1.
10 PERMINTAAN IBLIS YANG AKAN DIKABULKAN ALLAH SWT
Murtakibudz Dzunub - Ini
sebuah cerita renungan yang menurut saya wajib dibaca. Ceritanya Rasulallah
sedang berbicara kepada iblis dan bertanya apa saja permintaan iblis yang
sampai saat ini dikabulkan Allah SWT.
Ada 10 permintaan iblis
yang dikabulkan Allah.
“Berapa hal yang kau pinta
dari Tuhanmu?”
“10 macam”
“Apa saja?”
1. Aku minta agar Allah
membiarkanku berbagi dalam harta dan anak manusia, Allah mengizinkan. Allah
berfirman,
“Berbagilah dengan manusia
dalam harta dan anak. dan janjikanlah mereka, tidaklah janji setan kecuali
tipuan.” (QS Al-Isra :64)
“Harta yang tidak
dizakatkan, aku makan darinya. Aku juga makan dari makanan haram dan yang
bercampur dengan riba, aku juga makan dari makanan yang tidak dibacakan nama
Allah.
2. Aku minta agar Allah
membiarkanku ikut bersama dengan orang yang berhubungan dengan istrinya tanpa
berlindung dengan Allah, maka setan ikut bersamanya dan anak yang dilahirkan
akan sangat patuh kepada syaithan.
3. Aku minta agar bisa ikut
bersama dengan orang yang menaiki kendaraan bukan untuk tujuan yang halal.
4. Aku minta agar Allah
menjadikan kamar mandi sebagai rumahku.
5. Aku minta agar Allah
menjadikan pasar sebagai masjidku.
6. Aku minta agar Allah
menjadikan syair sebagai Quranku.
7. Aku minta agar Allah
menjadikan pemabuk sebagai teman tidurku.
8. Aku minta agar Allah
memberikanku saudara, maka Ia jadikan orang yang membelanjakan hartanya untuk
maksiat sebagai saudaraku.
Allah swt berfirman,
“Orang -orang boros adalah
saudara – saudara syaithan. ” (QS Al-Isra : 27).
9. Wahai Muhammad, aku
minta agar Allah membuatku bisa melihat manusia sementara mereka tidak bisa
melihatku.
10. Dan aku minta agar
Allah memberiku kemampuan untuk mengalir dalam aliran darah manusia.
Allah menjawab, “silahkan”,
dan aku bangga dengan hal itu hingga hari kiamat.
Sebagian besar manusia
bersamaku di hari kiamat.”
Iblis berkata : “Wahai
muhammad, aku tak bisa menyesatkan orang sedikitpun, aku hanya bisa membisikan
dan menggoda.
Jika aku bisa menyesatkan,
tak akan tersisa seorangpun…!!!
Sebagaimana dirimu, kamu
tidak bisa memberi hidayah sedikitpun, engkau hanya rasul yang menyampaikan
amanah.
Jika kau bisa memberi
hidayah, tak akan ada seorang kafir pun di muka bumi ini. Kau hanya bisa
menjadi penyebab untuk orang yang telah ditentukan sengsara.
Orang yang bahagia adalah
orang yang telah ditulis bahagia sejak di perut ibunya. Dan orang yang sengsara
adalah orang yang telah ditulis sengsara semenjak dalam kandungan ibunya.”
Rasulullah SAW lalu membaca
ayat :
“Mereka akan terus
berselisih kecuali orang yang dirahmati oleh Allah SWT” (QS Hud :118 – 119)
juga membaca,
“Sesungguhnya ketentuan
Allah pasti berlaku” (QS Al-Ahzab : 38)
Iblis lalu berkata:
“Wahai Muhammad Rasulullah,
takdir telah ditentukan dan pena takdir telah kering. Maha Suci Allah yang
menjadikanmu pemimpin para nabi dan rasul, pemimpin penduduk surga, dan yang
telah menjadikan aku pemimpin mahluk mahluk celaka dan pemimpin penduduk
neraka. aku si celaka yang terusir, ini akhir yang ingin aku sampaikan
kepadamu. dan aku tak berbohong.”
Sampaikanlah risalah ini kepada saudara-saudara kita, agar mereka
mengerti dengan benar, apakah tugas-tugas dari Iblis atau Syaithan tersebut.
Sehingga kita semua dapat mengetahui dan dapat mencegahnya dan tidak menuruti
bisikan dan godaan Iblis
atau Syaithan.
2.
KETIKA AKHWAT MENGAJUKAN DIRI
Murtakibudz Dzunub - "Assalamu'alaykum..."
sapaku dengan nafas setengah tersengal pada Ka Mia sambil cipika cipiki.
"Wa'alaykumussalam
warohmatullahi wabarakatuh.. Sehat Dhir?" balasnya sambil tersenyum.
"Alhamdulillah Ka...
Kakak udah lama disini?" sahutku sambil menyelonjorkan kaki.
"Baru nyampe juga
kok... Mbak Syifa telat katanya, kita diminta mulai dulu. Kita tunggu satu
orang lagi aja ya baru kita mulai liqonya..."
"Ok deh ka..."
Kami sama-sama terdiam; aku
melepas lelah sambil mengatur nafas yang sempat tersengal karena terburu-buru
menuju masjid ini, sedangkan Ka Mia berkutat dengan BB di tangannya. Entahlah,
aku melihat ada semburat yang berbeda dari wajah Ka Mia. Seperti tahu sedang
diperhatikan olehku, Ka Mia langsung mengalihkan pandangannya dari BB
ditangannya ke arahku.
"Dhira, gimana kabar
CV-mu? Udah ada CV ikhwan yang masuk belum dari Mbak Syifa?" seungging
senyumnya dan pertanyaannya membuat hati ini dag dig dug.
Waduuh, kenapa tiba-tiba
Sang Kakak menanyakan hal ini? Aku sebenarnya sudah lama tak ingin membahas
tentang hal ini. Ya, sepertinya memang belum bisa tahun ini dan aku sudah
menggeser planning itu di 2012 nanti.
"Hmm... belum Ka...
Kakak sendiri gimana? Udah lagi proses ya...?" jawabku sambil menggodanya.
Ya. Kami berdua sama-sama
sedang dalam masa pencarian dan penantian Sang Belahan Jiwa. Kadang,
waktu-waktu menjelang liqo atau setelahnya-lah yang membuat kami sering
berbincang tentang masalah perkembangan proses pencarian dan penantian ini.
Seperti saat ini yang kami bincangkan.
Teringat dulu, ketika satu
bulan aku memasuki kelompok baru ini, ada program ta-akhi (dipersaudarakan)
dari Mbak Syifa. Aku dan Ka Mia adalah salah satu pasang ta-akhi dalam
lingkaran ini. Program ta-akhi dalam lingkaran kami katanya bertujuan untuk
saling menjaga satu sama lain, saudara yang dita-akhikan adalah yang harus
paling tahu tentang kondisi saudara yang dita-akhikan dengannya. Walaupun usia
Ka Mia terpaut tiga tahun di atasku, tapi kami sudah seperti sahabat dekat,
saling bercerita termasuk masalah proses ini. Ya, program ta-akhi dalam suatu
'lingkaran' ternyata amat berdampak untuk bisa saling menjaga.
"Aku juga belum,
Dhir... Hmm... karena aku menempuh jalan yang berbeda dari yang lain..."
wajah Ka Mia terlihat memerah.
Aku memandanginya dengan
bahasa wajah tak mengerti.
"Sebenernya, aku udah
ada kecenderungan dengan seorang ikhwan..." lanjutnya sambil lekat
memandangku dan sepertinya ingin tahu apa reaksiku.
"Hah? Beneran Ka?
Siapa? Aku kenal gak?" rasa penasaranku mulai mencuat ke permukaan hingga
bertubi-tubi pertanyaan terlontar.
"Dhira pernah ketemu
kok sama orangnya. Inget ga waktu dulu pas Ramadhan, kelompok liqo kita bantuin
ngadain buka puasa bersama anak yatim dari kantorku? Nah, yang jadi MC-nya itu,
Dhir..." Ka Mia memberikan clue.
Aku mencoba
mengingat-ingat. Tak sampai lima menit, aku bisa mengingatnya dengan jelas.
Seorang laki-laki berkemeja kotak-kotak tanpa peci membawakan acara buka puasa
bersama anak yatim di daerah Jakarta Selatan. Gayanya yang supel dan agak
selengekan, tak memperlihatkan tanda-tanda bahwa dia seorang ikhwan. Tapi cukup
salut dengannya karena bisa membuat anak-anak kecil tertawa dengan lelucon yang
ditampilkannya. Aaahhh, ga salah nih Ka Mia 'naksir' ikhwan seperti dia? Ka Mia
yang terkenal sholihah, kalem dan berjilbab lebar 'naksir' ikhwan yang agak
selengekan itu.
"Hmm... bukannya Kakak
ga kenal dia sebelumnya ya? Dia itu kan yang 'punya' wilayah tempat santunan
anak yatim itu bukannya? Ketemunya pas acara itu aja kan?"
"Iya, awalnya emang ga
kenal. Ketemu dia juga pas koordinasi beberapa hari menjelang acara dan saat
acara. Tapi setelah acara, tepatnya menjelang Idul Fitri, dia add FB-ku. Dari
situ akhirnya ada komunikasi via FB. Dan ternyata kantorku juga tertarik untuk
menyalurkan qurban Idul Adha di daerahnya, maka jadilah komunikasi itu terjalin
kembali."
"Hoo... gitu... Hmm...
boleh tau ga ka? Apa sih yang membuat Kakak naksir dia?" rasa
keingintahuanku semakin memuncak, hanya ingin tahu apa yang membuat akhwat
sesholihah Ka Mia 'naksir' seorang ikhwan.
Dari kejauhan, muncullah
seorang akhwat bergamis biru dongker. Rina, seorang saudari di lingkaran ini
juga. Maka seperti kesepakatan diawal, liqo ini akan dimulai jika sudah ada
satu akhwat lagi yang datang.
"Kapan-kapan lagi aja
ya Dhir ceritanya..." ujar Ka Mia setengah berbisik sebelum akhirnya Rina
mendekati kami.
Liqo pun dimulai dengan
tilawah dan kultum. Tak berapa lama kemudian, Mbak Syifa datang dan memberikan
materi tentang sabar.
Tiba-tiba selagi asyik
mengetik poin-poin penting dari materi yang disampaikan oleh Mbak Syifa, HP
yang kupegang bergetar. Ada SMS masuk. Dari Ka Mia rupanya, padahal kami duduk
bersebelahan.
"Dhir, aku mau
lanjutin cerita yang tadi, bada liqo, bisa ga? Tapi khawatir dirimu pulang
kemaleman..."
Secepat kilat, kubalas
SMS-nya: "Insya Allah bisa Ka. Nanti aku pulang naik bajaj, tenang aja..
:)"
"Siip klo gitu, nanti
kita sambil dinner aja sekalian..."
"Azzzeeekk...
ditraktir... hehe... ^_^ ..."
"Siip, insya Allah...
^_^ ..."
Adzan berkumandang, liqo
ditutup sementara untuk shalat maghrib lebih dulu. Aku tak sabar ingin tahu
kelanjutan cerita dari Ka Mia, cerita seorang akhwat yang punya kecenderungan
lebih dulu terhadap ikhwan. Jarang-jarang ada yang cerita seperti ini ke aku,
patut didengarkan. Ya walau kadang ketika seorang akhwat bercerita tak
memerlukan saran, maka cukupkan cerita itu sebagai pelajaran.
Liqo pun dilanjutkan.
Setelah diskusi tentang materi, saatnya sharing qhodhoya (masalah) dan evaluasi
binaan serta amanah. Hingga akhirnya, tepat adzan isya berkumandang, liqo pun
usai. Kami bercipika cipiki ria sebelum pulang. Sementara yang lain memutuskan
untuk pulang, aku memutuskan untuk sholat isya dulu di masjid, sedangkan Ka Mia
yang sedang datang bulan menungguku di teras masjid.
Usai sholat isya, aku dan
Ka Mia mulai menelusuri jalan di sekitar RSCM untuk mencari tempat makan.
Akhirnya pilihan tempat makan jatuh pada sebuah restoran seafood. Kami memilih
menu nasi goreng seafood dan juice strawberry. Sambil menunggu menu yang akan
dihidangkan, mulailah cerita tadi sore dilanjutkan.
"Oiya Dhir, tadi sore
ceritanya sampai mana ya?" pancing Ka Mia lebih dulu.
"Ohh... tadi itu aku
nanya, apa sih yang membuat Kakak punya kecenderungan sama ikhwan itu?"
"Hmm.. Ok, aku akan
cerita Dhir. Selama ini aku bisa nahan cerita ini, tapi sepertinya hari ini ga
bisa kutahan untuk ga cerita ke kamu. Jadi, tolong dijaga ya..." lagi-lagi
senyumnya menyejukkan jiwa.
"Siip Ka, tenang aja.
Palingan nanti aku minta ijin buat nulis tentang ini, itupun kalo Kakak
ngijinin... hehe, dengan sedikit penyamaran tentunya. Maklum, penulis, slalu
mencuri-curi kesempatan untuk menuliskan pengalaman yang inspiratif..."
jawabku sekenanya.
Ternyata direspon baik oleh
Ka Mia, "Boleh banget Dhir, aku percayakan ke kamu deeh..."
Menu yang ditunggu pun
datang. Berhubung lapar sangat, aku meminta ijin untuk mendengarkan cerita
sambil makan. Dan Ka Mia pun memulai ceritanya.
"Alasan aku punya
kecenderungan dengan ikhwan itu sebenernya karena ada kriteria calon suami yang
pas pada dirinya. Ini terkait karakter dia, entahlah aku merasa 'klik' aja
dengan karakternya. Orangnya supel dan dengan gayanya yang seperti itu, aku
yakin dia bisa memudahkan aku untuk berda'wah di keluarga besar. Karena selama
ini, aku agak sulit 'berpengaruh' di keluarga besar."
Masya Allah, alasannya
ternyata itu; karakter untuk memudahkan berda'wah di keluarga besar. Beda dah
emang kriteria akhwat sholihah untuk calon suaminya, bervisi da'wah euy. Bukan
kriteria fisik, misalnya putih dan tinggi, seperti yang biasanya sering
dicurhatkan ke aku oleh beberapa akhwat yang mencantumkan putih dan tinggi
sebagai kriteria calon suami mereka. Ya, karena jika dilihat dari fisiknya,
ikhwan yang dicenderungi oleh Ka Mia, termasuk yang biasa saja, standar, tidak
putih dan juga tidak tinggi, tapi tetap lebih tinggi Sang Ikhwan dibandingkan
Ka Mia.
"Oohh gitu Ka... trus
akhirnya apa yang Kakak lakukan?" tanyaku sambil menyeruput juice
strawberry.
"Akhirnya, setelah
istikharah beberapa malam, aku sampaikan tentang hal ini ke Mbak Syifa. Mbak
Syifa pun berusaha mencarikan jalur tarbiyah Sang Ikhwan lewat teman Mbak
Syifa. Nunggu kabar itu, lama banget, berminggu-minggu baru dapat kepastian
bahwa ternyata temannya Mbak Syifa yang ada di daerah yang sama dengan ikhwan
itu, ga bisa mendeteksi karena ga ada yang kenal dengan ikhwan itu. Waaah,
sempet terpikir tuh sama aku, ini ikhwan, tarbiyahnya sehat gak ya? kok ga
dikenal ya di daerahnya sendiri? Mbak Syifa pun ga bisa bantu lagi. Kembali aku
istikharah, nanya sama Allah, gimana lagi ini caranya untuk menemukan jalur
tarbiyahnya? Dan akhirnya petunjuk itu datang. Aku teringat pas koordinasi
acara santunan anak yatim itu, aku juga koordinasi sama seorang akhwat selain
sama Sang Ikhwan. Tentunya Sang Akhwat mengenal baik Sang Ikhwan karena berada
di satu daerah. Akhwat itu udah punya anak dua, Mba Nany namanya. Aku beranikan
diri menyatakan hal itu ke Mba Nany via FB, tapi ijin dulu ke Mbak Syifa. Mba
Syifa mempersilakan. Alhamdulillah, Mbak Nany merespon cepat, beliau minta
Murobbiyah-ku untuk hubungin beliau, kemungkinan besar Mbak Nany tahu jalur
tarbiyah Sang Ikhwan. Aku kasih tahulah respon ini ke Mbak Syifa dan minta
tolong Mbak Syifa hubungin Mbak Nany. Aku kasih nomor Mbak Nany ke Mbak Syifa."
"Sambil dimakan
Ka..." sela-ku karena melihat nasi di piring Ka Mia masih banyak
dibandingkan nasi di piringku yang tinggal beberapa suap.
Ka Mia pun menyuapkan nasi
goreng seafood ke mulutnya.
"Waah, ribet juga ya
Kak, prosesnya. Salut aku, Kakak sampai sebegitu beraninya."
"Ya namanya juga
ikhtiar, Dhir... Aku juga ga nyangka bakal seberani ini. Tapi ya itu tadi,
sebelum bertindak apa-apa, aku istikharah dulu, curhat ke Allah. Dan Allah
memantapkan hati ini untuk bertindak pada akhirnya, makanya aku berani. Pas mau
cerita ke Mbak Syifa dan Mbak Nany aja, ada rasa ga berani... Tiap mau kirim
message, pasti di-delete lagi, diurungkan niatnya. Baru ada keberaniaan
mengirim message setelah shalat istikharah..."
Masya Allah, baru kali ini
aku mendengar cerita akhwat yang mencari jalur tarbiyah ikhwan. Biasanya,
ikhwan yang berusaha mencari jalur tarbiyah akhwat. Benar-benar jalan yang
ditempuh berbeda dari yang lain. Tak sabar diri ini menunggu cerita selanjutnya
dari Ka Mia.
"Trus akhirnya udah
ada progress dari Mbak Nany dan Mbak Syifa?"
Ka Mia menyeruput juice
strawberry-nya baru kemudian melanjutkan cerita, dengan sedikit menghela nafas.
"Huuffhh. Ya, aku udah
dapet kabar dari Mbak Syifa, baru aja kemarin Mbak Syifa meminta aku
kerumahnya. Jadi ternyata, Mbak Nany itu harus nanya dulu ke Murobbiyahnya
untuk mencari tahu siapa Murobbi Sang Ikhwan. Makanya agak lama juga
progressnya, hampir satu bulan. Mbak Syifa ga tau bagaimana Murobbi Mbak Nany mengkomunikasikan
hal ini ke Murobbi Sang Ikhwan, yang jelas Mbak Syifa mohon tidak menyebutkan
namaku, untuk menjaga izzah. Trus barulah dapet kabar kalo Murobbi Ikhwan itu
agak keberatan dengan akhwat yang mengajukan diri lebih dulu, dan ada
kemungkinan Murobbi Ikhwan itu sudah punya proyeksi akhwat lain untuk Sang
Ikhwan. Mungkin Sang Murobbi menginginkan binaanya ta’aruf dimana masing-masing
belum saling kenal, berbekal dari CV pilihan sang Murobbi, masih seperti jaman
awal da’wah dulu. Kalo kata Mbak Syifa, kebanyakan Murobbi Ikhwan itu biasanya
memang masih belum menerima jika ada akhwat yang mengajukan diri lebih dulu,
beda dengan Murobbi Akhwat yang lebih terbuka dan ga mempermasalahkan kalo ada
akhwat yang mengajukan diri. Jadi memang agak sulit kalo Mbak Syifa harus
ngomong langsung ke Murobbi Sang Ikhwan. Soalnya kan udah tau pandangan Murobbi
Ikhwan itu terkait akhwat yang mengajukan diri lebih dulu, seperti apa.
Lagipula sempat disinggung kemungkinan sudah ada proyeksi akhwat lain untuk
sang ikhwan dari Murobbinya. Kalo Mbak Syifa langsung menghubungi Murobbi Sang
Ikhwan, itu pasti mau ga mau akan membuka namaku. Mbak Syifa juga masih bingung
makanya mau gimana kelanjutannya dan keputusan itu diserahkan ke aku; mau
dihentikan atau mau tetap lanjut tapi gimana caranya? Ya, gitu deh ceritanya...
Gimana tanggapanmu, Dhir?" Ka Mia mengakhiri cerita itu dengan senyum
simpulnya.
Aah... Ka Mia masih bisa
tersenyum dengan kabar seperti itu. Jika aku berada di posisinya mungkin sudah
menyerah dengan perjuangan untuk menuju ta'aruf yang super duper ribet seperti
itu. Belum aja ta'aruf, sudah ribet sedemikian rupa, apalagi jika sudah ta'aruf
dan menuju jenjang pernikahan.
"Hoalah... Kok ribet
banget ya ka? Murobbi ikhwan udah jelas-jelas keberatan kalo akhwat mengajukan
diri lebih dulu dan sepertinya udah punya proyeksi akhwat lain untuk Sang
Ikhwan. Uppss... maaf Ka..." aku menahan kata-kata lainnya untuk
dikeluarkan, khawatir menyinggung perasaan Ka Mia.
"Kok minta maaf? Ga
papa Dhir... Ya begitulah ikhwan, kadang sulit dimengerti. Aku juga belum tau
apakah Sang Ikhwan memiliki kecenderungan yang sama atau ga sepertiku.
Masalahnya, baru kali ini aku menemukan seseorang yang aku rasa 'klik'
denganku, maka aku mau coba berusaha mengikhtiarkan jalan ini. Di usia yang
sudah seharusnya menikah, apalagi yang ditunggu jika ada seseorang yang dirasa
sudah cocok dengan kita. Jalan satu-satunya adalah mengikhtiarkan walaupun aku
belum tau sebenarnya apakah ikhwan itu punya kecenderungan yang sama. Jika
sudah diikhtiarkan jadi ga penasaran. Toh kalo jodoh ga kemana kan?"
Aah... Kata-katanya ini
sungguh menancap dalam ke relung hatiku. Usia Ka Mia yang saat ini sudah
menginjak 26 tahun memang sudah selayaknya menikah. Aku saja yang 3 tahun
dibawahnya juga sedang dalam pencarian dan penantian, apalagi Ka Mia yang sudah
bertahun-tahun mencari dan menanti. Tak terbayangkan bagaimana perasaannya
selama itu menanti.
"Iya, ka... insya
Allah jodoh ga pernah ketuker. Kalo memang Ka Mia berjodoh di dunia ini dengan
ikhwan itu, insya Allah jalan menuju kesana pasti terbuka. Hmm... kalo
menurutku ga masalah sebenernya akhwat mengajukan diri lebih dulu, itupun ada
contohnya dari bunda Khadijah. Ya tapi memang ga lazim aja di jaman sekarang
ini, masih dianggap tabu bagi sebagian besar orang. Oya, aku mau tanya sama
Kakak donk, apa Kakak udah tahu betul bagaimana akhlaq Sang Ikhwan hingga
akhirnya Kakak berniat mengajukan diri lebih dulu?" naluri konsultan mulai
muncul dalam diri.
