Jadi, pemahaman
realitis kehidupan tidak akan selengkap pemahaman dan pengertian orang lain, yang
memang mereka jauh lebih banyak.
Jadi, ketika sejmlah
orang tidak mau berubah, ini lebih disebabkan ketidakpahaman bahwa umpan balik,
saran, dan kritik sejumlah orang jauh lebih menguntungkan dari sekedar
pemahaman dan presepsi diri kita sendiri terhadap berbagai problem.
C. Sikap
puas diri
Sikap ini membuat
sejumlah orang merasa sudah cukup dengan apa yang telah dicapai. Sikap ini
menciptakan rasa tidak perlu lagi berubah, karena semua yamg dibutuhkan sudah
tersedia.
D. Tidak
menyadari adanya persaingan
Kompetisi, persaingan, adu hebat,
cepat-cepatan / apapun istilahnya menciptakan rangsangan kesadaran untuk
memenangkan kompetisi / persaingan itu. Sebaliknya kehidupan yang berjalan
datar-datar saja, tanpa ada persaingan membuat banyak orang tidak terdorong dan
tidak tertantang melakukan sesuatu dengan cara terbaik dan paling baik dalm
hidupnya.
0 komentar:
Posting Komentar