"Insya Allah udah,
Dhir. Ketika aku mengutarakan hal ini ke Mbak Nany, yang juga kenal baik dengan
ikhwan itu, aku juga minta dijelaskan bagaimana karakter dan sifat Sang Ikhwan
selama bekerjasama dengan Mbak Nany. Mbak Nany bilang, Sang Ikhwan punya daya
juang yang tinggi, walau terlihat selengekan termasuk yang mudah dinasihati.
Untuk kesiapan menikah dalam waktu dekat, Mbak Nany melihat sudah ada kesiapan
dari Sang Ikhwan. Tapi mungkin ada sedikit masalah pada financial karena Sang
Ikhwan masih harus membiayai adiknya yang masih SMA dan yang masih skripsi.
Dari penjelasan Mbak Nany, makin memantapkan diriku, Dhir," jelas Ka Mia.
"Hoo... bagus deh kalo
gitu Ka. Karna kan ketika bunda Khadijah ingin mengajukan diri, beliau mencari
tahu dulu akhlaq Muhammad melalui perantara Maisarah, orang kepercayaannya,
dengan melakukan perjalanan dagang bersama. Trus setelah tahu dan mantap, baru
deh meminta Nafisah, wanita setengah baya, untuk ngomong dari hati ke hati sama
Muhammad. Ga langsung nembak bahwa Khadijah suka dan menginginkan Muhammad
sebagai suaminya. Tapi menanyakan hal-hal umum terkait kesiapan Muhammad
tentang pernikahan dan apakah sudah ada calon atau belum. Ketika Muhammad
bilang belum ada calon, maka Nafisah mengajukan wanita dengan kriteria
tertentu, rupawan, hartawan dan bangsawan, tidak menyebutkan bahwa Khadijah
orangnya. Namun dari kriteria yang disebutkan itu, Muhammad pun paham siapa
yang dimaksud. Ya, berarti Kakak udah menempuh jalan sampai tahap Maisarah,
tinggal mencari Nafisahnya Ka."
"Hmm... iya betul,
Dhir... Aku juga sempat terpikir hal itu, tapi siapa ya yang bisa
menyampaikannya?"
"Sebenernya menurutku,
Mbak Nany juga bisa langsung berperan sebagai Nafisah. Tadi kan Kakak bilang
agak sulit dengan Murobbi ikhwannya. Kan bisa aja Mbak Nany yang mancing lebih
dulu, untuk ta'aruf selanjutnya bisa diserahkan via Murobbi, jika tentunya Sang
Ikhwan juga punya kecenderungan yang sama. Setidaknya Mbak Nany bisa mengorek
informasi apakah Sang Ikhwan sudah punya calon yang akan dinikahi atau belum,
atau sudah ada kecenderungan dengan akhwat lain atau belum. Kalo belum, bisa
aja dengan sedikit candaan, Mbak Nany menawarkan ke Sang Ikhwan, sambil ngomong
kayak gini: saya ada akhwat nih yang udah siap nikah dan sedang mencari
pendamping, bersedia ga? Kriterianya bla bla bla, nyebutin kriterianya Ka Mia.
Kalo Sang Ikhwan bersedia dengan kriteria yang disebutin, Mbak Nany bisa
langsung kasih tahu kalo akhwat yang udah siap nikah itu adalah Ka Mia. Mbak
Nany, Ka Mia dan Sang Ikhwan kan udah saling kenal, jadi lebih gampang
seharusnya. Nah, nanti kan jadi makin tahu gimana respon Sang Ikhwan jika
ternyata akhwat yang ditawarkan itu Ka Mia. Kalo ikhwan bilang lanjut, maka dia
bisa langsung bilang ke Murobbi-nya kalo dia sudah siap nikah dan sudah punya
nama. Kalo udah binaan sendiri yang bilang ke Murobbi mah, biasanya udah
gampang Ka, apalagi udah ngajuin nama. Kalo kayak gini prosesnya kan jadi ga
keliatan kalo Ka Mia yang mengajukan diri lebih dulu, tapi harus bermain
'cantik' dalam proses, jangan sampai Sang Ikhwan tahu kalo Ka Mia mengajukan
diri. Hehe..." panjang lebar aku menjelaskan bagaimana sebaiknya penerapan
proses Ka Mia dan Sang Ikhwan seperti proses Khadijah dan Muhammad.
"Hwwaaa... Dhiraaa,
kamu udah kayak konsultan jodoh aja deh. Jadi tercerahkan nih aku jadinya"
Ka Mia menepuk pipiku yang gembul.
"Semoga bisa sedikit
ngasih solusi untuk proses Kakak yang rumit itu, masa' hanya gara-gara Murobbi
ikhwan, langsung mundur? Ada banyak jalan menuju Roma... hehe..."
"Sip, insya Allah...
Naaah, kamu sendiri gimana nih Dhir? Udah nemu yang cocok denganmu belum?"
tembak Ka Mia kepadaku.
"Hehe... aku mah sabar
aja Ka dalam penantian ini, nunggu Pangeran Berkuda Putih dateng ngelamar aja,
hehe..." jawabku sedikit asal.
"Sabar dalam penantian
itu bagi seorang akhwat ga berarti pasif, tinggal nunggu. Akhwat juga harus
aktif dalam penantian. Jumlah akhwat itu jauh lebih banyak dibandingkan dengan
jumlah ikhwan. Terlepas dari jodoh adalah takdir, tetep harus ikhtiar yang
terbaik untuk mencari calon imam bagimu dan anak-anakmu kelak. Memang benar
jodoh itu di tangan Allah, tapi kita juga harus aktif berikhtiar mengambil
dariNYA. Kalo memang di sekitarmu ada ikhwan yang dirasa cocok denganmu, coba
aja kamu ajukan diri, bilang ke Mbak Syifa, katanya target tahun ini kan? Tentunya
dengan tetap menjaga izzah sebagai seorang akhwat dan jangan pernah tinggalkan
istikharah dalam mengambil tindakan apapun..." ujar Ka Mia memberi masukan
untukku.
"Hahaha... ga jadi
tahun ini Ka... Ga keburu... Jadi, tahun depan aja targetnya insya Allah...
hehe..."
"Jiiaahhh... kamu ini
udah siap belum sih? Apa cuma sekadar ingin menikah? Lagi labil gitu
maksudnya..." ledek Ka Mia.
"Siap gak siap mah
harus nyiapin diri Ka... Tapi apa mau dikata kalo Pangeran Berkuda Putihnya
belum muncul-muncul juga?" aku menimpali ledekan Ka Mia.
"Yaudah, kita saling
mendoakan ya yang terbaik, dan ikhtiar yang terbaik juga... Jazakillah ya Dhir,
udah mau denger ceritaku dan ngasih solusinya... Aku cerita ini cuma ke tiga
orang, Mbak Syifa, Mbak Nany dan kamu. Bahkan aku cerita detail seperti ini
cuma ke kamu loh... Hehe..."
"Sama-sama Ka,
ceritanya menginspirasi banget. Jarang loh ada akhwat yang berani mengajukan
diri. Dan aku rasa, hanya akhwat tangguh yang bisa seperti itu. Tangguh akan
perasaan dan hatinya. Alhamdulillah kalo ada respon positif dari Sang Ikhwan,
kalo responnya negatif? Hanya akhwat tangguh yang bisa menerima kemungkinan
kedua; ditolak... Aku salut deh sama Kakak. Semoga lancar urusannya ya Ka...
Doain aku juga, semoga Pangeran Berkuda Putihku segera datang menjemputku...
hehe..."
"Aamiin... insya Allah
saling mendoakan yang terbaik..."
Kami pun menyudahi dinner.
Ka Mia menungguku hingga naik bajaj. Ah, sungguh malam yang berkesan dalam
kebersamaan dengan saudari seperti Ka Mia.
***
Sesampai di rumah,
kurebahkan diri ini di tempat tidur, menatap langit-langit kamar yang tak
begitu tinggi. Pandangan kualihkan ke sebelah kanan tempat tidur. Ada sebuah
diary biru yang tergembok. Aku buka dompetku dan kukeluarkan sebuah kunci di
sela-sela saku dalamnya. Gembok 'blue diary' itu pun kubuka. Kuraih ballpoint
tepat di samping kananku. Baru saja tangan ini tergerak untuk menulis,
terdengar sebuah dering dari HP-ku. Kuraih HP dan terteralah sebuah pesan dari
YM-ku.
"Asslm. Dhir, gmana
nih kabarnya? lagi deactive FB ya?"
Ah... Rasa yang tak biasa
itu muncul lagi, tepat di hari ke-7 aku mendeaktif akun FBku. Kenapa nama
seorang ikhwan yang tertera di YM-ku menyadari bahwa aku sedang mendeaktif
FB-ku? Kata-kata Ka Mia pun terngiang:
"...Kalo memang di
sekitarmu ada ikhwan yang dirasa cocok denganmu, coba aja kamu ajukan diri,
bilang ke Mbak Syifa..."
"...Kalo memang di
sekitarmu ada ikhwan yang dirasa cocok denganmu, coba aja kamu ajukan diri,
bilang ke Mbak Syifa..."
"...Kalo memang di
sekitarmu ada ikhwan yang dirasa cocok denganmu, coba aja kamu ajukan diri,
bilang ke Mbak Syifa..."
Segera kutepis kata-kata
itu dan mencoba menepis rasa yang terlanjur ada. Tak terasa, bulir-bulir hangat
itu membasahi pipi. Kugerakkan tangan ini untuk menulis dalam 'blue diary'.
Jika anugrah itu
membahagiakan
Maka cinta yang [katanya]
merupakan anugrah dariNYA
Seharusnya juga
membahagiakan
Namun adakalanya
Ada yang merasa tak bahagia
dengan cinta
Atau janganlah terlalu dini
menyebutnya cinta
Mari kita sebut saja sebuah
rasa
Rasa yang berbeda
Yang [lagi-lagi katanya]
menggetarkan jiwa
Aha
Mungkin memang belum
saatnya
Rasa itu ada
Hingga diri merasa nista
dengan rasa
Atau jangan-jangan rasa
yang ada
Didominasi oleh nafsu
sebagai manusia
Jika itu permasalahannya
Maka titipkanlah rasa pada
SANG PENGUASA
Biarkan ia yang belum
saatnya, bersamaNYA
Biarkan waktu yang kan
menjawabnya
Hingga Dia mengembalikan
rasa itu jika saatnya tiba
Wanita... Wanita...
Slalu saja
Bermain dengan rasa
Maka mendekatlah padaNYA
Agar rasa yang belum
saatnya
Tetap terjaga
Agar rasa yang ada
Tak membuat hati kecewa
Agar rasa yang dirasa
Tak membuat jauh dariNYA
Biarkanlah diri merasa
nista dengan rasa
Jika ternyata nafsu tlah
menunggangi ia yang belum saatnya
Hingga akhirnya membuat
diri menangis pilu karenanya
Menangis karena menyadari
bahwa dirinya masih rapuh ternyata
Masih perlu belajar
bagaimana mengelola rasa yang belum saatnya
Ya Rabbana
Hamba titipkan rasa yang
belum saatnya
Agar ia tetap suci terjaga
Hingga waktunya tiba
Ah... Aku bukanlah akhwat tangguh yang bisa memperjuangkan rasa yang terlanjur
ada. Aku hanya akhwat biasa yang tak sanggup akan rasa yang belum saatnya,
karena aku bukanlah Khadijah yang mulia.
3. TUNGGU AKU DI SURGA (
KISAH KELUARGA MUALLAF )
Murtakibudz
Dzunub - Christina adalah sosok wanita Katolik taat. Setiap malam, ia
beserta keluarganya rutin berdoa bersama. Bahkan, saking taatnya, saat
Christina dilamar Martono, kekasihnya yang beragama Islam, dengan tegas ia
mengatakan “Saya lebih mencintai Yesus Kristus dari pada manusia!”
Ketegasan prinsip Katolik yang dipegang wanita itu menggoyahkan Iman Martono yang muslim, namun jarang melakukan ibadah sebagaimana layaknya orang beragama Islam. Martono pun masuk Katolik, sekedar untuk bisa menikahi Christina. Tepat tanggal 17 Oktober 1982, mereka melaksanakan pernikahan di Gereja Ignatius, Magelang, Jawa Tengah.
Usai menikah, lalu menyelesaikan kuliahnya di Jogjakarta, Christina beserta sang suami berangkat ke Bandung, kemudian menetap di salah satu kompleks perumahan di wilayah Timur kota kembang. Kebahagiaan terasa lengkap menghiasi kehidupan keluarga ini dengan kehadiran tiga makhluk kecil buah hati mereka, yakni: Adi, Icha dan Rio.
Di lingkungan barunya, Christina terlibat aktif sebagai jemaat Gereja Suryalaya, Buah Batu, Bandung. Demikan pula Martono, sang suami. Selain juga aktif di Gereja, Martono saat itu menduduki jabatan penting, sebagai kepala Divisi sebuah PT di Cisanggarung, Bandung.
Karena Ketaatan mereka memegang iman Katolik, pasangan ini bersama beberapa sahabat se-iman, sengaja mengumpulkan dana dari tetangga sekitar yang beragama Katolik. Mereka pun berhasil membeli sebuah rumah yang ‘disulap’ menjadi tempat ibadah.
Uniknya, meski sudah menjadi pemeluk ajaran Katolik, Martono tak melupakan kedua orangtuanya yang beragama Islam. Sebagai manifestasi bakti dan cinta pasangan ini, mereka memberangkatkan ayahanda dan ibundanya Martono ke Mekkah, untuk menunaikan rukun Islam yang kelima.
Hidup harmonis dan berkecukupan mewarnai sekian waktu hari-hari keluarga ini. Sampai satu ketika, kegelisahan menggoncang keduanya. Syahdan, saat itu, Rio, si bungsu yang sangat mereka sayangi jatuh sakit. Panas suhu badan yang tak kunjung reda, membuat mereka segera melarikan Rio ke salah satu rumah sakit Kristen terkenal di wilayah utara Bandung.
Di rumah sakit, usai dilakukan diagnosa, dokter yang menangani saat itu mengatakan bahwa Rio mengalami kelelahan. Akan tetapi Christina masih saja gelisah dan takut dengan kondisi anak kesayangannya yang tak kunjung membaik.
Saat dipindahkan ke ruangan ICU, Rio, yang masih terkulai lemah, meminta Martono, sang ayah, untuk memanggil ibundanya yang tengah berada di luar ruangan. Martono pun keluar ruangan untuk memberitahu Christina ihwal permintaan putra bungsunya itu.
Namun, Christina tak mau masuk ke dalam. Ia hanya mengatakan pada Martono, ”Saya sudah tahu.” Itu saja.
Martono heran. Ia pun kembali masuk ke ruangan dengan rasa penasaran yang masih menggelayut dalam benak. Di dalam, Rio berucap, “Tapi udahlah, Papah aja, tidak apa-apa. Pah hidup ini hanya 1 centi. Di sana nggak ada batasnya.”
Sontak, rasa takjub menyergap Martono. Ucapan bocah mungil buah hatinya yang tengah terbaring lemah itu sungguh mengejutkan. Nasehat kebaikan keluar dari mulutnya seperti orang dewasa yang mengerti agama.
Hingga sore menjelang, Rio kembali berujar, “Pah, Rio mau pulang!”
“Ya, kalau sudah sembuh nanti, kamu boleh pulang sama Papa dan Mama,” jawab Martono. “Ngga, saya mau pulang sekarang. Papah, Mamah, Rio tunggu di pintu surga!” begitu, ucap Rio, setengah memaksa.
Belum hilang keterkejutan Martono, tiba-tiba ia mendengar bisikan yang meminta dia untuk membimbing membacakan syahadat kepada anaknya. Ia kaget dan bingung. Tapi perlahan Rio dituntun sang ayah, Martono, membaca syahadat, hingga kedua mata anak bungsunya itu berlinang. Martono hafal syahadat, karena sebelumnya adalah seorang Muslim.
Tak lama setelah itu bisikan kedua terdengar, bahwa setelah Adzan maghrib Rio akan dipanggil sang Pencipta. Meski tambah terkejut, mendengar bisikan itu, Martono pasrah. Benar saja, 27 Juli 1999, persis saat sayup-sayup Adzan maghrib, berkumandang Rio menghembuskan nafas terakhirnya.
Tiba jenazah Rio di rumah duka, peristiwa aneh lagi-lagi terjadi. Christina yang masih sedih waktu itu seakan melihat Rio menghampirinya dan berkata, “Mah saya tidak mau pakai baju jas mau minta dibalut kain putih aja.” Saran dari seorang pelayat Muslim, bahwa itu adalah pertanda Rio ingin dishalatkan sebagaimana seorang Muslim yang baru meninggal.
Setelah melalui diskusi dan perdebatan diantara keluarga, jenazah Rio kemudian dibalut pakaian, celana dan sepatu yang serba putih kemudian dishalatkan. Namun, karena banyak pendapat dari keluarga yang tetap harus dimakamkan secara Katolik, jenazah Rio pun akhirnya dimakamkan di Kerkov. Sebuah tempat pemakaman khusus Katolik, di Cimahi, Bandung.
Ketegasan prinsip Katolik yang dipegang wanita itu menggoyahkan Iman Martono yang muslim, namun jarang melakukan ibadah sebagaimana layaknya orang beragama Islam. Martono pun masuk Katolik, sekedar untuk bisa menikahi Christina. Tepat tanggal 17 Oktober 1982, mereka melaksanakan pernikahan di Gereja Ignatius, Magelang, Jawa Tengah.
Usai menikah, lalu menyelesaikan kuliahnya di Jogjakarta, Christina beserta sang suami berangkat ke Bandung, kemudian menetap di salah satu kompleks perumahan di wilayah Timur kota kembang. Kebahagiaan terasa lengkap menghiasi kehidupan keluarga ini dengan kehadiran tiga makhluk kecil buah hati mereka, yakni: Adi, Icha dan Rio.
Di lingkungan barunya, Christina terlibat aktif sebagai jemaat Gereja Suryalaya, Buah Batu, Bandung. Demikan pula Martono, sang suami. Selain juga aktif di Gereja, Martono saat itu menduduki jabatan penting, sebagai kepala Divisi sebuah PT di Cisanggarung, Bandung.
Karena Ketaatan mereka memegang iman Katolik, pasangan ini bersama beberapa sahabat se-iman, sengaja mengumpulkan dana dari tetangga sekitar yang beragama Katolik. Mereka pun berhasil membeli sebuah rumah yang ‘disulap’ menjadi tempat ibadah.
Uniknya, meski sudah menjadi pemeluk ajaran Katolik, Martono tak melupakan kedua orangtuanya yang beragama Islam. Sebagai manifestasi bakti dan cinta pasangan ini, mereka memberangkatkan ayahanda dan ibundanya Martono ke Mekkah, untuk menunaikan rukun Islam yang kelima.
Hidup harmonis dan berkecukupan mewarnai sekian waktu hari-hari keluarga ini. Sampai satu ketika, kegelisahan menggoncang keduanya. Syahdan, saat itu, Rio, si bungsu yang sangat mereka sayangi jatuh sakit. Panas suhu badan yang tak kunjung reda, membuat mereka segera melarikan Rio ke salah satu rumah sakit Kristen terkenal di wilayah utara Bandung.
Di rumah sakit, usai dilakukan diagnosa, dokter yang menangani saat itu mengatakan bahwa Rio mengalami kelelahan. Akan tetapi Christina masih saja gelisah dan takut dengan kondisi anak kesayangannya yang tak kunjung membaik.
Saat dipindahkan ke ruangan ICU, Rio, yang masih terkulai lemah, meminta Martono, sang ayah, untuk memanggil ibundanya yang tengah berada di luar ruangan. Martono pun keluar ruangan untuk memberitahu Christina ihwal permintaan putra bungsunya itu.
Namun, Christina tak mau masuk ke dalam. Ia hanya mengatakan pada Martono, ”Saya sudah tahu.” Itu saja.
Martono heran. Ia pun kembali masuk ke ruangan dengan rasa penasaran yang masih menggelayut dalam benak. Di dalam, Rio berucap, “Tapi udahlah, Papah aja, tidak apa-apa. Pah hidup ini hanya 1 centi. Di sana nggak ada batasnya.”
Sontak, rasa takjub menyergap Martono. Ucapan bocah mungil buah hatinya yang tengah terbaring lemah itu sungguh mengejutkan. Nasehat kebaikan keluar dari mulutnya seperti orang dewasa yang mengerti agama.
Hingga sore menjelang, Rio kembali berujar, “Pah, Rio mau pulang!”
“Ya, kalau sudah sembuh nanti, kamu boleh pulang sama Papa dan Mama,” jawab Martono. “Ngga, saya mau pulang sekarang. Papah, Mamah, Rio tunggu di pintu surga!” begitu, ucap Rio, setengah memaksa.
Belum hilang keterkejutan Martono, tiba-tiba ia mendengar bisikan yang meminta dia untuk membimbing membacakan syahadat kepada anaknya. Ia kaget dan bingung. Tapi perlahan Rio dituntun sang ayah, Martono, membaca syahadat, hingga kedua mata anak bungsunya itu berlinang. Martono hafal syahadat, karena sebelumnya adalah seorang Muslim.
Tak lama setelah itu bisikan kedua terdengar, bahwa setelah Adzan maghrib Rio akan dipanggil sang Pencipta. Meski tambah terkejut, mendengar bisikan itu, Martono pasrah. Benar saja, 27 Juli 1999, persis saat sayup-sayup Adzan maghrib, berkumandang Rio menghembuskan nafas terakhirnya.
Tiba jenazah Rio di rumah duka, peristiwa aneh lagi-lagi terjadi. Christina yang masih sedih waktu itu seakan melihat Rio menghampirinya dan berkata, “Mah saya tidak mau pakai baju jas mau minta dibalut kain putih aja.” Saran dari seorang pelayat Muslim, bahwa itu adalah pertanda Rio ingin dishalatkan sebagaimana seorang Muslim yang baru meninggal.
Setelah melalui diskusi dan perdebatan diantara keluarga, jenazah Rio kemudian dibalut pakaian, celana dan sepatu yang serba putih kemudian dishalatkan. Namun, karena banyak pendapat dari keluarga yang tetap harus dimakamkan secara Katolik, jenazah Rio pun akhirnya dimakamkan di Kerkov. Sebuah tempat pemakaman khusus Katolik, di Cimahi, Bandung.
Sepeninggal Rio ...
Sepeninggal anaknya, Christina sering berdiam diri. Satu hari, ia mendengar bisikan ghaib tentang rumah dan mobil. Bisikan itu berucap, “Rumah adalah rumah Tuhan dan mobil adalah kendaraan menuju Tuhan.” Pada saat itu juga Christina langsung teringat ucapan mendiang Rio semasa TK dulu, ”Mah, Mbok Atik nanti mau saya belikan rumah dan mobil!” Mbok Atik adalah seorang muslimah yang bertugas merawat Rio di rumah. Saat itu Christina menimpali celoteh si bungsu sambil tersenyum, “Kok Mamah ga dikasih?” “Mamah kan nanti punya sendiri” jawab Rio, singkat.
Entah mengapa, setelah mendengar bisikan itu, Christina meminta suaminya untuk mengecek ongkos haji waktu itu. Setelah dicek, dana yang dibutuhkan Rp. 17.850.000. Dan yang lebih mengherankan, ketika uang duka dibuka, ternyata jumlah totalnya persis senilai Rp 17.850.000, tidak lebih atau kurang sesenpun. Hal ini diartikan Christina sebagai amanat dari Rio untuk menghajikan Mbok Atik, wanita yang sehari-hari merawat Rio di rumah.
Singkat cerita, di tanah suci, Mekkah, Mbok Atik menghubungi Christina via telepon. Sambil menangis ia menceritakan bahwa di Mekkah ia bertemu Rio. Si bungsu yang baru saja meninggalkan alam dunia itu berpesan, “Kepergian Rio tak usah terlalu dipikirkan. Rio sangat bahagia disini. Kalo Mama kangen, berdoa saja.”
Namun, pesan itu tak lantas membuat sang Ibunda tenang. Bahkan Christina mengalami depresi cukup berat, hingga harus mendapatkan bimbingan dari seorang Psikolog selama 6 bulan.
Satu malam saat tertidur, Christina dibangunkan oleh suara pria yang berkata, “Buka Alquran surat Yunus!”. Namun, setelah mencari tahu tentang surat Yunus, tak ada seorang pun temannya yang beragama Islam mengerti kandungan makna di dalamnya. Bahkan setelah mendapatkan Alquran dari sepupunya, dan membacanya berulang-ulang pun, Christina tetap tak mendapat jawaban.
“Mau Tuhan apa sih?!” protesnya setengah berteriak, sembari menangis tersungkur ke lantai. Dinginnya lantai membuat hatinya berangsur tenang, dan spontan berucap “Astaghfirullah.” Tak lama kemudian, akhirnya Christina menemukan jawabannya sendiri di surat Yunus ayat 49: “Katakan tiap-tiap umat mempunyai ajal. Jika datang ajal, maka mereka tidak dapat mengundurkannya dan tidak (pula) mendahulukannya”.
Beberapa kejadian aneh yang dialami sepeninggal Rio, membuat Christina berusaha mempelajari Islam lewat beberapa buku.
Hingga akhirnya wanita penganut Katolik taat ini berkata, “Ya Allah terimalah saya sebagai orang Islam, saya tidak mau di-Islamkan oleh orang lain!”.
Setelah memeluk Islam, Christina secara sembunyi-sembunyi melakukan shalat. Sementara itu, Martono, suaminya, masih rajin pergi ke gereja. Setiap kali diajak ke gereja Christina selalu menolak dengan berbagai alasan.
Sampai suatu malam, Martono terbangun karena mendengar isak tangis seorang perempuan. Ketika berusaha mencari sumber suara, betapa kagetnya Martono saat melihat istri tercintanya, Christina tengah bersujud dengan menggunakan jaket, celana panjang dan syal yang menutupi aurat tubuhnya.
“Lho kok Mamah shalat,” tanya Martono. “Maafkan saya, Pah. Saya duluan, Papah saya tinggalkan,” jawab Christina lirih. Ia pasrah akan segala resiko yang harus ditanggung, bahkan perceraian sekalipun.
Martono pun Akhirnya Kembali ke Islam ...
Sejak keputusan sang istri memeluk Islam, Martono seperti berada di persimpangan. Satu hari, 17 Agustus 2000, Christina mengantar Adi, putra pertamanya untuk mengikuti lomba Adzan yang diadakan panitia Agustus-an di lingkungan tempat mereka tinggal.
Adi sendiri tiba-tiba tertarik untuk mengikuti lomba Adzan beberapa hari sebelumnya, meski ia masih Katolik dan berstatus sebagai pelajar di SMA Santa Maria, Bandung. Martono sebetulnya juga diajak ke arena perlombaan, namun menolak dengan alasan harus mengikuti upacara di kantor.
Di tempat lomba yang diikuti 33 peserta itu, Gangsa Raharjo, Psikolog Christina, berpesan kepada Adi, “Niatkan suara adzan bukan hanya untuk orang yang ada di sekitarmu, tetapi niatkan untuk semesta alam!” ujarnya.
Hasilnya, suara Adzan Adi yang lepas nan merdu, mengalun syahdu, mengundang keheningan dan kekhusyukan siapapun yang mendengar. Hingga bulir-bulir air mata pun mengalir tak terbendung, basahi pipi sang Ibunda tercinta yang larut dalam haru dan bahagia. Tak pelak, panitia pun menobatkan Adi sebagai juara pertama, menyisihkan 33 peserta lainnya.
Usai lomba Christina dan Adi bersegera pulang. Tiba di rumah, kejutan lain tengah menanti mereka. Saat baru saja membuka pintu kamar, Christina terkejut melihat Martono, sang suami, tengah melaksanakan shalat. Ia pun spontan terkulai lemah di hadapan suaminya itu. Selesai shalat, Martono langsung meraih sang istri dan mendekapnya erat. Sambil berderai air mata, ia berucap lirih, “Mah, sekarang Papah sudah masuk Islam.”
Mengetahui hal itu, Adi dan Icha, putra-putri mereka pun mengikuti jejak ayah dan ibunya, memeluk Islam.
Perjalanan panjang yang sungguh mengharu biru. Keluarga ini pun akhirnya memulai babak baru sebagai penganut Muslim yang taat. Hingga kini, esok, dan sampai akhir zaman. Insya Allah.
Subhanallah,
begitu indah cara Allah membukakan pintu hidayah bagi mahlukNya yang ia
kehendaki. Sungguh tak ada yang lebih mulia dan berharga didunia ini kecuali KEIMANAN.
4. CEMBURU
ITU ANUGERAH
Murtakibudz Dzunub - Tak ada
cinta dan kasih sayang bila tak ada rasa cemburu. Cemburu dapat membangkitkan
himmah tersendiri bagi para pecinta kepada yang dicintainya. Cemburu juga
merupakan sebuah perasaan yang bisa mengaduk hati demi mendapati perhatian
kepada yang disayangi.
Tanamlah rasa cemburu
karena itu merupakan bukti nyata dari kasih sayang. Kemudian yang menjadi
pertanyaan, kepada siapa layaknya kita merawat kecemburuan, kapan saat kita
benar-benar mampu menikmati bahwa cemburu itu merupakan wujud salah satu dari
kenikmatan?
Cemburuilah mereka
manusia-manusia yang sudah mendapatkan predikat keshalihan, ditiap sepertiga
malam terahir mereka senantiasa bangun dengan segala cara upaya mencurahkan
segenap rasa kecintaan kepada Tuhan.
Kenapa kita mesti cemburu?
Karena kita belum mampu untuk melakukan seperti yang telah orang-orang shalih
itu lakukan. Kalau Allah saja cemburu jika kita minta sesuatu kepada selainNya,
kenapa kita tidak cemburu jika Allah memberikan anugerah keshalihan kepada para
waliNya?.
5. YANG TERMASUK UDZUR
SHALAT
Murtakibudz Dzunub - Dalam
kitab "Taqrirotusy Syadidah Fil Masailil Mufidah" yang disusun oleh
Syaikh Hasan bin Ahmad bin Muhammad bin Salim Al Kaafi, bahwa A'dzarus Shalat
itu ada empat macam.
Sedang maksud dari udzur
dalam shalat disini adalah tidak berdosa bagi orang yang menagguhkan
shalat dari waktunya dengan adanya sebuah udzur (halangan).
Seperti yang sudah
dijelaskan dalam "Nadhom Zubad",
لا عذر في تأخيرها الا
لساه # أو نوم او للجمع او للاكراه
Udzur Dalam Shalat
1. Tidur
Termasuk udzur jika
tidurnya sebelum masuk waktu shalat. Adapun kalau tidurnya sudah masuk pada
waktu shalat maka tidak termasuk udzur, kecuali dua perkara:
a. Kecuali
tidur setelah masuk waktu shalat sudah menajdi kebiasaan dan selalu terbangun
sebelum habis waktu shalat.
b. Saat
mahu tidur (sesudah masuk waktu shalat) sudah memberi wasiat kepada orang yang
bisa dipercaya untuk membangunkannya sebelum habis waktu shalat.
2. Lupa
Lupa juga termasuk dari
udzur, ketika suatu perkara yang menyebabkan lupa tadi termasuk perkara yang
mubah. Berbeda kalau yang menyebabkan lupa dikarenakan sesuatu yang makruh atau
haram, maka tidak termasuk dalam kategori udzur jika dikarenakan dua hal
tersebuat.
3. Mengumpulkan Dua Shalat
Maksudnya mendahulukan
shalat sebelum waktunya, atau mengahirkan shalat dari waktunya. Hal ini bisa
disebabkan karena dalam perjalanan (musafir) [baca: Pembahasan Shalat Jama' dan Qashar], sakit, ataupun dalam
keadaan hujan yang tidak memungkinkan melakukan shalat.
4. Dalam Paksaan
Seperti halnya saat dipaksa
oleh seseorang tidak boleh melakukan shalat, dan tentunya paksaan (ikrah) yang
diperbolehkan oleh hukum syara' (dikatakan dalam keadaan terpaksa meninggalkan
shalat).
6. SATU GEREJA MASUK
ISLAM
Murtakibudz Dzunub - Cerita
ini nampaknya sudah lama tetapi saya masih hendak ambil sebagai catatan untuk
mereka yang belum mengetahuinya. Subhanallah, satu gereja masuk Islam gara-gara
seorang pemuda Islam di Amerika
Sebuah kisah nyata yg terjadi di negerinya Paman Sam. Patut kita ambil hikmahnya, diantaranya :
Sebuah kisah nyata yg terjadi di negerinya Paman Sam. Patut kita ambil hikmahnya, diantaranya :
1. Kebenaran Islam yang nyata,
2. Sangat beratnya timbangan kalimat syahadat,
3. Pentingnya bagi pemuda Muslim untuk menuntut ilmu,
4. Dsb.
Simak saja kisahnya…
Satu gereja masuk Islam benarkah? Semoga ALLAH mengijinkan kita menjadi pemuda seperti beliau, Amiiin….. Kisah Nyata Seorang Pemuda Arab Yang Menimba Ilmu Di Amerika Rabu, 22 Februari 06 Ada seorang pemuda arab yang baru saja me-nyelesaikan bangku kuliahnya di Amerika.Pemuda ini adalah salah seorang yang diberi nikmat oleh Allah berupa pendidikan agama Islam bahkan ia mampu mendalaminya. Selain belajar, ia juga seorang juru dakwah Islam. Ketika berada di Amerika, ia berkenalan dengan salah seorang Nasrani. Hubungan mereka semakin akrab, dengan harapan semoga Allah SWT memberinya hidayah masuk Islam.
Pada suatu hari mereka berdua berjalan-jalan di sebuah perkampungan di Amerika dan melintas di dekat sebuah gerejayang terdapat di kampung tersebut.Temannya itu meminta agar ia turut masuk ke dalam gereja. Semula ia berkeberatan, namun karena ia terus mendesak akhirnya pemuda itupun memenuhi permintaannya lalu ikut masuk ke dalam gereja dan duduk di salah satu bangku dengan hening, sebagaimana kebiasaan mereka.
Ketika pendeta masuk, mereka serentak berdiri untuk memberikan penghormatan lantas kembali duduk. Di saat itu si pendeta agak terbelalak ketika melihat kepada para hadirin dan berkata, “Di tengah kita ada seorang muslim. Aku harap ia keluar dari sini.” Pemuda arab itu tidak bergeming dari tempatnya. Pendeta tersebut mengucapkan perkataan itu berkali-kali, namun ia tetap tidak bergeming dari tempatnya. Hingga akhirnya pendeta itu berkata, “Aku minta ia keluar dari sini dan aku menjamin keselamatannya.” Barulah pemuda ini beranjak keluar.
Di ambang pintu ia bertanya
kepada sang pendeta, “Bagaimana anda tahu bahwa saya seorang muslim.” Pendeta
itu menjawab, “Dari tanda yang terdapat di wajahmu.” Kemudian ia beranjak
hendak keluar, namun sang pendeta ingin memanfaatkan keberadaan pemuda ini,
yaitu dengan mengajukan beberapa pertanyaan, tujuannya untuk memojokkan pemuda
tersebut dan sekaligus mengokohkan markasnya. Pemuda muslim itupun menerima
tantangan debat tersebut. Sang pendeta berkata, “Aku akan mengajukan kepada
anda 22 pertanyaan dan anda harus menjawabnya dengan tepat.” Si pemuda
tersenyum dan berkata, “Silahkan! Sang pendeta pun mulai bertanya,
Sebutkan:
Sebutkan:
Satu yang
tiada duanya,
Dua yang tiada tiganya,
Tiga yang tiada empatnya,
Empat yang tiada limanya,
Lima yang tiada enamnya,
Enam yang tiada tujuhnya,
Tujuh yang tiada delapannya,
Delapan yang tiada sembilannya,
Sembilan yang tiada sepuluhnya,
Dua yang tiada tiganya,
Tiga yang tiada empatnya,
Empat yang tiada limanya,
Lima yang tiada enamnya,
Enam yang tiada tujuhnya,
Tujuh yang tiada delapannya,
Delapan yang tiada sembilannya,
Sembilan yang tiada sepuluhnya,
Sepuluh sesuatu
yang tidak lebih dari sepuluh,
Sebelas yang tiada dua belasnya,
Dua belas yang tiada tiga belasnya,
Tiga belas yang tiada empat belasnya.
Sebelas yang tiada dua belasnya,
Dua belas yang tiada tiga belasnya,
Tiga belas yang tiada empat belasnya.
Sebutkan sesuatu yang dapat
bernafas namun tidak mempunyai ruh!
Apa yang dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya?
Siapakah yang berdusta namun masuk ke dalam surga?
Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah namun Dia tidak menyu- kainya?
Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dengan tanpa ayah dan ibu!
Siapakah yang tercipta dari api, siapakah yang diadzab dengan api dan siapakah yang terpelihara dari api?
Siapakah yang tercipta dari batu, siapakah yg diadzab dengan batu dan siapakah yg terpelihara dari batu itu?
Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap besar!
Pohon apakah yang mempunyai 12 ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah naungan dan dua di bawah sinaran matahari?”
Mendengar pertanyaan tersebut pemuda itu tersenyum dengan senyuman mengandung keyakinan kepada Allah.
Setelah membaca basmalah ia berkata,
Apa yang dimaksud dengan kuburan berjalan membawa isinya?
Siapakah yang berdusta namun masuk ke dalam surga?
Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah namun Dia tidak menyu- kainya?
Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dengan tanpa ayah dan ibu!
Siapakah yang tercipta dari api, siapakah yang diadzab dengan api dan siapakah yang terpelihara dari api?
Siapakah yang tercipta dari batu, siapakah yg diadzab dengan batu dan siapakah yg terpelihara dari batu itu?
Sebutkan sesuatu yang diciptakan Allah dan dianggap besar!
Pohon apakah yang mempunyai 12 ranting, setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah naungan dan dua di bawah sinaran matahari?”
Mendengar pertanyaan tersebut pemuda itu tersenyum dengan senyuman mengandung keyakinan kepada Allah.
Setelah membaca basmalah ia berkata,
Satu yang tiada duanya ialah Allah SWT.
Dua yang tiada tiganya ialah malam dan siang. Allah SWT berfirman, “Dan Kami jadikan malam dan siang sebagai dua tanda (kebesaran kami).” (Al-Isra’:12) .
Tiga yang tiada empatnya adalah kekhilafan yang dilakukan Nabi Musa ketika Khidir menenggelamkan sampan, membunuh seorang anak kecil dan ketika menegakkan kembali
dinding yang hampir roboh.
Empat yang tiada limanya adalah Taurat, Injil, Zabur dan Al-Qur’an.
Lima yang tiada enamnya ialah shalat lima waktu.
Enam yang tiada tujuhnya ialah jumlah hari ketika Allah SWT menciptakan makhluk.
Tujuh yang tiada delapannya ialah langit yang tujuh lapis. Allah SWT berfirman, “Yang telah menciptakan tujuh langit berlapis-lapis. Kamu sekali-kali tidak melihat pada ciptaan Rabb Yang Maha Pemurah sesuatu yang tidak seimbang.” (Al-Mulk:3).
Delapan yang
tiada sembilannya ialah malaikat pemikul Arsy ar-Rahman. Allah SWT berfirman,
“Dan malaikat-malaikat berada dipenjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Arsy Rabbmu di atas(kepala) mereka.” (Al-Haqah: 17).
“Dan malaikat-malaikat berada dipenjuru-penjuru langit. Dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Arsy Rabbmu di atas(kepala) mereka.” (Al-Haqah: 17).
Sembilan yang tiada sepuluhnya adalah mu’jizat yang diberikan kepada Nabi Musa : tongkat, tangan yang bercahaya, angin topan, musim paceklik, katak, darah, kutu dan belalang dan *
Sepuluh sesuatu yang tidak lebih dari sepuluh ialah kebaikan. Allah SWT berfirman, “Barangsiapa yang berbuat kebaikan maka untuknya sepuluh kali lipat.” (Al-An’am: 160).
Sebelas yang tiada dua belasnya ialah jumlah saudara-saudara Yusuf.
Dua belas yang tiada tiga belasnya ialah mu’jizat Nabi Musa yang terdapat dalam firman Allah,
“Dan (ingatlah) ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman, ‘Pukullah batu itu dengan tongkatmu.’ Lalu memancarlah dari padanya dua belas mata air.” (Al-Baqarah: 60).
Tiga belas yang tiada empat belasnya ialah jumlah saudara Yusuf ditambah dengan ayah dan ibunya.
Adapun sesuatu yang bernafas namun tidak mempunyai ruh adalah waktu Shubuh. Allah SWT berfirman, “Dan waktu subuh apabila fajarnya mulai menyingsing. ” (At-Takwir:18).
Kuburan yang membawa isinya adalah ikan yang menelan Nabi Yunus AS.
Mereka yang berdusta namun masuk ke dalam surga adalah saudara-saudara Yusuf, yakni ketika mereka berkata kepada ayahnya,”Wahai ayah kami, sesungguhnya kami pergi berlomba-lomba dan kami tinggalkan Yusuf di dekat barang-barang kami,lalu dia dimakan serigala.” Setelah kedustaan terungkap, Yusuf berkata kepada mereka, ” tak ada cercaaan ter-hadap kalian.” Dan ayah mereka Ya’qub berkata, “Aku akan memohonkan ampun bagimu kepada Rabbku. Sesungguhnya Dia-lah Yang Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.”
Sesuatu yang diciptakan Allah namun tidak Dia sukai adalah suara keledai. Allah SWT berfirman, “Sesungguhnya sejelek-jelek suara adalah suara keledai.” (Luqman: 19).
Makhluk yang diciptakan Allah tanpa bapak dan ibu adalah Nabi Adam, malaikat, unta Nabi Shalih dan kambing Nabi Ibrahim.
Makhluk yang diciptakan dari api adalah Iblis, yang diadzab dengan api ialah Abu Jahal dan yang terpelihara dari api adalah Nabi Ibrahim. Allah SWT berfirman, “Wahai api dinginlah dan selamatkan Ibrahim.” (Al-Anbiya’: 69).
Makhluk yang terbuat dari batu adalah unta Nabi Shalih, yang diadzab dengan batu adalah tentara bergajah dan yang terpelihara dari batu adalah Ash-habul Kahfi (penghuni gua).
Sesuatu yang diciptakan
Allah dan dianggap perkara besar adalah tipu daya wanita, sebagaimana firman
Allah SWT, “Sesungguhnya tipu daya kaum wanita itu sangatlah besar.” (Yusuf: 2)
Adapun pohon yang memiliki 12 ranting setiap ranting mempunyai 30 daun, setiap daun mempunyai 5 buah, 3 di bawah teduhan dan dua di bawah sinaran matahari maknanya: Pohon adalah tahun, ranting adalah bulan, daun adalah hari dan buahnya adalah shalat yang lima waktu, tiga dikerjakan di malam hari dan dua di siang hari.
Pendeta dan para hadirin merasa takjub mendengar jawaban pemuda muslim tersebut.Kemudian ia pamit dan beranjak hendak pergi. Namun ia mengurungkan niatnya dan meminta kepada pendeta agar menjawab satu pertanyaan saja. Permintaan ini disetujui oleh sang pendeta.
Pemuda ini berkata, “APAKAH KUNCI SURGA ITU?” mendengar pertanyaan itu lidah sang pendeta menjadi kelu, hatinya diselimuti keraguan dan rona wajahnya pun berubah. Ia berusaha menyembunyikan kekhawatirannya, namun hasilnya nihil. Orang-orang yang hadir di gereja itu terus mendesaknya agar menjawab pertanyaan tersebut, namun ia berusaha mengelak.
Mereka berkata, “Anda telah melontarkan 22 pertanyaan kepadanya dan semuanya ia jawab sementara ia hanya memberimu satu pertanyaan namun anda tidak mampu menjawabnya! “
Pendeta tersebut berkata, “Sungguh aku mengetahui jawaban dari pertanyaan tersebut, namun aku takut kalian marah. “
Mereka menjawab, “Kami akan jamin keselamatan anda.”
Sang pendeta pun berkata, “Jawabannya ialah: ASHADU AN LA ILAHA ILLALLAH WA ANNA MUHAMMADAR RASULULLAH.”
Lantas sang pendeta dan orang-orang yang hadir di gereja itu memeluk agama Islam. ALLAHU AKBAR! Sungguh Allah telah menganugrahkan kebaikan dan menjaga mereka dengan Islam melalui tangan seorang pemuda muslim yang bertakwa.** Subhanallah…!!
(Semua itu tentu dengan Ilmu……)
** Kisah nyata ini diambil dari Mausu'ah al-Qishash al-Waqi'ah melalui internet,
* Penulis tidak menyebutkan yang kesembilan (pent.)
7. PETI UMMUL BANIN
Murtakibudz Dzunub -
Diceritakan, Ummul Banin Abdul Aziz bin Marwan, isteri Khalifah Al-Walid bin
Abdul Malik, pernah jatuh cinta kepada seorang penyair Yaman, bernama
Wadlah yang berwajah cukup tampan.
Atas undangan rahasia Ummul Banin, penyair Yaman itu datang menemuinya di rumah, saat itu Khalifah Al-Walid sedang bepergian. Merasa takut ketahuan, ia menyembunyikan Wadlah di dalam sebuah peti lalu menutupnya rapat-rapat. Namun, mendadak seorang pelayan masuk dan sempat melihat ada seorang laki-laki dalam sebuah peti, Ia pura-pura tidak tahu.
Kebetulan Khalifah Al Walid tiba, pelayan itu langsung melaporkan apa yang baru saja dilihatnya, semula sang Khalifah tidak percaya.
"Tuan Amirul Mukminin, buktikan sendiri," kata pelayan.
Khalifah Al-Walid masuk ke
kamar dan mendapati isterinya sedang menyisir rambut sambil duduk di atas
sebuah peti.
"Isteriku, aku ingin memeriksa peti-peti di kamar ini," kata khalifah.
"Silakan, peti-peti ini memang milikmu, Amirul Mukminin," jawab isterinya.
Khalifah menimpali, "Tetapi aku hanya ingin satu peti saja."
"Silakan, mana yang engkau inginkan - ambillah."
"Peti yang kamu duduki itu, " sahut khalifah.
Ummul Banin terperangah mendengarnya; sekujur tubuhnya terasa gemetar; perasaannya kalut. Namun, ia mencoba untuk menutupi semua itu.
"Yang lainnya malah lebih baik. Lagi pula, di peti yang satu ini ada barang-barang keperluanku, " tutur isterinya.
Khalifah menjawab, "Aku menginginkan yang satu ini saja."
Dengan rasa putus asa, isterinya menjawab, "Ambillah, kalau begitu."
Khalifah Al-Walid segera memerintahkan seorang pelayan untuk mengangkat peti tersebut ke halaman belakang istana, dan meletakkannya di bibir sumur tua. Ummul Banin, isteri khalifah, menatap sedih sambil menangis dari kejauhan, ia tidak berani mendekat. Ia tidak tahu nasib apa yang akan menimpa laki-laki simpanannya itu, hatinya gundah gulana.
Pelan-pelan, Khalifah Al-Walid menghampiri peti tersebut (sebenarnya ia sangat marah, namun ia berusaha menahannya).
"Hai orang yang ada didalam peti, kalau berita yang kami dengar benar adanya, berarti kami menguburmu, berikut kenangan manismu untuk selamanya. Tetapi, jika kabar itu bohong, berarti kami hanya mengubur kayu," kata Khalifah sambil melemparkan peti ke dasar sumur.
Setelah menyuruh menimbunnya dengan pasir sampai rata dengan tanah, Khalifah masuk ke istana. Sejak itu, penyair Yaman bernama Wadlah tidak pernah tampak. Ummul Banin tidak melihat ada kemarahan pada wajah suaminya, hingga kematian memisahkan mereka berdua. [Sumber: Wafyat Al-A'yan, Ibnu Khalkan]
Pertama kita membaca kisah
ini, mungkin ada satu pertanyaan "hikmah apa yang bisa diambil dari kisah
ini?".
Salah satunya, ada sebuah
nasihat dari masing-masing tokoh, kita bisa melihat bahwa pertama kali yang
membawa kita pada kesengsaraan dan kebinasaan adalah nafsu (terjadinya
perselingkuhan antara ummul banin dan sang penyair.
Juga sosok seorang kholifah
yang bijaksana, saat mendengar sebuah berita tentang perselingkuhan sang
isteri, hanya sebuah tindakan tanpa berburuk sangka dan mengeluarkan suara
amarah beliau mampu menyelesaikan prahara yang terjadi dirumah
tanggganya.
8. MOTIVASI CINTA DAN
KEHIDUPAN
Murtakibudz Dzunub - Kenapa kita menutup mata
ketika kita tidur ? Kenapa kita menutup mata ketika kita menangis ? Kenapa kita
menutup mata ketika kita membayangkan sesuatu ? Kenapa kita menutup mata ketika
kita berciuman ? Hal hal yang terindah di dunia ini biasanya tidak terlihat.
Ada hal hal yang tidak ingin kita lepaskan dan ada orang orang
yang tidak ingin kita tinggalkan. Tapi ingatlah, melepaskan bukan berarti akhir
dari dunia melainkan awal dari kehidupan yang baru.
Kebahagiaan ada untuk mereka yang menangis
Kebahagiaan ada untuk mereka yang telah tersakiti
Kebahagiaan ada untuk mereka yang telah mencari dan telah mencoba
Karena merekalah yang bisa menghargai
Betapa pentingnya orang yang telah menyentuh kehidupan mereka
Cinta adalah ketika kamu menitikkan air mata, tetapi masih peduli
terhadapnya
Cinta adalah ketika dia tidak mempedulikanmu, kamu masih
menunggunya dengan setia
Cinta adalah ketika dia mulai mencintai orang lain dan kamu masih
bisa tersenyum sambil berkata , "Aku turut berbahagia untukmu"
Apabila cintamu tidak berhasil, bebaskanlah dirimu
Biarkanlah hatimu kembali melebarkan sayapnya dan terbang ke alam
bebas lagi
Ingatlah, kamu mungkin menemukan cinta dan kehilangannya..
Tetapi saat cinta itu dimatikan, kamu tidak perlu mati
bersamanya..
Orang yang terkuat bukanlah orang yang selalu menang dalam segala
hal
Tetapi mereka yang tetap tegar ketika mereka jatuh
Entah bagaimana, dalam perjalanan kehidupanmu,
Kamu akan belajar tentang dirimu sendiri dan suatu saat kamu akan
menyadari
Bahwa penyesalan tidak seharusnya ada di dalam hidupmu
Hanyalah penghargaan abadi atas pilihan pilihan kehidupan yang
telah kau buat
Yang seharusnya ada di dalam hidupmu
Sahabat sejati akan mengerti ketika kamu berkata, "Aku
lupa"
Sahabat sejati akan tetap setia menunggu ketika kamu
berkata, "Tunggu sebentar "
Sahabat sejati hatinya akan tetap tinggal, terikat kepadamu
ketika kamu berkata, "Tinggalkan aku sendiri"
Saat kamu berkata untuk meninggalkannya,
Mungkin dia akan pergi meninggalkanmu sesaat,
Memberimu waktu untuk menenangkan dirimu sendiri,
Tetapi pada saat saat itu, hatinya tidak akan pernah
meninggalkanmu
Dan sewaktu dia jauh darimu, dia akan selalu mendoakanmu dengan
air mata
Lebih berbahaya mencucurkan air mata di dalam hati daripada air
mata yang
keluar dari mata kita
keluar dari mata kita
Air mata yang keluar dari mata kita dapat dihapus,
Sementara air mata yang tersembunyi,
Akan menggoreskan luka di dalam hatimu yang bekasnya tidak akan
pernah hilang
Walaupun dalam urusan cinta, kita sangat jarang menang,
Tetapi ketika cinta itu tulus... meskipun mungkin kelihatannya
kamu kalah,
Tetapi sebenarnya kamu menang karena kamu dapat berbahagia
sewaktu kamu dapat mencintai seseorang
Lebih dari kamu mencintai diri kamu sendiri...
Akan tiba saatnya dimana kamu harus berhenti mencintai seseorang
Bukan karena orang itu berhenti mencintai kita
Atau karena ia tidak mempedulikan kita
Melainkan saat kita menyadari bahwa orang itu
Akan lebih berbahagia apabila kita melepasnya.
9.
KETIKA IKHWAN DAN AKHWAT JATUH CINTA DI FB
Murtakibudz Dzunub - Suatu
ketika, dalam jaringan sosial facebook koordinasi seorang akhwat berkata pada
Seorang Teman Ikhwan yang membuat Note tersebut , “akhi, ana ga bisa lagi berinteraksi
dengan akh fulan”. hati akhwat itu bergetar. Nyata sekali menekan
perasaannya.”Pekan lalu, ikhwan tersebut membuat pengakuan yang membuat ana
merasa risi dan….Afwan, terus terang juga tersinggung.” Sesaat kemudian suara
dibalik hijab itu mengatakan….ia jatuh cinta pada ana.”
Teman Ikhwan tersebut terkejut, tapi ditekannya getar suaranya. Ia berusaha tetap tenang. “Sabar ukhti, jangan terlalu diambil hati. Mungkin maksudnya tidak seperti yang anti bayangkan.” Teman ikhwan nya pun mencoba menenangkan terutama untuk dirinya sendiri.
“Afwan…ana tidak menangkap maksud lain dari perkataannya. Ikhwan itu mungkin tidak pernah berpikir dampak perkataannya. Kata-kata itu membuat ana sedikit banyak merasa gagal menjaga hijab ana, gagal menjaga komitmen dan menjadi penyebab fitnah. Padahal, ana hanya berusaha menjadi bagian dari perputaran dakwah ini.” sang akhwat kini mulai tersedak terbata.
“Ya sudah…Ana berharap anti tetap istiqamah dengan kenyataan ini, ana tidak ingin kehilangan tim dakwah di jaringan sosial ini oleh permasalahan seperti ini”. temannya ikhwan tersebut itu membuat keputusan, “ana akan ajak bicara langsung akh fulan”
Beberapa Waktu berlalu, ketika akhirnya teman ikhwan tersebut mendatangi dulan yang bersangkutan. Sang Akh berkata, “Ana memang menyatakan hal tersebut, tapi apakah itu suatu kesalahan?”
temannya ikhwan tersebut berusaha menanggapinya searif mungkin. “Ana tidak menyalahkan perasaan antum. Kita semua berhak memiliki perasaan itu. Pertanyaan ana adalah, apakah antum sudah siap ketika menyatakan perasaan itu. Apakah antum mengatakannya dengan orientasi bersih yang menjamin hak-hak saudari antum. Hak perasaan dan hak pembinaannya. Apakah antum menyampaikan kepada pembina antum untuk diseriuskan?. Apakah antum sudah siap berkeluarga. Apakah antum sudah berusaha menjaga kemungkinan fitnah dari pernyataan antum, baik terhadap ikhwah lain maupun terhadap dakwah????” teman ikhwan tersebut membuat penekanan substansial. ” Akhi bagi kita perasaan itu tidak semurah tayangan sinetron atau bacaan picisan dalam novel-novel. Bagi kita perasaan itu adalah bagian dari kemuliaan yang Allah tetapkan untuk pejuang dakwah. Perasaan itulah yang melandasi ekspansi dakwah di dunia maya dan jaminan kemuliaan Allah SWT. Perasaan itulah yang mengeksiskan kita dengan beban berat amanah ini. Maka Jagalah perasaan itu tetap suci dan mensucikan.”
Cinta Aktivis Dakwah
Teman Ikhwan tersebut terkejut, tapi ditekannya getar suaranya. Ia berusaha tetap tenang. “Sabar ukhti, jangan terlalu diambil hati. Mungkin maksudnya tidak seperti yang anti bayangkan.” Teman ikhwan nya pun mencoba menenangkan terutama untuk dirinya sendiri.
“Afwan…ana tidak menangkap maksud lain dari perkataannya. Ikhwan itu mungkin tidak pernah berpikir dampak perkataannya. Kata-kata itu membuat ana sedikit banyak merasa gagal menjaga hijab ana, gagal menjaga komitmen dan menjadi penyebab fitnah. Padahal, ana hanya berusaha menjadi bagian dari perputaran dakwah ini.” sang akhwat kini mulai tersedak terbata.
“Ya sudah…Ana berharap anti tetap istiqamah dengan kenyataan ini, ana tidak ingin kehilangan tim dakwah di jaringan sosial ini oleh permasalahan seperti ini”. temannya ikhwan tersebut itu membuat keputusan, “ana akan ajak bicara langsung akh fulan”
Beberapa Waktu berlalu, ketika akhirnya teman ikhwan tersebut mendatangi dulan yang bersangkutan. Sang Akh berkata, “Ana memang menyatakan hal tersebut, tapi apakah itu suatu kesalahan?”
temannya ikhwan tersebut berusaha menanggapinya searif mungkin. “Ana tidak menyalahkan perasaan antum. Kita semua berhak memiliki perasaan itu. Pertanyaan ana adalah, apakah antum sudah siap ketika menyatakan perasaan itu. Apakah antum mengatakannya dengan orientasi bersih yang menjamin hak-hak saudari antum. Hak perasaan dan hak pembinaannya. Apakah antum menyampaikan kepada pembina antum untuk diseriuskan?. Apakah antum sudah siap berkeluarga. Apakah antum sudah berusaha menjaga kemungkinan fitnah dari pernyataan antum, baik terhadap ikhwah lain maupun terhadap dakwah????” teman ikhwan tersebut membuat penekanan substansial. ” Akhi bagi kita perasaan itu tidak semurah tayangan sinetron atau bacaan picisan dalam novel-novel. Bagi kita perasaan itu adalah bagian dari kemuliaan yang Allah tetapkan untuk pejuang dakwah. Perasaan itulah yang melandasi ekspansi dakwah di dunia maya dan jaminan kemuliaan Allah SWT. Perasaan itulah yang mengeksiskan kita dengan beban berat amanah ini. Maka Jagalah perasaan itu tetap suci dan mensucikan.”
Cinta Aktivis Dakwah
Bagaimana ketika perasaan itu hadir. Bukankah ia datang tanpa pernah diundang dan dikehendaki?
Jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukanlah perkara sederhana. Dalam konteks dakwah, jatuh cinta adalah gerbang ekspansi pergerakan. Dalam konteks pembinaan, jatuh cinta adalah naik marhalah pembinaan. Dalam konteks keimanan, jatuh cinta adalah bukti ketundukan kepada sunnah Rosullulah saw dan jalan meraih ridho Allah SWT.
Ketika aktivis dakwah jatuh cinta, maka tuntas sudah urusan prioritas cinta. Jelas, Allah, Rosullah dan jihad fii sabilillah adalah yang utama. Jika ia ada dalam keadaan tersebut, maka berkahlah perasaannya, berkahlah cintanya dan berkahlah amal yang terwujud dalam cinta tersebut. Jika jatuh cintanya tidak dalam kerangka tersebut, maka cinta menjelma menjadi fitnah baginya, fitnah bagi ummat, dan fitnah bagi dakwah. Karenannya jatuh cinta bagi aktivis dakwah bukan perkara sederhana.
Ketika Ikhwan mulai bergetar hatinya terhadap akhwat dan demikian sebaliknya. Ketika itulah cinta ‘lain’ muncul dalam dirinya. Cinta inilah yang akan kita bahas disini. Yaitu sebuah karunia dari kelembutan hati dan perasaan manusia. Suatu karunia Allah yang membutuhkan bingkai yg jelas. Sebab terlalu banyak pengagung cinta ini yang kemudian menjadi hamba yang tersesat. Bagi aktivis dakwah, cinta lawan jenis adalah perasaan yang lahir dari tuntutan fitrah, tidak lepas dari kerangka pembinaan dan dakwah. Suatu perasaan produktif yang dengan indah dikemukakan oleh ibunda kartini,” …akan lebih banyak lagi yang dapat saya kerjakan untuk bangsa ini, bila saya ada disamping laki-laki yg cakap, lebih banyak kata saya…..daripada yang saya usahakan sebagai perempuan yg berdiri sendiri..”
Cinta memiliki 2 mata pedang. Satu sisinya adalah rahmat dengan jaminan kesempurnaan agama dan disisi lainnya adalah gerbang fitnah dan kehidupan yg sengsara. Karenanya jatuh cinta membutuhkan kesiapan dan persiapan. Bagi setiap aktivis dakwah, bertanyalah dahulu kepada diri sendiri, sudah siapkah jatuh cinta???jangan sampai kita lupa, bahwa segala sesuatu yang melingkupi diri kita, perkataan, perbuatan, maupun perasaan adalah bagian dari deklarasi nilai diri sebagai generasi dakwah. Sehingga umat selalu mendapatkan satu hal dari apapun pentas kehidupan kita, yaitu kemuliaan Islam dan kemuliaan kita karena memuliakan Islam.
Deklarasi Cinta
Sekarang adalah saat yang tepat bagi kita untuk mendeklarasikan cinta diatas koridor yang bersih. Jika proses dan seruan dakwah senantiasa mengusung pembenahan kepribadiaan manusia, maka layaklah kita tempatkan tema cinta dalam tempat utama. Kita sadari kerusakan prilaku generasi hari ini, sebagian besar dilandasi oleh salah tafsir tentang cinta. Terlalu banyak penyimpangan terjadi, karena cinta didewakan dan dijadikan kewajaran melakukan pelanggaran. Dan tema tayangan pun mendeklarasikan cinta yang dangkal. Hanya ada cinta untuk sebuah persaingan, sengketa. Sementara cinta untuk sebuah kemuliaan, kerja keras dan pengorbanan, serta jembatan jalan kesurga dan kemuliaan Allah, tidak pernah mendapat tempat disana.
Sudah cukup banyak pentas kejujuran kita lakukan. Sudah terbilang jumlah pengakuan keutamaan kita, sebuah dakwah yang kita gagas, Sudah banyak potret keluarga yg baru dalam masyarakat yg kita tampilkan. Namun berapa banyak deklarasi cinta yang sudah kita nyatakan. Cinta masih menjadi topik ‘asing’ dalam dakwah kita. Wajah, warna, ekspresi dan nuansa cinta kita masih terkesan ‘misteri. Pertanyaan sederhana, “Gimana sih, kok kamu bisa nikah sama dia, Emang kamu cinta sama dia?”, dapat kita jadikan indikator miskinnya kita mengkampanyekan cinta suci dalam dakwah ini.
Pernyataan ‘Nikah dulu baru pacaran’ masih menjadi jargon yang menyimpan pertanyaan misteri, “Bagaimana caranya, emang bisa?”. Sangat sulit bagi masyarakat kita untuk mencerna dan memahami logika jargon tersebut. Terutama karena konsumsi informasi media tayangan, bacaan, diskusi dan interaksi umum, sama sekali bertolak belakang dengan jargon tersebut.
Inilah salah satu alasan penting dan mendesak untuk mengkampanyekan cinta dengan wujud yang baru. Cinta yang lahir sebagai bagian dari penyempurnaan status hamba. Cinta yang diberkahi karena taat kepada sang Penguasa. Cinta yang diberkahi karena taat pada sang penguasa. Cinta yang menjaga diri dari penyimpangan, penyelewengan dan perbuatan ingkar terhadap nikmat Allah yang banyak. Cinta yang berorientasi bukan sekedar jalan berdua, makan, nonton dan seabrek romantika yang berdiri diatas pengkhianatan terhadap nikmat, rezki, dan amanah yang Allah berikan kepada kita.
Kita ingin lebih dalam menjabarkan kepada masyarakan tentang cinta ini. Sehingga masyarakat tidak hanya mendapatkan hasil akhir keluarga dakwah. Biarkan mereka paham tentang perasaan seorang ikhwan terhadap akhwat, tentang perhatian seorang akhwat pada ikhwan, tentang cinta ikhwan-akhwat, tentang romantika ikhwan-akhwat dan tentang landasan kemana cinta itu bermuara. Inilah agenda topik yang harus lebih banyak dibuka dan dibentangkan. Dikenalkan kepada masyarakat berikut mekanisme yang menyertainya. Paling tidak gambaran besar yang menyeluruh dapat dinikmati oleh masyarakat, sehingga mereka bisa mengerti bagaimana proses panjang yang menghasilkan potret keluarga dakwah hari ini.
Epilog
Setiap kita yang mengaku putra-putri Islam, setiap kita yg berjanji dalam kafilah dakwah, setiap kita yang mengikrarkan Allahu Ghoyatuna, maka jatuh cinta dipandang sebagai jalan jihad yang menghantarkan diri kepada cita-cita tertinggi, syahid fi sabililah. Inilah perasaan yang istimewa. Perasaan yang menempatkan kita satu tahap lebih maju. Dengan perasaan ini, kita mengambil jaminan kemuliaan yang ditetapkan Rosullulah. Dengan perasaan ini kita memperluas ruang dakwah kita. Dengan perasaan ini kita naik marhalah dalam dakwah dan pembinaan.
Betapa Allah sangat memuliakan perasaan cinta orang-orang beriman ini. Dengan cinta itu mereka berpadu dalam dakwah. Dengan cinta itu mereka saling tolong menolong dalam kebaikan, dengan cinta itu juga mereka menghiasi Bumi dan kehidupan di atasnya. Dengan itu semua Allah berkahi nikmat itu dengan lahirnya anak-anak shaleh yang memberatkan Bumi dengan kalimat Laa Illaha Ilallah. Inilah potret cinta yang sakinah, mawaddh, warahmah.
jadi…Berkomen sih boleh saja tapi Ingat di jaga hati dan pandangan terhadap yang bukan muhrim nya ! Soooooo sudah berani kau jatuh cinta…Ikhwan dan Akhwat :D ??
10. PERJALANAN SPIRITUAL
ANAK AMERIKA MENEMUKAN ISLAM ( KISAH NYATA )
Murtakibudz Dzunub - Kisah
spiritual anak amerika yang memeluk islam hanya karena dia baca mengenai buku
Islam, setelah sebelumnya orang tuanya memberinya semua buku semua agama yang
ada di dunia, Orang tua mutusin agar anaknya sendiri yang memilih agamanya.
Rasulullah saw bersabda: ”Setiap bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari)
Kisah bocah Amerika ini tidak lain adalah sebuah bukti yang membenarkan hadits tersebut di atas. Alexander Pertz dilahirkan dari kedua orang tua Nasrani pada tahun 1990 M. Sejak awal ibunya telah memutuskan untuk membiarkannya memilih agamanya jauh dari pengaruh keluarga atau masyarakat.
Rasulullah saw bersabda: ”Setiap bayi yang dilahirkan dalam keadaan fitrah. Maka kedua orang tuanyalah yang menjadikannya Yahudi, atau Nasrani, atau Majusi.” (HR. Bukhari)
Kisah bocah Amerika ini tidak lain adalah sebuah bukti yang membenarkan hadits tersebut di atas. Alexander Pertz dilahirkan dari kedua orang tua Nasrani pada tahun 1990 M. Sejak awal ibunya telah memutuskan untuk membiarkannya memilih agamanya jauh dari pengaruh keluarga atau masyarakat.
Begitu dia bisa membaca dan menulis maka ibunya menghadirkan untuknya buku-buku agama dari seluruh agama, baik agama langit atau agama bumi. Setelah membaca dengan mendalam, Alexander memutuskan untuk menjadi seorang muslim. Padahal ia tak pernah bertemu muslim seorangpun.
Dia sangat cinta dengan agama ini sampai pada tingkatan dia mempelajari sholat, dan mengerti banyak hukum-hukum syar’i, membaca sejarah Islam, mempelajari banyak kalimat bahasa Arab, menghafal sebagian surat, dan belajar adzan. Semua itu tanpa bertemu dengan seorang muslimpun.
Berdasarkan bacaan-bacaan tersebut dia memutuskan untuk mengganti namanya yaitu Muhammad ’Abdullah, dengan tujuan agar mendapatkan keberkahan Rasulullah saw yang dia cintai sejak masih kecil. Salah seorang wartawan muslim menemuinya dan bertanya pada bocah tersebut. Namun, sebelum wartawan tersebut bertanya kepadanya, bocah tersebut bertanya kepada wartawan itu,
”Apakah engkau seorang yang hafal Al Quran ?”
Wartawan itu berkata: ”Tidak”.
Namun sang wartawan dapat merasakan kekecewaan anak itu atas jawabannya.
Bocah itu kembali berkata , ”Akan tetapi engkau adalah seorang muslim, dan mengerti bahasa Arab, bukankah demikian ?”. Dia menghujani wartawan itu dengan banyak pertanyaan.
”Apakah engkau telah menunaikan ibadah haji ? Apakah engkau telah menunaikan ’umrah ? Bagaimana engkau bisa mendapatkan pakaian ihram ? Apakah pakaian ihram tersebut mahal ? Apakah mungkin aku membelinya di sini, ataukah mereka hanya menjualnya di Arab Saudi saja ? Kesulitan apa sajakah yang engkau alami, dengan keberadaanmu sebagai seorang muslim di komunitas yang bukan Islami ?”
Setelah wartawan itu menjawab sebisanya, anak itu kembali berbicara dan menceritakan tentang beberapa hal berkenaan dengan kawan-kawannya, atau gurunya, sesuatu yang berkenaan dengan makan atau minumnya, peci putih yang dikenakannya, ghutrah (surban) yang dia lingkarkan di kepalanya dengan model Yaman, atau berdirinya di kebun umum untuk mengumandangkan adzan sebelum dia sholat.
Kemudian ia berkata dengan penuh penyesalan, ”Terkadang aku kehilangan sebagian sholat karena ketidaktahuanku tentang waktu-waktu sholat.”
Bocah itu kembali berkata , ”Akan tetapi engkau adalah seorang muslim, dan mengerti bahasa Arab, bukankah demikian ?”. Dia menghujani wartawan itu dengan banyak pertanyaan.
”Apakah engkau telah menunaikan ibadah haji ? Apakah engkau telah menunaikan ’umrah ? Bagaimana engkau bisa mendapatkan pakaian ihram ? Apakah pakaian ihram tersebut mahal ? Apakah mungkin aku membelinya di sini, ataukah mereka hanya menjualnya di Arab Saudi saja ? Kesulitan apa sajakah yang engkau alami, dengan keberadaanmu sebagai seorang muslim di komunitas yang bukan Islami ?”
Setelah wartawan itu menjawab sebisanya, anak itu kembali berbicara dan menceritakan tentang beberapa hal berkenaan dengan kawan-kawannya, atau gurunya, sesuatu yang berkenaan dengan makan atau minumnya, peci putih yang dikenakannya, ghutrah (surban) yang dia lingkarkan di kepalanya dengan model Yaman, atau berdirinya di kebun umum untuk mengumandangkan adzan sebelum dia sholat.
Kemudian ia berkata dengan penuh penyesalan, ”Terkadang aku kehilangan sebagian sholat karena ketidaktahuanku tentang waktu-waktu sholat.”
Kemudian wartawan itu
bertanya pada sang bocah, ”Apa yang membuatmu tertarik pada Islam ? Mengapa
engkau memilih Islam, tidak yang lain saja ?” Dia diam sesaat kemudian
menjawab.
”Aku tidak tahu, segala yang aku ketahui adalah dari yang aku baca tentangnya, dan setiap kali aku menambah bacaanku, maka semakin banyak kecintaanku”.
Wartawan bertanya kembali, ”Apakah engkau telah puasa Ramadhan ?” Muhammad tersenyum sambil menjawab, ”Ya, aku telah puasa Ramadhan yang lalu secara sempurna. Alhamdulillah, dan itu adalah pertama kalinya aku berpuasa di dalamnya. Dulunya sulit, terlebih pada hari-hari pertama”.
Kemudian dia meneruskan : ”Ayahku telah menakutiku bahwa aku tidak akan mampu berpuasa, akan tetapi aku berpuasa dan tidak mempercayai hal tersebut”.
”Apakah cita-citamu ?” tanya wartawan,
Dengan cepat Muhammad menjawab, ”Aku memiliki banyak cita-cita. Aku berkeinginan untuk pergi ke Makkah dan mencium Hajar Aswad”.
”Sungguh aku perhatikan bahwa keinginanmu untukmenunaikan ibadah haji adalah sangat besar. Adakah penyebab hal tersebut ?” tanya wartawan lagi.
”Aku tidak tahu, segala yang aku ketahui adalah dari yang aku baca tentangnya, dan setiap kali aku menambah bacaanku, maka semakin banyak kecintaanku”.
Wartawan bertanya kembali, ”Apakah engkau telah puasa Ramadhan ?” Muhammad tersenyum sambil menjawab, ”Ya, aku telah puasa Ramadhan yang lalu secara sempurna. Alhamdulillah, dan itu adalah pertama kalinya aku berpuasa di dalamnya. Dulunya sulit, terlebih pada hari-hari pertama”.
Kemudian dia meneruskan : ”Ayahku telah menakutiku bahwa aku tidak akan mampu berpuasa, akan tetapi aku berpuasa dan tidak mempercayai hal tersebut”.
”Apakah cita-citamu ?” tanya wartawan,
Dengan cepat Muhammad menjawab, ”Aku memiliki banyak cita-cita. Aku berkeinginan untuk pergi ke Makkah dan mencium Hajar Aswad”.
”Sungguh aku perhatikan bahwa keinginanmu untukmenunaikan ibadah haji adalah sangat besar. Adakah penyebab hal tersebut ?” tanya wartawan lagi.
Ibu Muhamad untuk pertama
kalinya ikut angkat bicara, dia berkata : ”Sesungguhnya gambar Ka’bah telah
memenuhi kamarnya, sebagian manusia menyangka bahwa apa yang dia lewati pada
saat sekarang hanyalah semacam khayalan, semacam angan yang akan berhenti pada
suatu hari. Akan tetapi mereka tidak mengetahui bahwa dia tidak hanya sekedar
serius, melainkan mengimaninya dengan sangat dalam sampai pada tingkatan yang
tidak bisa dirasakan oleh orang lain”.
Tampaklah senyuman di wajah Muhammad ’Abdullah, dia melihat ibunya membelanya. Kemudian dia memberikan keterangan kepada ibunya tentang thawaf di sekitar Ka’bah, dan bagaimanakah haji sebagai sebuah lambang persamaan antar sesama manusia sebagaimana Tuhan telah menciptakan mereka tanpa memandang perbedaan warna kulit, bangsa, kaya, atau miskin.
Kemudian Muhammad meneruskan, ”Sesungguhnya aku berusaha mengumpulkan sisa dari uang sakuku setiap minggunya agar aku bisa pergi ke Makkah Al-Mukarramah pada suatu hari. Aku telah mendengar bahwa perjalanan ke sana membutuhkan biaya 4 ribu dollar, dan sekarang aku mempunyai 300 dollar.”
Ibunya menimpalinya seraya berkata untuk berusaha menghilangkan kesan keteledorannya, ”Aku sama sekali tidak keberatan dan menghalanginya pergi ke Makkah, akan tetapi kami tidak memiliki cukup uang untuk mengirimnya dalam waktu dekat ini.”
”Apakah cita-citamu yang lain ?” tanya wartawan.
“Aku bercita-cita agar Palestina kembali ke tangan kaum muslimin. Ini adalah bumi mereka yang dicuri oleh orang-orang Israel (Yahudi) dari mereka.” jawab Muhammad
Ibunya melihat kepadanya dengan penuh keheranan. Maka diapun memberikan isyarat bahwa sebelumnya telah terjadi perdebatan antara dia dengan ibunya sekitar tema ini.
Muhammad berkata, ”Ibu, engkau belum membaca sejarah, bacalah sejarah, sungguh benar-benar telah terjadi perampasan terhadap Palestina.”
”Apakah engkau mempunyai cita-cita lain ?” tanya wartawan lagi.
Muhammad menjawab, “Cita-citaku adalah aku ingin belajar bahasa Arab, dan menghafal Al Quran.”
“Apakah engkau berkeinginan belajar dinegeri Islam ?” tanya wartawan Maka dia menjawab dengan meyakinkan :
“Tentu”
”Apakah engkau mendapati kesulitan dalam masalah makanan ? Bagaimana engkau menghindari daging babi ?”
Muhammad menjawab, ”Babi adalah hewan yang sangat kotor dan menjijikkan. Aku sangat heran, bagaimanakah mereka memakan dagingnya. Keluargaku mengetahui bahwa aku tidak memakan daging babi, oleh karena itu mereka tidak menghidangkannya untukku. Dan jika kami pergi ke restoran, maka aku kabarkan kepada mereka bahwa aku tidak memakan daging babi.”
”Apakah engkau sholat di sekolahan ?”
”Ya, aku telah membuat sebuah tempat rahasia di perpustakaan yang aku shalat di sana setiap hari” jawab Muhammad.
Tampaklah senyuman di wajah Muhammad ’Abdullah, dia melihat ibunya membelanya. Kemudian dia memberikan keterangan kepada ibunya tentang thawaf di sekitar Ka’bah, dan bagaimanakah haji sebagai sebuah lambang persamaan antar sesama manusia sebagaimana Tuhan telah menciptakan mereka tanpa memandang perbedaan warna kulit, bangsa, kaya, atau miskin.
Kemudian Muhammad meneruskan, ”Sesungguhnya aku berusaha mengumpulkan sisa dari uang sakuku setiap minggunya agar aku bisa pergi ke Makkah Al-Mukarramah pada suatu hari. Aku telah mendengar bahwa perjalanan ke sana membutuhkan biaya 4 ribu dollar, dan sekarang aku mempunyai 300 dollar.”
Ibunya menimpalinya seraya berkata untuk berusaha menghilangkan kesan keteledorannya, ”Aku sama sekali tidak keberatan dan menghalanginya pergi ke Makkah, akan tetapi kami tidak memiliki cukup uang untuk mengirimnya dalam waktu dekat ini.”
”Apakah cita-citamu yang lain ?” tanya wartawan.
“Aku bercita-cita agar Palestina kembali ke tangan kaum muslimin. Ini adalah bumi mereka yang dicuri oleh orang-orang Israel (Yahudi) dari mereka.” jawab Muhammad
Ibunya melihat kepadanya dengan penuh keheranan. Maka diapun memberikan isyarat bahwa sebelumnya telah terjadi perdebatan antara dia dengan ibunya sekitar tema ini.
Muhammad berkata, ”Ibu, engkau belum membaca sejarah, bacalah sejarah, sungguh benar-benar telah terjadi perampasan terhadap Palestina.”
”Apakah engkau mempunyai cita-cita lain ?” tanya wartawan lagi.
Muhammad menjawab, “Cita-citaku adalah aku ingin belajar bahasa Arab, dan menghafal Al Quran.”
“Apakah engkau berkeinginan belajar dinegeri Islam ?” tanya wartawan Maka dia menjawab dengan meyakinkan :
“Tentu”
”Apakah engkau mendapati kesulitan dalam masalah makanan ? Bagaimana engkau menghindari daging babi ?”
Muhammad menjawab, ”Babi adalah hewan yang sangat kotor dan menjijikkan. Aku sangat heran, bagaimanakah mereka memakan dagingnya. Keluargaku mengetahui bahwa aku tidak memakan daging babi, oleh karena itu mereka tidak menghidangkannya untukku. Dan jika kami pergi ke restoran, maka aku kabarkan kepada mereka bahwa aku tidak memakan daging babi.”
”Apakah engkau sholat di sekolahan ?”
”Ya, aku telah membuat sebuah tempat rahasia di perpustakaan yang aku shalat di sana setiap hari” jawab Muhammad.
Kemudian datanglah waktu
shalat maghrib di tengah wawancara. Bocah itu langsung berkata kepada wartawan,
”Apakah engkau mengijinkanku untuk mengumandangkan adzan ?”
Kemudian dia berdiri dan mengumandangkan adzan.
Dan tanpa terasa, air mata mengalir di kedua mata sang wartawan ketika melihat dan mendengarkan bocah itu menyuarakan adzan. Suhanallah....(http://warax.mywapblog.com/)
Banyak pelajaran yang bisa kita ambil dari kisah ini, salah satunya kembali kita menyadari bahwa semua apa yang mampu kita kerjakan dan amalkan juga pemahaman semua tidak lain karena Taufiq dan hidayah dari Allah. Bukanlah dari kekuatan iman ataupun kecerdasan intelektual kita sendiri.
11. KUATNYA SEBONGKAH
HARAPAN
Murtakibudz Dzunub - Dahulu,
seorang pengusaha yang cukup berhasil. Ketika suaminya sakit, satu persatu
pabrik mereka jual. Harta mereka terkuras untuk berbagai biaya pengobatan.
Hingga mereka harus pindah kepinggiran kota dan membuka rumah makan sederhana.
Sang suami pun telah tiada. Beberapa tahun kemudian, rumah makani tu pun harus berganti rupa menjadi warung makan yang lebih kecil di sebelah pasar. Setelah lama tak mendengar kabarnya, kini setiap malam tampak sang isteri di bantu oleh anak dan menantunya menggelar tikar berjualan lesehan di alun-alun kota. Orang-orang pun masih mengenal masalalunya yang berkelimpahan. Namun, ia tak kehilangan senyumnya yang tegar saat meladeni para pembeli.
"Wahai Ibu, bagaimana kau bisa sedemikian kuat?"
Sang suami pun telah tiada. Beberapa tahun kemudian, rumah makani tu pun harus berganti rupa menjadi warung makan yang lebih kecil di sebelah pasar. Setelah lama tak mendengar kabarnya, kini setiap malam tampak sang isteri di bantu oleh anak dan menantunya menggelar tikar berjualan lesehan di alun-alun kota. Orang-orang pun masih mengenal masalalunya yang berkelimpahan. Namun, ia tak kehilangan senyumnya yang tegar saat meladeni para pembeli.
"Wahai Ibu, bagaimana kau bisa sedemikian kuat?"
"Harapan Nak! jangan
kehilangan harapan. Bukankah seorang guru dunia pernah berujar, karena
harapanlah seorang Ibu menyusui anaknya.Karena harapanlah kita menanam pohon meski
kita tahu kita tak akan sempat memetik buahnya yang ranum bertahun-tahun
kemudian.Sekali kau kehilangan harapan, kau kehilangan seluruh kekuatanmuuntuk
menghadapi dunia".
11. KETEGUHAN IMAN
MUSLIMAH MUSLIM
Murtakibudz Dzunub - Saat aku
mengandung putriku, Afnan, ayahku melihat sebuah mimpi di dalam tidurnya. Ia
melihat banyak buruk pipit yang terbang di angkasa. Di antara burung-burung
tersebut terdapat seekor merpati putih yang sangat cantik, terbang jauh
meninggi ke langit. Maka aku bertanya kepada ayah tentang tafsir dari mimpi
tersebut. Maka ia mengabarkan kepadaku bahwa burung-burung pipit tersebut
adalah anak-anakku, dan sesungguhnya aku akan melahirkan seorang gadis yang
bertakwa. Ia tidak menyempurnakan tafsirnya, sementara akupun tidak meminta
tafsir tentang takwil mimpi tersebut.
Setelah itu aku melahirkan putriku, Afnan. Ternyata dia benar-benar seorang gadis yang bertakwa. Aku melihatnya sebagai seorang wanita yang shalihah sejak kecil. Dia tidak pernah mau mengenakan celana, tidak juga mengenakan pakaian pendek, dia akan menolak dengan keras, padahal dia masih kecil. Jika aku mengenakan rok pendek padanya, maka ia mengenakan celana panjang di balik rok tersebut.
Afnan senantiasa menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Setelah dia menduduki kelas 4 SD, dia semakin menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Dia menolak pergi ke tempat-tempat permainan, atau ke pesta-pesta walimah. Dia adalah seorang gadis yang berpegang teguh dengan agamanya, sangat cemburu di atasnya, menjaga shalat-shalatnya, dan sunnah-sunnahnya. Tatkala dia sampai SMP mulailah dia berdakwah kepada agama Allah. Dia tidak pernah melihat sebuah kemungkaran kecuali dia mengingkarinya, dan memerintah kepada yang ma'ruf dan senantiasa menjaga hijabnya.
Permulaan dakwahnya kepada agama Allah adalah permulaan masuk Islamnya pembantu kami yang berkebangsaan Srilangka.
Tatkala aku mengandung putraku, Abdullah, aku terpaksa mempekerjakan seorang pembantu untuk merawatnya saat kepergianku, karena aku adalah seorang karyawan. Ia beragama Nashrani. Setelah Afnan mengetahui bahwa pembantu tersebut tidak muslimah, dia marah dan mendatangiku seraya berkata:
"Wahai ummi, bagaimana dia akan menyentuh pakaian-pakaian kita, mencuci piring-piring kita, dan merawat adikku, sementara dia adalah wanita kafir?! Aku siap meninggalkan sekolah, dan melayani kalian selama 24 jam, dan jangan menjadikan wanita kafir sebagai pembantu kita!!"
Aku tidak memperdulikannya, karena memang kebutuhanku terhadap pembantu tersebut amat mendesak. Hanya dua bulan setelah itu, pembantu tersebut mendatangiku dengan penuh kegembiraan seraya berkata: "Mama aku sekarang menjadi seorang muslimah, karena jasa Afnan yang terus mendakwahiku. Dia telah mengajarkan kepadaku tentang Islam." Maka akupun sangat bergembira mendengar kabar baik ini.
Saat Afnan duduk di kelas 3 SMP, pamannya memintanya hadir dalam pesta pernikahannya. Dia memaksa Afnan untuk hadir, jika tidak maka dia tidak akan ridha kepadanya sepanjang hidupnya. Akhirnya Afnan menyetujui permintaannya setelah ia mendesak dengan sangat, dan juga karena Afnan sangat mencintai pamannya tersebut.
Afnan bersiap untuk mendatangi pernikahan itu. Dia mengenakan sebuah gaun yang menutupi seluruh tubuhnya. Dia adalah seorang gadis yang sangat cantik.
Setiap orang yang melihatnya akan terkagum-kagum dengan kecantikannya. Semua orang kagum dan bertanya-tanya, siapa gadis ini? Mengapa engkau menyembunyikannya dari kami selama ini?
Setelah menghadiri pernikahan pamannya, Afnan terserang kanker tanpa kami ketahui. Dia merasakan sakit yang teramat sakit pada kakinya. Dia menyembunyikan rasa sakit tersebut dan berkata: "Sakit ringan di kakiku."
Sebulan setelah itu dia menjadi pincang, saat kami bertanya kepadanya, dia menjawab: "Sakit ringan, akan segera hilang insya Allah." Setelah itu dia tidak mampu lagi berjalan. Kamipun membawanya ke rumah sakit.
Selesailah pemeriksaan dan diagnosa yang sudah semestinya. Di dalam salah satu ruangan di rumah sakit tersebut, sang dokter berkebangsaan Turki mengumpulkanku, ayahnya, dan pamannya. Hadir pula pada saat itu seorang penerjemah, dan seorang perawat yang bukan muslim. Sementara Afnan berbaring di atas ranjang.
Dokter mengabarkan kepada kami bahwa Afnan terserang kanker di kakinya, dan dia akan memberikan 3 suntikan kimiawi yang akan merontokkan seluruh rambut dan alisnya. Akupun terkejut dengan kabar ini. Kami duduk menangis. Adapun Afnan, saat dia mengetahui kabar tersebut dia sangat bergembira dan berkata "Alhamdulillah... alhamdulillah... alhamdulillah." Akupun mendekatkan dia di dadaku sementara aku dalam keadaan menangis. Dia berkata: "Wahai ummi, alhamdulillah, musibah ini hanya menimpaku, bukan menimpa agamaku."Diapun bertahmid memuji Allah dengan suara keras, sementara semua orang melihat kepadanya dengan tercengang!!
Aku merasa diriku kecil, sementara aku melihat gadis kecilku ini dengan kekuatan imannya dan aku dengan kelemahan imanku. Setiap orang yang bersama kami sangat terkesan dengan kejadian ini dan kekuatan imannya. Adapun penerjemah dan para perawat, merekapun menyatakan keislamannya!!
Berikutnya adalah perjalanan dia untuk berobat dan berdakwah kepada Allah.Sebelum Afnan memulai pengobatan dengan bahan-bahan kimia, pamannya meminta akan menghadirkan gunting untuk memotong rambutnya sebelum rontok karena pengobatan. Diapun menolak dengan keras. Aku mencoba untuk memberinya pengertian agar memenuhi keinginan pamannya, akan tetapi dia menolak dan bersikukuh seraya berkata: "Aku tidak ingin terhalangi dari pahala bergugurannya setiap helai rambut dari kepalaku."
Kami (aku, suami dan Afnan) pergi untuk pertama kalinya ke Amerika dengan pesawat terbang. Saat kami sampai di sana, kami disambut oleh seorang dokter wanita Amerika yang sebelumnya pernah bekerja di Saudi selama 15 tahun. Dia bisa berbicara bahasa Arab. Saat Afnan melihatnya, dia bertanya kepadanya: "Apakah engkau seorang muslimah?" Dia menjawab: "Tidak."Afnanpun meminta kepadanya untuk mau pergi bersamanya menuju ke sebuah kamar kosong. Dokter wanita itupun membawanya ke salah satu ruangan.
Setelah itu dokter wanita itu kemudian mendatangiku sementara kedua matanya telah terpenuhi linangan air mata. Dia mengatakan bahwa sesungguhnya sejak 15 tahun dia di Saudi, tidak pernah seorangpun mengajaknya kepada Islam. dan di sini datang seorang gadis kecil yang mendakwahinya. Akhirnya dia masuk Islam melalui tangannya.
Di Amerika, mereka mengabarkan bahwa tidak ada obat baginya kecuali mengamputasi kakinya,karena dikhawatirkan kanker tersebut akan menyebar sampai ke paru-paru dan akan mematikannya akan tetapi Afnan sama sekali tidak takut terhadap amputasi, yang dia khawatirkan adalah perasaan kedua orangtuanya.
Pada suatu hari Afnan berbicara dengan salah satu temanku melalui Messenger. Afnan bertanya kepadanya: "Bagaimana menurut pendapatmu, apakah aku akan menyetujui mereka untuk mengamputasi kakiku?" Maka dia mencoba untuk menenangkannya, dan bahwa mungkin kaki palsu sebagai gantinya. Maka Afnan menjawab dengan satu kalimat: "Aku tidak memperdulikan kakiku, yang aku inginkan adalah mereka meletakkanku di dalam kuburku sementara aku dalam keadaan sempurna. " Temanku tersebut berkata: "Sesungguhnya setelah jawaban Afnan, aku merasa kecil di hadapan Afnan, Aku tidak memahami sesuatupun, seluruh pikiranku saat itu tertuju kepada bagaimana dia nanti akan hidup, sedangkan fikirannya lebih tinggi dari itu, yaitu bagaimana nanti dia akan mati."
Kamipun kembali ke Saudi setelah kami amputasi kaki Afnan, dan tiba-tiba kanker telah menyerang paru-paru!!
Keadaannya sungguh membuat putus asa, karena mereka meletakkannya di atas ranjang, dan disisinya terdapat sebuah tombol. Hanya dengan menekan tombol tersebut maka dia akan tersuntik dengan jarum bius dan jarum infus.
Di rumah sakit tidak terdengar suara adzan dan keadaannya seperti orang yang koma. Tetapi hanya dengan masuknya waktu shalat dia terbangun dari komanya, kemudian meminta air, kemudian wudhu dan shalat, tanpa ada seorangpun yang membangunkannya!!
Di hari-hari terakhir Afnan, para dokter mangabari kami bahwa tidak ada gunanya lagi ia di rumah sakit. Sehari atau dua hari lagi dia akan meninggal. Aku ingin dia menghabiskan hari-hari terakhirnya di rumah ibuku. Di rumah, dia tidur di sebuah kamar kecil. Aku duduk di sisinya dan berbicara dengannya.
Pada suatu hari, istri pamannya datang menjenguk. Aku katakan bahwa dia berada di dalam kamar sedang tidur. Ketika dia masuk ke dalam kamar, dia terkejut kemudian menutup pintu. Akupun terkejut dan khawatir terjadi sesuatu pada Afnan. Maka aku bertanya kepadanya, tetapi dia tidak menjawab. Maka aku tidak mampu lagi menguasai diri, akupun pergi kepadanya. Saat aku membuka kamar, apa yang kulihat membuatku tercengang.
Saat itu lampu dalam keadaan dimatikan, sementara wajah Afnan memancarkan cahaya di tengah kegelapan malam. Dia melihat kepadaku kemudian tersenyum.
Dia berkata: "Ummi kemarilah, aku mau menceritakan sebuah mimpi yang telah kulihat."
Ku katakan: "(Mimpi) yang baik Insya Allah. "
Dia berkata: "Aku melihat diriku sebagai pengantin di hari pernikahanku, aku mengenakan gaun berwarna putih yang lebar. Engkau dan keluargaku, kalian semua berada disekelilingku. Semuanya berbahagia dengan pernikahanku, kecuali engkau ummi."
Aku pun bertanya kepadanya: "Bagaimana menurutmu tentang tafsir mimpimu tersebut."
Dia menjawab: "Aku menyangka, bahwasanya aku akan meninggal, dan mereka semua akan melupakanku, dan hidup dalam kehidupan mereka dalam keadaan berbahagia kecuali engkau ummi. Engkau terus mengingatku, dan bersedih atas perpisahanku."
Benarlah apa yang dikatakan Afnan. Aku sekarang ini, saat aku menceritakan kisah ini, aku menahan sesuatu yang membakar dari dalam diriku, setiap kali aku mengingatnya, akupun bersedih atasnya.
Pada suatu hari, aku duduk dekat dengan Afnan, aku dan ibuku. Saat itu Afnan berbaring diatas ranjangnya kemudian dia terbangun. Dia berkata: "Ummi, mendekatlah kepadaku, aku ingin menciummu." Maka diapun menciumku.
Kemudian dia berkata: "Aku ingin mencium pipimu yang kedua ." Akupun mendekat kepadanya, dan dia menciumku, kemudian kembali berbaring di atas ranjangnya. Ibuku berkata kepadanya: "Afnan, ucapkanlah la ilaaha illallah."Kemudian dia menghadapkan wajah ke arah qiblat dan berkata: "Asyhadu allaa ilaaha illallaah." Dia mengucapkannya sebanyak 10 kali. Kemudian dia berkata: "Asyhadu allaa ilaaha illallahu wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah." Dan keluarlah rohnya.
Maka kamar tempat dia meninggal di dalamnya dipenuhi oleh aroma minyak kesturi selama 4 hari. Aku tidak mampu untuk tabah, kelurgaku takut akan terjadi sesuatu terhadap diriku. Maka merekapun meminyaki kamar tersebut dengan aroma lain sehingga aku tidak bisa lagi mencium aroma Afnan. Dan tidak ada yang aku katakan kecuali alhamdulillah rabbil 'aalamin.
Setelah itu aku melahirkan putriku, Afnan. Ternyata dia benar-benar seorang gadis yang bertakwa. Aku melihatnya sebagai seorang wanita yang shalihah sejak kecil. Dia tidak pernah mau mengenakan celana, tidak juga mengenakan pakaian pendek, dia akan menolak dengan keras, padahal dia masih kecil. Jika aku mengenakan rok pendek padanya, maka ia mengenakan celana panjang di balik rok tersebut.
Afnan senantiasa menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Setelah dia menduduki kelas 4 SD, dia semakin menjauh dari segenap perkara yang membuat murka Allah. Dia menolak pergi ke tempat-tempat permainan, atau ke pesta-pesta walimah. Dia adalah seorang gadis yang berpegang teguh dengan agamanya, sangat cemburu di atasnya, menjaga shalat-shalatnya, dan sunnah-sunnahnya. Tatkala dia sampai SMP mulailah dia berdakwah kepada agama Allah. Dia tidak pernah melihat sebuah kemungkaran kecuali dia mengingkarinya, dan memerintah kepada yang ma'ruf dan senantiasa menjaga hijabnya.
Permulaan dakwahnya kepada agama Allah adalah permulaan masuk Islamnya pembantu kami yang berkebangsaan Srilangka.
Tatkala aku mengandung putraku, Abdullah, aku terpaksa mempekerjakan seorang pembantu untuk merawatnya saat kepergianku, karena aku adalah seorang karyawan. Ia beragama Nashrani. Setelah Afnan mengetahui bahwa pembantu tersebut tidak muslimah, dia marah dan mendatangiku seraya berkata:
"Wahai ummi, bagaimana dia akan menyentuh pakaian-pakaian kita, mencuci piring-piring kita, dan merawat adikku, sementara dia adalah wanita kafir?! Aku siap meninggalkan sekolah, dan melayani kalian selama 24 jam, dan jangan menjadikan wanita kafir sebagai pembantu kita!!"
Aku tidak memperdulikannya, karena memang kebutuhanku terhadap pembantu tersebut amat mendesak. Hanya dua bulan setelah itu, pembantu tersebut mendatangiku dengan penuh kegembiraan seraya berkata: "Mama aku sekarang menjadi seorang muslimah, karena jasa Afnan yang terus mendakwahiku. Dia telah mengajarkan kepadaku tentang Islam." Maka akupun sangat bergembira mendengar kabar baik ini.
Saat Afnan duduk di kelas 3 SMP, pamannya memintanya hadir dalam pesta pernikahannya. Dia memaksa Afnan untuk hadir, jika tidak maka dia tidak akan ridha kepadanya sepanjang hidupnya. Akhirnya Afnan menyetujui permintaannya setelah ia mendesak dengan sangat, dan juga karena Afnan sangat mencintai pamannya tersebut.
Afnan bersiap untuk mendatangi pernikahan itu. Dia mengenakan sebuah gaun yang menutupi seluruh tubuhnya. Dia adalah seorang gadis yang sangat cantik.
Setiap orang yang melihatnya akan terkagum-kagum dengan kecantikannya. Semua orang kagum dan bertanya-tanya, siapa gadis ini? Mengapa engkau menyembunyikannya dari kami selama ini?
Setelah menghadiri pernikahan pamannya, Afnan terserang kanker tanpa kami ketahui. Dia merasakan sakit yang teramat sakit pada kakinya. Dia menyembunyikan rasa sakit tersebut dan berkata: "Sakit ringan di kakiku."
Sebulan setelah itu dia menjadi pincang, saat kami bertanya kepadanya, dia menjawab: "Sakit ringan, akan segera hilang insya Allah." Setelah itu dia tidak mampu lagi berjalan. Kamipun membawanya ke rumah sakit.
Selesailah pemeriksaan dan diagnosa yang sudah semestinya. Di dalam salah satu ruangan di rumah sakit tersebut, sang dokter berkebangsaan Turki mengumpulkanku, ayahnya, dan pamannya. Hadir pula pada saat itu seorang penerjemah, dan seorang perawat yang bukan muslim. Sementara Afnan berbaring di atas ranjang.
Dokter mengabarkan kepada kami bahwa Afnan terserang kanker di kakinya, dan dia akan memberikan 3 suntikan kimiawi yang akan merontokkan seluruh rambut dan alisnya. Akupun terkejut dengan kabar ini. Kami duduk menangis. Adapun Afnan, saat dia mengetahui kabar tersebut dia sangat bergembira dan berkata "Alhamdulillah... alhamdulillah... alhamdulillah." Akupun mendekatkan dia di dadaku sementara aku dalam keadaan menangis. Dia berkata: "Wahai ummi, alhamdulillah, musibah ini hanya menimpaku, bukan menimpa agamaku."Diapun bertahmid memuji Allah dengan suara keras, sementara semua orang melihat kepadanya dengan tercengang!!
Aku merasa diriku kecil, sementara aku melihat gadis kecilku ini dengan kekuatan imannya dan aku dengan kelemahan imanku. Setiap orang yang bersama kami sangat terkesan dengan kejadian ini dan kekuatan imannya. Adapun penerjemah dan para perawat, merekapun menyatakan keislamannya!!
Berikutnya adalah perjalanan dia untuk berobat dan berdakwah kepada Allah.Sebelum Afnan memulai pengobatan dengan bahan-bahan kimia, pamannya meminta akan menghadirkan gunting untuk memotong rambutnya sebelum rontok karena pengobatan. Diapun menolak dengan keras. Aku mencoba untuk memberinya pengertian agar memenuhi keinginan pamannya, akan tetapi dia menolak dan bersikukuh seraya berkata: "Aku tidak ingin terhalangi dari pahala bergugurannya setiap helai rambut dari kepalaku."
Kami (aku, suami dan Afnan) pergi untuk pertama kalinya ke Amerika dengan pesawat terbang. Saat kami sampai di sana, kami disambut oleh seorang dokter wanita Amerika yang sebelumnya pernah bekerja di Saudi selama 15 tahun. Dia bisa berbicara bahasa Arab. Saat Afnan melihatnya, dia bertanya kepadanya: "Apakah engkau seorang muslimah?" Dia menjawab: "Tidak."Afnanpun meminta kepadanya untuk mau pergi bersamanya menuju ke sebuah kamar kosong. Dokter wanita itupun membawanya ke salah satu ruangan.
Setelah itu dokter wanita itu kemudian mendatangiku sementara kedua matanya telah terpenuhi linangan air mata. Dia mengatakan bahwa sesungguhnya sejak 15 tahun dia di Saudi, tidak pernah seorangpun mengajaknya kepada Islam. dan di sini datang seorang gadis kecil yang mendakwahinya. Akhirnya dia masuk Islam melalui tangannya.
Di Amerika, mereka mengabarkan bahwa tidak ada obat baginya kecuali mengamputasi kakinya,karena dikhawatirkan kanker tersebut akan menyebar sampai ke paru-paru dan akan mematikannya akan tetapi Afnan sama sekali tidak takut terhadap amputasi, yang dia khawatirkan adalah perasaan kedua orangtuanya.
Pada suatu hari Afnan berbicara dengan salah satu temanku melalui Messenger. Afnan bertanya kepadanya: "Bagaimana menurut pendapatmu, apakah aku akan menyetujui mereka untuk mengamputasi kakiku?" Maka dia mencoba untuk menenangkannya, dan bahwa mungkin kaki palsu sebagai gantinya. Maka Afnan menjawab dengan satu kalimat: "Aku tidak memperdulikan kakiku, yang aku inginkan adalah mereka meletakkanku di dalam kuburku sementara aku dalam keadaan sempurna. " Temanku tersebut berkata: "Sesungguhnya setelah jawaban Afnan, aku merasa kecil di hadapan Afnan, Aku tidak memahami sesuatupun, seluruh pikiranku saat itu tertuju kepada bagaimana dia nanti akan hidup, sedangkan fikirannya lebih tinggi dari itu, yaitu bagaimana nanti dia akan mati."
Kamipun kembali ke Saudi setelah kami amputasi kaki Afnan, dan tiba-tiba kanker telah menyerang paru-paru!!
Keadaannya sungguh membuat putus asa, karena mereka meletakkannya di atas ranjang, dan disisinya terdapat sebuah tombol. Hanya dengan menekan tombol tersebut maka dia akan tersuntik dengan jarum bius dan jarum infus.
Di rumah sakit tidak terdengar suara adzan dan keadaannya seperti orang yang koma. Tetapi hanya dengan masuknya waktu shalat dia terbangun dari komanya, kemudian meminta air, kemudian wudhu dan shalat, tanpa ada seorangpun yang membangunkannya!!
Di hari-hari terakhir Afnan, para dokter mangabari kami bahwa tidak ada gunanya lagi ia di rumah sakit. Sehari atau dua hari lagi dia akan meninggal. Aku ingin dia menghabiskan hari-hari terakhirnya di rumah ibuku. Di rumah, dia tidur di sebuah kamar kecil. Aku duduk di sisinya dan berbicara dengannya.
Pada suatu hari, istri pamannya datang menjenguk. Aku katakan bahwa dia berada di dalam kamar sedang tidur. Ketika dia masuk ke dalam kamar, dia terkejut kemudian menutup pintu. Akupun terkejut dan khawatir terjadi sesuatu pada Afnan. Maka aku bertanya kepadanya, tetapi dia tidak menjawab. Maka aku tidak mampu lagi menguasai diri, akupun pergi kepadanya. Saat aku membuka kamar, apa yang kulihat membuatku tercengang.
Saat itu lampu dalam keadaan dimatikan, sementara wajah Afnan memancarkan cahaya di tengah kegelapan malam. Dia melihat kepadaku kemudian tersenyum.
Dia berkata: "Ummi kemarilah, aku mau menceritakan sebuah mimpi yang telah kulihat."
Ku katakan: "(Mimpi) yang baik Insya Allah. "
Dia berkata: "Aku melihat diriku sebagai pengantin di hari pernikahanku, aku mengenakan gaun berwarna putih yang lebar. Engkau dan keluargaku, kalian semua berada disekelilingku. Semuanya berbahagia dengan pernikahanku, kecuali engkau ummi."
Aku pun bertanya kepadanya: "Bagaimana menurutmu tentang tafsir mimpimu tersebut."
Dia menjawab: "Aku menyangka, bahwasanya aku akan meninggal, dan mereka semua akan melupakanku, dan hidup dalam kehidupan mereka dalam keadaan berbahagia kecuali engkau ummi. Engkau terus mengingatku, dan bersedih atas perpisahanku."
Benarlah apa yang dikatakan Afnan. Aku sekarang ini, saat aku menceritakan kisah ini, aku menahan sesuatu yang membakar dari dalam diriku, setiap kali aku mengingatnya, akupun bersedih atasnya.
Pada suatu hari, aku duduk dekat dengan Afnan, aku dan ibuku. Saat itu Afnan berbaring diatas ranjangnya kemudian dia terbangun. Dia berkata: "Ummi, mendekatlah kepadaku, aku ingin menciummu." Maka diapun menciumku.
Kemudian dia berkata: "Aku ingin mencium pipimu yang kedua ." Akupun mendekat kepadanya, dan dia menciumku, kemudian kembali berbaring di atas ranjangnya. Ibuku berkata kepadanya: "Afnan, ucapkanlah la ilaaha illallah."Kemudian dia menghadapkan wajah ke arah qiblat dan berkata: "Asyhadu allaa ilaaha illallaah." Dia mengucapkannya sebanyak 10 kali. Kemudian dia berkata: "Asyhadu allaa ilaaha illallahu wa asyhadu anna muhammadan rasuulullaah." Dan keluarlah rohnya.
Maka kamar tempat dia meninggal di dalamnya dipenuhi oleh aroma minyak kesturi selama 4 hari. Aku tidak mampu untuk tabah, kelurgaku takut akan terjadi sesuatu terhadap diriku. Maka merekapun meminyaki kamar tersebut dengan aroma lain sehingga aku tidak bisa lagi mencium aroma Afnan. Dan tidak ada yang aku katakan kecuali alhamdulillah rabbil 'aalamin.
12. KEBAIKAN BERSEMBUNYI
DI BALIK KEBURUKAN
Murtakibudz Dzunub -
Diceritakan dahulu ada seorang pria bernama Anas Bin Amir, seperti pria lainnya
beliau juga ingin memiliki istri cantik, beliau pun memilih seorang gadis yang
diyakininya berparas cantik berbalut cadar.
Akhirnya pernikahan
terjadi, di malam pengantin beliau membuka cadar sang istri, namun ternyata tak
sesuai dgn tipe beliau. Di balik cadar dan jubahnya adalah seorang wanita
berkulit hitam dengan fisik yang kurang menarik.
Malam pengantin tak sesuai
yang diharapkan, beliau tidur terpisah dengan sang istri. Beberapa hari masih
sama malam pertama tak kunjung indah, akhirnya sang istri menyadari apa
yang terjadi kepad suaminya adalah karena fisiknya yang tak sesuai angan
suaminya.
Lalu dihampirilah sang
suami dan berkata "kadang kebaikan bersembunyi dalam keburukan", mau
tidak mau beliau harus memberi nafkah biologis kepada sang istri, malam
pengantin yang dulu jadi mimpi kini benar terjadi. Hari demi hari telah dilalui
tapi, perasaan tak suka terus menghantui. Ahirnya beliau pergi untuk yang kedua
kali, namun kali ini jauh dan lama sekali, tak ada kabar juga berita.
Dua puluh tahun telah berlalu, entah angin apa yang membuat beliau ingin pulang ke kampung halaman, ahirnya beliau benar-benar pulang. Tempat pertama yang beliau tuju adalah masjid.
Beliau memasuki masjid,
lalu shalat berjama'ah dan meneruskan dengan mendengar khutbah seorang Alim,
beliau tercengang dengan pemuda yang sedang berpidato terseb, pintar dan
mengena hati.
Bertanyalah beliau,
"siapa pemuda Allamah itu?",
"beliau adalah imam
Malik",
"putra siapa
beliau?",
"putra seorang pria yg
menghilang 20 tahun lalu",
Degg..!! "mungkinkah
aku punya anak?",
Kemudian beliau menghampiri
Imam Malik,
"nak, bolehkah aku
bertandang ke rumahmu sekarang?",
"dengan senang hati,
mari silahkan",
Sesampainya di rumah hati
kecil bicara "tidak salah lagi ini adalah rumah istriku",
Berkata beliau kepada Imam
Malik "nak, biar aku diluar, tolong sampaikan kepada ibumu 'kadang kebaikan bersembunyi dalam kebaikan' ",
Disampaikan pesan itu
kepada sang ibu dan berkata "lekas buka pintu, beliau adalah ayahmu yang
baru pulang",
Dibukalah pintu dan itulah
moment mengharukan, Imam Malik tak pernah mendengar ibunya bercerita buruk
tentang ayahnya, "ayahmu sedang bepergian" bukan "ayahmu
meninggalkan kita"
Itulah salah satu tauladan istri sholehah yang melahirkan allamah sholeh Imam Malik, Imam umat muslimin, istri yang tak pernah menjelekkan suaminya, istri setia, istri sabar, istri berfisik hati bukan berhati fisik.
Itulah salah satu tauladan istri sholehah yang melahirkan allamah sholeh Imam Malik, Imam umat muslimin, istri yang tak pernah menjelekkan suaminya, istri setia, istri sabar, istri berfisik hati bukan berhati fisik.
13. GADIS KECIL BERNAMA BAR"AH ( KISAH HARU )
Murtakibudz Dzunub -
Ini adalah kisah gadis berumur 10
tahun bernama Bar`ah, yang orangtuanya dokter dan
telah pindah ke Arab Saudi untuk mencari kehidupan yang lebih baik.
Pada usia ini, Bar `ah
menghafal seluruh Al Qur’an dengan tajweed, dia sangat cerdas dan gurunya
mengatakan bahwa dia sudah maju untuk anak seusianya. Keluarganya kecil
dan berkomitmen untuk Islam dan ajaran-ajarannya.
Hingga suatu
hari ibunya mulai merasa sakit perut yang parah
dan setelah beberapa kali diperiksakan
diketahuilah ibu bar’ah menderita kanker, dan kanker ini sudah
dalam keadaan stadium akhir/kronis.
Ibu bar’ah berfikir untuk memberitahu putrinya, terutama jika ia terbangun suatu hari dan tidak menemukan ibunya di sampingnya. Dan inilah ucapan ibu bar’ah kepadanya
“Bar`ah aku
akan pergi ke surga di depan Anda,
tapi aku ingin kamu selalu membaca Al-Quran dan
menghafalkannya setiap hari karena Ia akan menjadi pelindungmu kelak.. “
Gadis kecil itu tidak benar-benar mengerti apa yang ibunya berusaha beritahukan. Tapi dia mulai merasakan perubahan keadaan ibunya, terutama ketika ia mulai dipindahkan ke rumah sakit untuk waktu yang lama. Gadis kecil ini menggunakan waktu sepulang sekolahnya untuk menjenguk ibunya ke rumah sakit dan membaca Quran untuk ibunya sampai malam sampai ayahnya datang dan membawanya pulang.
Suatu hari pihak rumah sakit memberitahu ayah bar’ah bahwa kondisi istrinya itu sangat buruk dan ia perlu datang secepat dia bisa melalui telepon, sehingga ayah bar’ah menjemput Bar `ah dari sekolah dan menuju ke rumah sakit. Ketika mereka tiba di depan rumah sakit ia memintanya untuk tinggal di mobil … sehingga ia tidak akan shock jika ibunya meninggal dunia.
Ayah keluar dari mobilnya, dengan penuh air mata di matanya, ia menyeberang jalan untuk masuk rumah sakit, tapi tiba-tiba datang sebuah mobil melaju kencang dan menabrak ayah bar’ah dan ia meninggal seketika di depan putrinya itu…tak terbayangkan ..tangis gadis kecil ini pada saat itu…!
Tragedi Bar `ah belum selesai sampai di sini… berita kematian ayahnya yang disembunyikan dari ibu bar’ah yang masih opname di rumah sakit, namun setelah lima hari semenjak kematian suaminya akhirnya ibu bar’ah meninggal dunia juga. Dan kini gadis kecil ini sendirian tanpa kedua orangtuanya , dan oleh orangtua teman-teman sekolah bar’ah memutuskan untuk mencarikan kerabatnya di Mesir, sehingga kerabatnya bisa merawatnya.
Tak berapa lama tinggal di mesir gadis kecil Bar `ah mulai mengalami nyeri mirip dengan ibunya dan oleh keluarganya ia lalu diperiksakan , dan setelah beberapa kali tes di dapati bar’ah juga mengidap kanker … tapi sungguh mencengangkan kala ia di beritahu kalau ia menderita kanker.
Inilah perkataan bar’ah
kala itu: “Alhamdulillah, sekarang aku akan bertemu dengan kedua orang
tua saya.”
Semua teman-teman dan keluarga terkejut. Gadis kecil ini sedang menghadapi musibah yang bertubi-tubi dan dia tetap sabar dan ikhlas dengan apa yang ditetapkan Allah untuknya!…..Subhanallah
Orang-orang mulai mendengar
tentang Bar `ah dan ceritanya, dan Saudi memutuskan untuk mengurusnya … ia
mengirimnya ke Inggris untuk pengobatan penyakit ini.
Salah satu
saluran TV Islam (Al Hafiz – The pelindung)
mendapat kontak dengan gadis kecil ini dan memintanya untuk
membaca Quran … dan ini adalah suara yang
indah yang di lantunkan oleh bar’ah …
http://www.youtube.com/watch?v=NnNS9ID9Ecw
Link Bar’ah recited
Mereka
menghubungi lagi Bar’ah sebelum ia pergi ke
Coma(nama kota) dan dia berdoa untuk kedua orangtuanya dan
menyanyikan Nasheed …
http://www.youtube.com/watch?v=yD5S-jtxFls
Link Bar’ah Nasheed
Hari-hari
terlewati dan kanker mulai menyebar di
seluruh tubuhnya, para dokter memutuskan untuk mengamputasi
kakinya, dan ia telah bersabar dengan apa yang ditetapkan Allah
baginya … tapi beberapa hari setelah
operasi amputasi kakinya kanker sekarang
menyebar ke otaknya, lalu oleh dokter
memutuskan untuk melakukan operasi otak … dan
sekarang bar’ah berada di sebuah rumah sakit di Inggris menjalani perawatan.
Silakan berdoa untuk Bar’ah, dan bagi saudara-saudara kita di seluruh dunia.
Video bar’ah lainnya .. .
http://www.youtube.com/watch?v=gkIO02s6Ywg
Link Bar’ah recited
"Jadikanlah Sabar dan
Shalat Sebagai Penolongmu. Dan Sesungguhnya Yang
Demikian itu Sungguh Berat,
Kecuali Bagi Orang-Orang yang Khusyu" [Al Baqarah:45]
14. MENGETUK NURANI ( KEADILAN UNTUK NENEK PENCURI SINGKONG )
Murtakibudz Dzunub - Seorang
nenek mencuri singkong karena kelaparan, hakim pun menangis saat menjatuhkan
vonis.
Diruang sidang pengadilan,
hakim Marzuki duduk termenung menyimak tuntutan jaksa PU terhadap seorang nenek
yg dituduh mencuri singkong, nenek itu berdalih bahwa hidupnya miskin, anak
lelakinya sakit, cucunya lapar, namun manajer PT A**** K**** (BAK** grup) tetap
pada tuntutannya, agar menjadi contoh bagi warga lainnya.
Hakim Marzuki menghela
nafas, dia memutus diluar tuntutan jaksa PU,
"maafkan saya". katanya sambil memandang nenek itu,
"saya tak dapat membuat pengecualian hukum, hukum tetap hukum, jadi anda harus dihukum. saya mendenda anda 1jt rupiah dan jika anda tidak mampu bayar maka anda harus masuk penjara 2,5 tahun, seperti tuntutan jaksa PU".
Nenek itu tertunduk lesu, hatinya remuk redam, sementara hakim Marzuki mencopot topi toganya, membuka dompetnya kemudian mengambil & memasukkan uang 1jt rupiah ke topi toganya serta berkata kepad hadirin.
"Saya atas nama pengadilan, juga menjatuhkan denda kepad tiap orang yg hadir diruang sidang ini sebesar 50rb rupiah, sebab menetap dikota ini, yang membiarkan seseorang kelaparan sampai harus mencuri untuk memberi makan cucunya, saudara panitera, tolong kumpulkan dendanya dalam topi toga saya ini lalu berikan semua hasilnya kpd terdakwa".
Sampai palu diketuk dan hakim marzuki meninggaikan ruang sidang, nenek itupun pergi dengan mengantongi uang 3,5jt rupiah, termasuk uang 50rb yg dibayarkan oleh manajer PT . A**** K**** yg tersipu malu krn telah menuntutnya.
Sungguh sayang kisahnya luput dari pers. Kisah ini sungguh menarik sekiranya ada teman yang bisa mendapatkan dokumentasi kisah ini bisa di share di media tuk jadi contoh kepada aparat penegak hukum lain utk bekerja menggunakan hati nurani dan mencontoh hakim Marzuki.
"maafkan saya". katanya sambil memandang nenek itu,
"saya tak dapat membuat pengecualian hukum, hukum tetap hukum, jadi anda harus dihukum. saya mendenda anda 1jt rupiah dan jika anda tidak mampu bayar maka anda harus masuk penjara 2,5 tahun, seperti tuntutan jaksa PU".
Nenek itu tertunduk lesu, hatinya remuk redam, sementara hakim Marzuki mencopot topi toganya, membuka dompetnya kemudian mengambil & memasukkan uang 1jt rupiah ke topi toganya serta berkata kepad hadirin.
"Saya atas nama pengadilan, juga menjatuhkan denda kepad tiap orang yg hadir diruang sidang ini sebesar 50rb rupiah, sebab menetap dikota ini, yang membiarkan seseorang kelaparan sampai harus mencuri untuk memberi makan cucunya, saudara panitera, tolong kumpulkan dendanya dalam topi toga saya ini lalu berikan semua hasilnya kpd terdakwa".
Sampai palu diketuk dan hakim marzuki meninggaikan ruang sidang, nenek itupun pergi dengan mengantongi uang 3,5jt rupiah, termasuk uang 50rb yg dibayarkan oleh manajer PT . A**** K**** yg tersipu malu krn telah menuntutnya.
Sungguh sayang kisahnya luput dari pers. Kisah ini sungguh menarik sekiranya ada teman yang bisa mendapatkan dokumentasi kisah ini bisa di share di media tuk jadi contoh kepada aparat penegak hukum lain utk bekerja menggunakan hati nurani dan mencontoh hakim Marzuki.
Semoga bisa menjadi
pelajaran buat kita semua. Insya Allah
15. BALASAN YANG INDAH
DARI ALLAH SWT
Murtakibudz Dzunub - Abu
Ibrahim bercerita, Suatu ketika, aku jalan-jalan di padang pasir dan tersesat
tidak bisa pulang. Di sana kutemukan sebuah kemah lawas. Kuperhatikan kemah
tersebut, dan ternyata di dalamnya ada seorang tua yang duduk di atas tanah
dengan sangat tenang.
Ternyata orang ini kedua
tangannya buntung, matanya buta, dan sebatang kara tanpa sanak saudara. Kulihat
bibirnya komat-kamit mengucapkan beberapa kalimat.
Aku mendekat untuk
mendengar ucapannya, dan ternyata ia mengulang-ulang kalimat berikut:
Segala puji bagi Allah yang
melebihkanku di atas banyak manusia… Segala puji bagi Allah yang melebihkanku
di atas banyak manusia…
Aku heran mendengar
ucapannya, lalu kuperhatikan keadaannya lebih jauh. Ternyata sebagian besar
panca inderanya tak berfungsi. Kedua tangannya buntung, matanya buta, dan ia
tidak memiliki apa-apa bagi dirinya.
Kuperhatikan kondisinya
sambil mencari adakah ia memiliki anak yang mengurusinya? Atau isteri yang
menemaninya? Ternyata tak ada seorang pun.
Aku beranjak mendekatinya,
dan ia merasakan kehadiranku. Ia lalu bertanya: “Siapa? siapa?”
“Assalaamu’alaikum… aku
seorang yang tersesat dan mendapatkan kemah ini” jawabku, “Tapi kamu sendiri
siapa?” tanyaku.
“Mengapa kau tinggal
seorang diri di tempat ini? Di mana isterimu, anakmu, dan kerabatmu? lanjutku.
“Aku seorang yang sakit,
semua orang meninggalkanku, dan kebanyakan keluargaku telah meninggal”
jawabnya.
“Namun kudengar kau
mengulang-ulang perkataan: “Segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas
banyak manusia!! Demi Allah, apa kelebihan yang diberikan-Nya kepadamu,
sedangkan engkau buta, faqir, buntung kedua tangannya, dan sebatang kara?!?”
ucapku.
“Aku akan menceritakannya
kepadamu. Tapi aku punya satu permintaan kepadamu, maukah kamu mengabulkannya?”
tanyanya.
“Jawab dulu pertanyaanku,
baru aku akan mengabulkan permintaanmu” kataku.
“Engkau telah melihat
sendiri betapa banyak cobaan Allah atasku, akan tetapi segala puji bagi Allah
yang melebihkanku di atas banyak manusia. Bukankah Allah memberiku akal sehat,
yang dengannya aku bisa memahami dan berfikir?”
“Betul” jawabku. lalu
katanya: “Berapa banyak orang yang gila?”
“Banyak juga” jawabku.
“Maka segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas banyak manusia”
jawabnya.
“Bukankah Allah memberiku
pendengaran, yang dengannya aku bisa mendengar adzan, memahami ucapan, dan
mengetahui apa yang terjadi di sekelilingku?” tanyanya.
“Iya benar”, jawabku. “Maka
segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas orang banyak tersebut”
jawabnya.
“Betapa banyak orang yang
tuli tak mendengar?” katanya.
“Banyak juga” jawabku.
“Maka segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas orang banyak tersebut”,
katanya.
“Bukankah Allah memberiku
lisan yang dengannya aku bisa berdzikir dan menjelaskan keinginanku?” tanyanya.
“Iya benar” jawabku.
“Lantas berapa banyak orang yang bisu tidak bisa bicara?” tanyanya.
“Wah, banyak itu” jawabku.
“Maka segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas orang banyak tsb”
jawabnya.
“Bukankah Allah telah
menjadikanku seorang muslim yang menyembah-Nya, mengharap pahala dari-Nya, dan
bersabar atas musibahku?” tanyanya.
“Iya benar” jawabku. lalu
katanya: “Padahal berapa banyak orang yang menyembah berhala, salib, dan
sebagainya dan mereka juga sakit? Mereka merugi di dunia dan akhirat!!”
“Banyak sekali”, jawabku.
“Maka segala puji bagi Allah yang melebihkanku di atas orang banyak tersebut”
katanya.
Pak tua terus menyebut
kenikmatan Allah atas dirinya satu-persatu. Dan aku semakin takjub dengan
kekuatan imannya. Ia begitu mantap keyakinannya dan begitu rela terhadap
pemberian Allah.
Betapa banyak pesakitan
selain beliau, yang musibahnya tidak sampai seperempat dari musibah beliau.
Mereka ada yang lumpuh, ada yang kehilangan penglihatan dan pendengaran, ada
juga yang kehilangan organ tubuhnya. Tapi bila dibandingkan dengan orang ini,
maka mereka tergolong ‘sehat’. Pun demikian, mereka meronta-ronta, mengeluh,
dan menangis sejadi-jadinya. Mereka amat tidak sabar dan tipis keimanannya
terhadap balasan Allah atas musibah yang menimpa mereka, padahal pahala
tersebut demikian besar.
Aku pun menyelami pikiranku
makin jauh, hingga akhirnya khayalanku terputus saat pak tua mengatakan:
“Hmmm, bolehkah kusebutkan
permintaanku sekarang, maukah kamu mengabulkannya?”
“Iya. apa permintaanmu?”
kataku.
Maka ia menundukkan
kepalanya sejenak seraya menahan tangis. Ia berkata: “Tidak ada lagi yang tersisa
dari keluargaku melainkan seorang bocah berumur 14 tahun. Dia lah yang
memberiku makan dan minum, serta mewudhukan aku dan mengurusi segala
keperluanku. Sejak tadi malam ia keluar mencari makanan untukku dan belum
kembali hingga kini. Aku tak tahu apakah ia masih hidup dan diharapkan
kepulangannya, ataukah telah tiada dan kulupakan saja. Dan kamu tahu sendiri
keadaanku yang tua renta dan buta, yang tidak bisa mencarinya”.
Maka kutanya ciri-ciri anak
tersebut dan ia menyebutkannya, maka aku berjanji akan mencarikan bocah
tersebut untuknya. Aku pun meninggalkannya dan tak tahu bagaimana mencari bocah
tersebut. Aku tak tahu harus memulai dari arah mana.
Namun tatkala aku berjalan
dan bertanya-tanya kepada orang sekitar tentang si bocah, nampaklah olehku dari
kejauhan sebuah bukit kecil yang tak jauh letaknya dari kemah si pak tua. Di
atas bukit tersebut ada sekawanan burung gagak yang mengerumuni sesuatu. Maka
segeralah terbetik di benakku bahwa burung tersebut tidak lah berkerumun
kecuali pada bangkai, atau sisa makanan.
Aku pun mendaki bukit
tersebut dan mendatangi kawanan gagak tadi hingga mereka berhamburan terbang.
Tatkala kudatangi lokasi tersebut, ternyata si bocah telah tewas dengan badan
terpotong-potong. Rupanya seekor serigala telah menerkamnya dan memakan
sebagian dari tubuhnya, lalu meninggalkan sisanya untuk burung-burung.
Aku lebih sedih memikirkan
nasib pak tua dari pada nasib si bocah. Aku pun turun dari bukit, dan
melangkahkan kakiku dengan berat menahan kesedihan yang mendalam. Haruskah
kutinggalkan pak Tua menghadapi nasibnya sendirian. Ataukah kudatangi dia dan
kukabarkan nasib anaknya kepadanya?
Aku berjalan menujuk kemah
pak Tua. Aku bingung harus mengatakan apa dan mulai dari mana? Lalu
terlintaslah di benakku akan kisah Nabi Ayyub ‘alaihissalaam. Maka kutemui pak
Tua itu dan ia masih dalam kondisi yang memprihatinkan seperti saat
kutinggalkan. Kuucapkan salam kepadanya, dan pak Tua yang malang ini demikian
rindu ingin melihat anaknya, ia mendahuluiku dengan bertanya: “Di mana si
bocah?”
Namun kataku: “Jawablah
terlebih dahulu… siapakah yang lebih dicintai Allah: engkau atau Ayyub
‘alaihissalaam?”.
“Tentu Ayyub ‘alaihissalaam
lebih dicintai Allah” jawabnya.
“Lantas siapakah di antara
kalian yang lebih berat ujiannya?” tanyaku kembali.
“Tentu Ayyub…” jawabnya.
“Kalau begitu, berharaplah
pahala dari Allah karena aku mendapati anakmu telah tewas di lereng gunung. Ia
diterkam oleh serigala dan dikoyak-koyak tubuhnya” jawabku.
Maka pak Tua pun
tersedak-sedak seraya berkata: “Laa ilaaha illallaaah…” dan aku berusaha
meringankan musibahnya dan menyabarkannya. Namun sedakannya semakin keras
hingga aku mulai menalqinkan kalimat syahadat kepadanya, hingga akhirnya ia
meninggal dunia. Ia wafat di hadapanku, lalu kututupi jasadnya dengan selimut
yang ada di bawahnya. Lalu aku keluar untuk mencari orang yang membantuku
mengurus jenazahnya.
Maka kudapati ada tiga
orang yang mengendarai unta mereka… nampaknya mereka adalah para musafir, maka kupanggil
mereka dan mereka datang menghampiriku. Kukatakan: “Maukah kalian menerima
pahala yang Allah giring kepada kalian? Di sini ada seorang muslim yang wafat
dan dia tidak punya siapa-siapa yang mengurusinya. Maukah kalian menolongku
memandikan, mengafani dan menguburkannya?”
“Iya..” jawab mereka.
Mereka pun masuk ke dalam
kemah menghampiri mayat pak Tua untuk memindahkannya. Namun ketika mereka
menyingkap wajahnya, mereka saling berteriak: “Abu Qilabah… Abu Qilabah…!!”.
Ternyata Abu Qilabah adalah salah seorang ulama mereka, akan tetapi waktu silih
berganti dan ia dirundung berbagai musibah hingga menyendiri dari masyarakat
dalam sebuah kemah lusuh. Kami pun menunaikan kewajiban kami atasnya dan
menguburkannya, kemudian aku kembali bersama mereka ke Madinah.
Malamnya aku bermimpi
melihat Abu Qilabah dengan penampilan indah. Ia mengenakan gamis putih dengan
badan yang sempurna. Ia berjalan-jalan di tanah yang hijau. Maka aku bertanya
kepadanya:
“Hai Abu Qilabah… apa yang
menjadikanmu seperti yang kulihat ini?”
Maka jawabnya: “Allah telah
memasukkanku ke dalam Jannah, dan dikatakan kepadaku di dalamnya:
Salam sejahtera atasmu
sebagai balasan atas kesabaranmu… maka (inilah Surga) sebaik-baik tempat
kembali
[Kisah ini diriwayatkan
oleh Al Imam Ibnu Hibban dalam kitabnya: “Ats Tsiqaat” dengan penyesuaian]
16. SEBUAH KISAH CINTA
SEJATI ( KISAH NYATA )
Murtakibudz Dzunub - Sekian
ratus tahun yang lalu. Di malam yang sunyi, di dalam rumah sederhana yang tidak
seberapa luasnya, seorang istri tengah menunggu kepulangan suaminya. Tak
biasanya sang suami pulang larut malam. Sang istri bingung, hari sudah larut
dan ia sudah sangat kelelahan dan mengantuk. Namun, tak terlintas sedikitpun
dalam benaknya untuk segera tidur dan terlelap di tempat tidur suaminya. Dengan
setia ia ingin tetap menunggu namun, rasa ngantuk semakin menjadi-jadi dan Sang
suami tercinta belum juga datang.
Tak berapa lama kemudian….
Seorang laki-laki yang sangat berwibawa lagi luhur budinya tiba di rumahnya yang sederhana. Laki-laki ini adalah suami dari sang istri tersebut. Malam ini beliau pulang lebih lambat dari biasanya, kelelahan dan penat sangat terasa.
Namun, ketika akan mengetuk pintu… terpikir olehnya Sang istri yang tengah terlelap tidur…. ah, sungguh ia tak ingin membangunkannya. Tanpa pikir panjang, ia tak jadi mengetuk pintu dan seketika itu juga menggelar sorbannya di depan pintu dan berbaring diatasnya.
Dengan kelembutan hati yang tak ingin membangunkan istri terkasihnya, Sang suami lebih memilih tidur di luar rumah, di depan pintu dengan udara malam yang dingin melilit hanya beralaskan selembar sorban tipis.
Penat dan lelah beraktifitas seharian, dingin malam yang menggigit tulang ia hadapi..
karena tak ingin membangunkan istri tercinta. Subhanallah…
Dan ternyata, di dalam rumah persis dibalik pintu tempat sang suami menggelar sorban dan berbaring diatasnya. Sang istri masih menunggu, hingga terlelap dan bersandar sang istri di balik pintu. Tak terlintas sedikitpun dalam pikirinnya tuk berbaring di tempat tidur, sementara suaminya belum juga pulang.
Namun, karena khawatir rasa kantuknya tak tertahan dan tidak mendengar ketukan pintu Sang suami ketika pulang, ia memutuskan tuk menunggu Sang suami di depan pintu dari dalam rumahnya.
Malam itu tanpa saling mengetahui, sepasang suami istri tersebut tertidur berdampingan di kedua sisi pintu rumah mereka yang sederhana, karena kasih dan rasa hormat terhadap pasangan, Sang Istri rela mengorbankan diri terlelap di pintu demi kesetiaan serta hormat pada Sang suami dan Sang suami mengorbankan diri tidur di pintu demi rasa kasih dan kelembutan pada Sang istri.
Dan Nun jauh di langit….
Ratusan ribu malaikat pun bertasbih….
Menyaksikan kedua sejoli tersebut…
SUBHANALLAH WABIHAMDIH
Betapa suci dan mulia rasa cinta kasih yang mereka bina...
Terlukis indah dalam ukiran akhlak yang begitu mempesona…
Saling mengasihi, saling mencintai, saling menyayangi dan saling menghormati…
Tahukah Anda… siapa mereka..?
Sang suami adalah Muhammad bin Abdullah, Rasulullah SAW dan Sang istri adalah Sayyidatuna Aisyah RA binti Abu Bakar As-Sidiq. Merekalah sepasang kekasih teladan, suami istri dambaan, dan merekalah pemimpin para manusia, laki-laki dan perempuan di dunia dan akhirat.
Semoga rahmat ALLAH senantiasa tercurah bagi keduanya, dan mengumpulkan jiwa kita bersama Rasulullah SAW dan Sayyidatuna Aisyah RA dalam surgaNYA kelak. Dan Semoga ALLAH SWT memberi kita taufiq dan hidayah tuk bisa meneladani kedua manusia mulia tersebut. Amiin…amiin ya rabbal’alamiin….
Silahkan SHARE kisah cinta yang tiada duanya ini ke rekan anda jika menurut anda bermanfaat
17. KISAHHARU DARI
SEORANG PUTRI KECIL ( SILAHKAN METIHKAN AIR MATA )
Murtakibudz Dzunub - Sepasang
suami isteri, seperti pasangan lain di kota-kota besar meninggalkan anak-anak
diasuh pembantu rumah sewaktu bekerja. Anak tunggal pasangan ini, perempuan
cantik berusia tiga setengah tahun. Sendirian ia di rumah dan kerap kali
dibiarkan pembantunya karena sibuk bekerja di dapur. Bermainlah dia bersama
ayun-ayunan di atas buaian yang dibeli ayahnya, ataupun memetik bunga dan
lain-lain di halaman rumahnya.
Suatu hari dia melihat
sebatang paku karat. Dan ia pun mencoret lantai tempat mobil ayahnya
diparkirkan , tetapi karena lantainya terbuat dari marmer maka coretan tidak
kelihatan. Dicobanya lagi pada mobil baru ayahnya. Ya... karena mobil itu
bewarna gelap, maka coretannya tampak jelas. Apalagi anak-anak ini pun membuat
coretan sesuai dengan kreativitasnya.
Hari itu ayah dan ibunya
bermotor ke tempat kerja karena ingin menghindari macet. Setelah sebelah kanan
mobil sudah penuh coretan maka ia beralih ke sebelah kiri mobil. Dibuatnya
gambar ibu dan ayahnya, gambarnya sendiri, lukisan ayam, kucing dan lain
sebagainya mengikut imaginasinya. Kejadian itu berlangsung tanpa disadari oleh
si pembantu rumah.
Saat pulang petang,
terkejutlah pasangan suami istri itu melihat mobil yang baru setahun dibeli
dengan bayaran angsuran yang masih lama lunasnya. Si bapak yang belum lagi
masuk ke rumah ini pun terus menjerit, "Kerjaan siapa ini !!!" ....
Pembantu rumah yang tersentak engan jeritan itu berlari keluar. Dia juga
beristighfar. Mukanya merah adam ketakutan lebih-lebih melihat wajah bengis
tuannya. Sekali lagi diajukan pertanyaan keras kepadanya, dia terus mengatakan
' Saya tidak tahu..tuan." "Kamu dirumah sepanjang hari, apa saja yg
kau lakukan?" hardik si isteri lagi.
Si anak yang mendengar
suara ayahnya, tiba-tiba berlari keluar dari kamarnya. Dengan penuh manja dia
berkata "Dita yg membuat gambar itu ayahhh.. cantik ...kan!" katanya
sambil memeluk ayahnya sambil bermanja seperti biasa.. Si ayah yang sudah
hilang kesabaran mengambil sebatang ranting kecil dari pohon di depan rumahnya,
terus dipukulkannya berkali-kali ke telapak tangan anaknya . Si anak yang tak
mengerti apa apa menagis kesakitan, pedih sekaligus ketakutan. Puas memukul
telapak tangan, si ayah memukul pula belakang tangan anaknya.
Sedangkan Si ibu cuma
mendiamkan saja, seolah merestui dan merasa puas dengan hukuman yang dikenakan.
Pembantu rumah terbengong, tidak tahu harus berbuat apa... Si ayah cukup lama
memukul-mukul tangan kanan dan kemudian ganti tangan kiri anaknya. Setelah si
ayah masuk ke rumah diikuti si ibu, pembantu rumah tersebut menggendong anak
kecil itu, membawanya ke kamar.
Dia terperanjat melihat
telapak tangan dan belakang tangan si anak kecil luka-luka dan berdarah.
Pembantu rumah memandikan anak kecil itu. Sambil menyiramnya dengan air, dia
ikut menangis. Anak kecil itu juga menjerit-jerit menahan pedih saat luka-lukanya
itu terkena air. Lalu si pembantu rumah menidurkan anak kecil itu. Si ayah
sengaja membiarkan anak itu tidur bersama pembantu rumah. Keesokkan harinya,
kedua belah tangan si anak bengkak. Pembantu rumah mengadu ke majikannya.
"Oleskan obat saja!" jawab bapak si anak.
Pulang dari kerja, dia
tidak memperhatikan anak kecil itu yang menghabiskan waktu di kamar pembantu.
Si ayah konon mau memberi pelajaran pada anaknya. Tiga hari berlalu, si ayah
tidak pernah menjenguk anaknya sementara si ibu juga begitu, meski setiap hari
bertanya kepada pembantu rumah. "Dita demam, Bu"...jawab pembantunya
ringkas. "Kasih minum panadol aja ," jawab si ibu. Sebelum si ibu
masuk kamar tidur dia menjenguk kamar pembantunya. Saat dilihat anaknya Dita
dalam pelukan pembantu rumah, dia menutup lagi pintu kamar pembantunya.
Masuk hari keempat,
pembantu rumah memberitahukan tuannya bahwa suhu badan Dita terlalu panas.
"Sore nanti kita bawa ke klinik.. Pukul 5.00 sudah siap" kata
majikannya itu. Sampai saatnya si anak yang sudah lemah dibawa ke klinik.
Dokter mengarahkan agar ia dibawa ke rumah sakit karena keadaannya susah
serius. Setelah beberapa hari di rawat inap dokter memanggil bapak dan ibu anak
itu. "Tidak ada pilihan.." kata dokter tersebut yang mengusulkan agar
kedua tangan anak itu dipotong karena sakitnya sudah terlalu parah dan infeksi
akut..."Ini sudah bernanah, demi menyelamatkan nyawanya maka kedua
tangannya harus dipotong dari siku ke bawah" kata dokter itu. Si bapak dan
ibu bagaikan terkena halilintar mendengar kata-kata itu. Terasa dunia berhenti
berputar, tapi apa yg dapat dikatakan lagi.
Si ibu meraung merangkul si
anak. Dengan berat hati dan lelehan air mata isterinya, si ayah bergetar
tangannya menandatangani surat persetujuan pembedahan. Keluar dari ruang bedah,
selepas obat bius yang disuntikkan habis, si anak menangis kesakitan. Dia juga
keheranan melihat kedua tangannya berbalut kasa putih. Ditatapnya muka ayah dan
ibunya. Kemudian ke wajah pembantu rumah. Dia mengerutkan dahi melihat mereka
semua menangis. Dalam siksaan menahan sakit, si anak bersuara dalam linangan
air mata. "Ayah.. ibu... Dita tidak akan melakukannya lagi.... Dita tak
mau lagi ayah pukul. Dita tak mau jahat lagi... Dita sayang ayah..sayang
ibu.", katanya berulang kali membuatkan si ibu gagal menahan rasa
sedihnya. "Dita juga sayang Mbok Narti.." katanya memandang wajah
pembantu rumah, sekaligus membuat wanita itu meraung histeris.
"Ayah.. kembalikan
tangan Dita. Untuk apa diambil.. Dita janji tidak akan mengulanginya lagi!
Bagaimana caranya Dita mau makan nanti ?... Bagaimana Dita mau bermain nanti
?... Dita janji tidak akan mencoret-coret mobil lagi, " katanya
berulang-ulang. Serasa hancur hati si ibu mendengar kata-kata anaknya.
Meraung-raung dia sekuat hati namun takdir yang sudah terjadi tiada manusia
dapat menahannya. Nasi sudah jadi bubur. Pada akhirnya si anak cantik itu
meneruskan hidupnya tanpa kedua tangan dan ia masih belum mengerti mengapa
tangannya tetap harus dipotong meski sudah minta maaf...Tahun demi tahun kedua orang
tua tersebut menahan kepedihan dan kehancuran bathin sampai suatu saat Sang
Ayah tak kuat lagi menahan kepedihannya dan wafat diiringi tangis penyesalannya
yg tak bertepi..., Namun...., si Anak dengan segala keterbatasan dan
kekurangannya tersebut tetap hidup tegar bahkan sangat sayang dan selalu
merindukan ayahnya.
Subhanalloh......
18. KISAH SANG JUARA (
SEMOGA AKU TIDAK MENANGIS SAAT KALAH )
Murtakibudz Dzunub - Suatu
ketika, ada seorang anak yang sedang mengikuti sebuah lomba balap mobil mainan.
Suasana sungguh meriah siang itu, sebab ini adalah babak final. Hanya tersisa
empat orang sekarang dan mereka memamerkan setiap mobil mainan yang dimiliki.
Semuanya buatan sendiri, sebab memang itulah peraturannya.
Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam empat anak yang masuk
final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya.
Yah, memang mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan semua itu, sebab mobil itu buatan tangannya sendiri.
Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. setiap anak mulai bersiap digaris start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Disetiap jalur lintasan, telah siap empat mobil, dengan empat pembalap kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan empat jalur terpisah.
Namun, sesaat kemudian Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdo'a. Matanya terpejam, dengan tangan yang bertangkup memanjatkan do'a. Lalu, semenit
kemudian, ia berkata "ya, aku siap.."
Doorr... Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobilpun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya
masing-masing.
"Ayoo.. ayo.. cepat..cepat.. maju..maju" begitu teriak mereka. Ahha, sang pemenag harus ditentukan, tali lintasan finis pun telah terlambai. Dan Mark lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark, ia berucap, dan berkomat-kamit dalam hati "Terima kasih..."
Saat pembagian piala tiba. Mark maju kedepan dengan bangg. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya.
"Hai jagoan, kamu tadi pasti berdo'a kepada Tuhan agar kamu menag bukan?" Mark terdiam.
"Bukan pak, bukan itu yang aku panjatkan.." kata Mark.
Ia lalu melanjutkan,
"Sepertinya tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongmu mengalahkan orang lain. "Aku hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah.." Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk tangan yang memenuhi ruangan.
"Mari renungi, perkataan bijak dari seorang anak kecil ini..."
Ada seorang anak bernama Mark. Mobilnya tak istimewa, namun ia termasuk dalam empat anak yang masuk
final. Dibanding semua lawannya, mobil Mark lah yang paling tak sempurna. Beberapa anak menyangsikan kekuatan mobil itu untuk berpacu melawan mobil lainnya.
Yah, memang mobil itu tak begitu menarik. Dengan kayu yang sederhana dan sedikit lampu kedip diatasnya, tentu tak sebanding dengan hiasan mewah yang dimiliki mobil mainan lainnya. Namun, Mark bangga dengan semua itu, sebab mobil itu buatan tangannya sendiri.
Tibalah saat yang dinantikan. Final kejuaraan mobil balap mainan. setiap anak mulai bersiap digaris start, untuk mendorong mobil mereka kencang-kencang. Disetiap jalur lintasan, telah siap empat mobil, dengan empat pembalap kecilnya. Lintasan itu berbentuk lingkaran dengan empat jalur terpisah.
Namun, sesaat kemudian Mark meminta waktu sebentar sebelum lomba dimulai. Ia tampak berkomat-kamit seperti sedang berdo'a. Matanya terpejam, dengan tangan yang bertangkup memanjatkan do'a. Lalu, semenit
kemudian, ia berkata "ya, aku siap.."
Doorr... Tanda telah dimulai. Dengan satu hentakan kuat, mereka mulai mendorong mobilnya kuat-kuat. Semua mobilpun meluncur dengan cepat. Setiap orang bersorak-sorai, bersemangat, menjagokan mobilnya
masing-masing.
"Ayoo.. ayo.. cepat..cepat.. maju..maju" begitu teriak mereka. Ahha, sang pemenag harus ditentukan, tali lintasan finis pun telah terlambai. Dan Mark lah pemenangnya. Ya, semuanya senang, begitu juga Mark, ia berucap, dan berkomat-kamit dalam hati "Terima kasih..."
Saat pembagian piala tiba. Mark maju kedepan dengan bangg. Sebelum piala itu diserahkan, ketua panitia bertanya.
"Hai jagoan, kamu tadi pasti berdo'a kepada Tuhan agar kamu menag bukan?" Mark terdiam.
"Bukan pak, bukan itu yang aku panjatkan.." kata Mark.
Ia lalu melanjutkan,
"Sepertinya tak adil untuk meminta pada Tuhan untuk menolongmu mengalahkan orang lain. "Aku hanya bermohon pada Tuhan, supaya aku tak menangis, jika aku kalah.." Semua hadirin terdiam mendengar itu. Setelah beberapa saat, terdengarlah gemuruh tepuk tangan yang memenuhi ruangan.
"Mari renungi, perkataan bijak dari seorang anak kecil ini..."
19. YA RASUL, AKU
INGIN ANAK LELAKIKU MENIRUMU
Murtakibudz Dzunub - Ketika
lahir, anak lelakiku gelap benar kulitnya, Lalu kubilang pada ayahnya:
“Subhanallah, dia benar-benar mirip denganmu ya!”
Suamiku menjawab: “Bukankah
sesuai keinginanmu? Kau yang bilang kalau anak lelaki ingin seperti aku.”
Aku mengangguk. Suamiku
kembali bekerja seperti biasa. Ketika bayi kecilku berulang tahun pertama, aku
mengusulkan perayaannya dengan mengkhatamkan Al Quran di rumah Lalu kubilang
pada suamiku:
“Supaya ia menjadi
penghafal Kitabullah ya,Yah.”
Suamiku menatap padaku
seraya pelan berkata:
“Oh ya. Ide bagus itu.”
Bayi kami itu, kami
beri nama Ahmad, mengikuti panggilan Rasulnya. Tidak berapa lama, ia sudah
pandai memanggil-manggil kami berdua: Ammaa. Apppaa. Lalu ia menunjuk
pada dirinya seraya berkata: Ammat! Maksudnya ia Ahmad.
Kami berdua sangat bahagia dengan kehadirannya.
Ahmad tumbuh
jadi anak cerdas, persis seperti papanya.
Pelajaran matematika sederhana sangat mudah dikuasainya. Ah, papanya
memang jago matematika. Ia kebanggaan keluarganya. Sekarang pun sedang S3 di
bidang Matematika.
Ketika Ahmad ulang tahun
kelima, kami mengundang keluarga. Berdandan rapi kami semua. Tibalah saat Ahmad
menjadi bosan dan agak mengesalkan. Tiba-tiba ia minta naik ke punggung
papanya. Entah apa yang menyebabkan papanya
begitu berang, mungkin menganggap Ahmad sudah
sekolah, sudah terlalu besar untuk main
kuda-kudaan, atau lantaran banyak tamu dan ia kelelahan. Badan Ahmad
terhempas ditolak papanya, wajahnya merah, tangisnya pecah, Muhammad terluka
hatinya di hari ulang tahunnya kelima.
Sejak hari itu, Ahamad jadi
pendiam. Murung ke sekolah, menyendiri di rumah. Ia tak lagi suka
bertanya, dan ia menjadi amat mudah marah. Aku coba
mendekati suamiku, dan menyampaikan alasanku. Ia
sedang menyelesaikan papernya dan tak mau
diganggu oleh urusan seremeh itu, katanya.
Tahun demi tahun berlalu.
Tak terasa Ahmad telah selesai S1. Pemuda gagah, pandai dan pendiam telah
membawakan aku seorang mantu dan seorang cucu. Ketika lahir, cucuku itu,
istrinya berseru sambil tertawa-tawa lucu:
“Subhanallah! Kulitnya
gelap, Mas, persis seperti kulitmu!”
Ahmad menoleh dengan kaku,
tampak ia tersinggung dan merasa malu.
“Salahmu. Kamu yang ingin
sendiri, kan. Kalau lelaki ingin seperti aku!”
Di tanganku, terajut
ruang dan waktu. Terasa ada yang pedih
di hatiku. Ada yang mencemaskan aku.
Cucuku pulang ke rumah,
bulan berlalu. Kami, nenek dan kakeknya, datang bertamu. Ahmad kecil sedang
digendong ayahnya. Menangis ia. Tiba-tiba Ahmad anakku menyergah sambil
berteriak menghentak,
“Ah, gimana sih, kok nggak
dikasih pampers anak ini!” Dengan kasar disorongkannya bayi mungil itu.
Suamiku membaca korannya,
tak tergerak oleh suasana. Ahmad, papa bayi ini, segera membersihkan
dirinya di kamar mandi. Aku, wanita tua,
ruang dan waktu kurajut dalam pedih duka seorang
istri dan seorang ibu. Aku tak sanggup lagi menahan gelora di
dada ini.
Pecahlah
tangisku serasa sudah berabad aku menyimpannya.
Aku rebut koran di tangan suamiku dan kukatakan
padanya:
“Dulu kau hempaskan Ahmad
di lantai itu! Ulang tahun ke lima, kau ingat? Kau tolak ia merangkak
di punggungmu! Dan ketika aku minta kau
perbaiki, kau bilang kau sibuk sekali. Kau
dengar? Kau dengar anakmu tadi? Dia
tidak suka dipipisi. Dia asing dengan anaknya
sendiri!”
Allahumma Shali
ala Muhammad. Allahumma Shalli alaihi wassalaam.
Aku ingin anakku menirumu, wahai Nabi. Engkau membopong
cucu-cucumu di punggungmu, engkau bermain
berkejaran dengan mereka Engkau bahkan menengok seorang
anak yang burung peliharaannya mati.
Dan engkau pula yang
berkata ketika seorang ibu merenggut bayinya dari gendonganmu, “Bekas
najis ini bisa kuseka, tetapi apakah kau bisa menggantikan
saraf halus yang putus di kepalanya?”
Aku memandang suamiku yang
terpaku. Aku memandang anakku yang tegak diam bagai karang tajam. Kupandangi
keduanya, berlinangan air mata. Aku tak boleh berputus asa dari Rahmat-Mu, ya Allah,
bukankah begitu? Lalu kuambil tangan suamiku, meski kaku, kubimbing ia mendekat
kepada Ahmad. Kubawa tangannya menyisir kepala anaknya, yang berpuluh tahun tak
merasakan sentuhan tangan
seorang ayah yang didamba.
Dada Ahmad berguncang
menerima belaian. Kukatakan di hadapan mereka berdua, “Lakukanlah
ini, permintaan seorang yang akan dijemput
ajal yang tak mampu mewariskan apa-apa: kecuali Cinta.
Lakukanlah, demi setiap
anak lelaki yang akan lahir dan menurunkan keturunan demi keturunan.
Lakukanlah, untuk sebuah perubahan besar di rumah tangga kita! Juga di
permukaan dunia. Tak akan pernah ada perdamaian selama
anak laki-laki tak diajarkan rasa kasih dan sayang,
ucapan kemesraan, sentuhan dan belaian,
bukan hanya pelajaran untuk menjadi jantan seperti yang
kalian pahami. Kegagahan tanpa perasaan.
Dua laki-laki dewasa
mengambang air di mata mereka. Dua laki-laki dewasa dan seorang wanita tua
terpaku di tempatnya. Memang tak mudah untuk berubah. Tapi harus dimulai. Aku serahkan
bayi Ahmad ke pelukan suamiku. Aku bilang:
“Tak ada kata terlambat
untuk mulai, Sayang.”
Dua laki-laki
dewasa itu kini belajar kembali. Menggendong
bersama, bergantian menggantikan popoknya, pura-pura
merancang hari depan si bayi sambil
tertawa-tawa berdua, membuka kisah-kisah lama
mereka yang penuh kabut rahasia, dan
menemukan betapa sesungguhnya di antara keduanya
Allah menitipkan perasaan saling membutuhkan yang tak
pernah terungkapkan dengan kata, atau
sentuhan. Kini tawa mereka memenuhi rongga dadaku yang
sesak oleh bahagia, syukur pada-Mu , Ya Allah! Engkaulah penolong satu-satunya
ketika semua jalan tampak buntu.
Engkaulah cahaya di ujung
keputusasaanku. Tiga laki-laki dalam hidupku aku titipkan mereka di tangan-Mu.
Kelak, jika aku boleh
bertemu dengannya, Nabiku, aku ingin sekali berkata:
Ya, Nabi. aku telah mencoba
sepenuh daya tenaga untuk mengajak mereka semua menirumu! Amin,
Alhamdulillah.
SEBARKAN ke teman anda jika
menurut anda catatan ini bermanfaat
20. RASULULLAH DAN
PENGEMIS BUTA
Murtakibudz Dzunub - Di sudut
pasar Madinah ada seorang pengemis Yahudi buta yang setiap harinya selalu
berkata kepada setiap orang yang mendekatinya, Wahai saudaraku, jangan dekati
Muhammad, dia itu orang gila, dia itu pembohong, dia itu tukang sihir, apabila
kalian mendekatinya maka kalian akan dipengaruhinya.
Namun, setiap pagi Muhammad
Rasulullah SAW mendatanginya dengan membawakan makanan, dan tanpa berucap
sepatah kata pun Rasulullah SAW menyuapkan makanan yang dibawanya kepada
pengemis itu sedangkan pengemis itu tidak mengetahui bahwa yang menyuapinya itu
adalah Rasulullah SAW. Rasulullah SAW melakukan hal ini setiap hari sampai
beliau wafat.
Setelah wafatnya Rasulullah
SAW, tidak ada lagi orang yang membawakan makanan setiap pagi kepada pengemis
Yahudi buta itu. Suatu hari sahabat terdekat Rasulullah SAW yakni Abubakar RA
berkunjung ke rumah anaknya Aisyah RA yang tidak lain tidak bukan merupakan
isteri Rasulullah SAW dan beliau bertanya kepada anaknya itu,Anakku, adakah
kebiasaan kekasihku yang belum aku kerjakan?
Aisyah RA menjawab,Wahai
ayah, engkau adalah seorang ahli sunnah dan hampir tidak ada satu kebiasaannya
pun yang belum ayah lakukan kecuali satu saja.
Apakah Itu?, tanya Abubakar
RA.
Setiap pagi Rasulullah SAW
selalu pergi ke ujung pasar dengan membawakan makanan untuk seorang pengemis
Yahudi buta yang ada disana, kata Aisyah RA.
Keesokan harinya Abubakar
RA pergi ke pasar dengan membawa makanan untuk diberikan kepada pengemis itu.
Abubakar RA mendatangi pengemis itu lalu memberikan makanan itu kepadanya.
Ketika Abubakar RA mulai
menyuapinya, sipengemis marah sambil menghardik, Siapakah kamu? Abubakar RA
menjawab,Aku orang yang biasa (mendatangi engkau). Bukan! Engkau bukan orang
yang biasa mendatangiku, bantah si pengemis buta itu.
Apabila ia datang kepadaku
tidak susah tangan ini memegang dan tidak susah mulut ini mengunyah. Orang yang
biasa mendatangiku itu selalu menyuapiku, tapi terlebih dahulu dihaluskannya
makanan tersebut, setelah itu ia berikan padaku, pengemis itu melanjutkan
perkataannya.
Abubakar RA tidak dapat
menahan air matanya, ia menangis sambil berkata kepada pengemis itu, Aku memang
bukan orang yang biasa datang padamu. Aku adalah salah seorang dari sahabatnya,
orang yang mulia itu telah tiada. Ia adalah Muhammad Rasulullah SAW.
Seketika itu juga pengemis
itu pun menangis mendengar penjelasan Abubakar RA, dan kemudian berkata,
Benarkah demikian? Selama ini aku selalu menghinanya, memfitnahnya, ia tidak
pernah memarahiku sedikitpun, ia mendatangiku dengan membawa makanan setiap
pagi, ia begitu mulia….
Pengemis Yahudi buta
tersebut akhirnya bersyahadat di hadapan Abubakar RA saat itu juga dan sejak
hari itu menjadi muslim.
21. SELAMAT JALAN
SAUDARAKU
Murtakibudz Dzunub - Tiga
tahun belakangan ini, aku sering teringat kisah masa kecilku dulu. “siapa
yang buat kamu nangis sampai kayak gini dik..?” itulah sepenggal kalimah kakak
yang terus kuingat sampai sekarang.
Juga tentang adikku
satu-satunya, kami sering berantem hanya karena hal sepele, meski demikian aku
tidak terima saat melihat ia dinakalin teman sepermainannya ahhh… namanya juga
masih anak-anak.
Hingga kami tumbuh dewasa..
Sore itu, sehabis pulang
ngajar dari TKA/TPA ADDIENA tidak seperti biasanya tiba-tiba kakakku mengajak
ngobrol didalam kamar “kok, tumben-tumbenan dia ngajak ngobrol” aku agak
sedikit heran, dari obrolan itulah aku mendapati keanehan dari kakak ku, karena
tanpa alasan yang jelas ia menuduh sahabatku baikku yang bukan-bukan.
Hingga suatu malam, sekitar
jam satu ia berteriak amat keras hingga membangunkan seisi rumah yang sedang
tidur. Ia meraung keras sambil mengumpat seperti orang yang sedang kesurupan.
Hingga keesokan harinya baru aku sadari bahwa kakak ku tercinta ini sudah
kehilangan akal sehatnya. Sudah berbagai macam cara jenis pengobatan ia alami,
namun belum juga menemukan kesembuhan.
Ya.. Alloh....
Aku masih teringat jelas,
suatu malam pas kondisinya bisa diajak komunikasi ia bertanya “din… apakah
kakakmu ini bisa sembuh?”, aku tidak tega karena waktu kondisi kakak kambuh,
kakak sering nyakitin kalian terutama Ibu..” aku berusaha menahan agar airmata
yang makin menggenang dikelopakan ini untuk tidak jatuh, dengan dada yang agak
sesak “kak.. semua penyakit itu pasti ada obatnya”. “kamu disini aja ya temenin
kakak tidur” sambil menemaninya tidur aku mengambil kitab Durrotun Nasihin dan
mambacanya guna menceritakan kisah-kisah hikmah agar kakak ku kuat.
Karena waktu putus asa dia
pernah bilang mahu bunuh diri. Hingga keluarga memutuskan untuk membawanya ke
pondok khusus yang menangani orang-orang yang mengalami gangguan jiwa tepatnya.
Hampir tiga tahun sudah
kakakku sakit. Belum selesai dengan satu cobaan, tiba-tiba kakak ku yang sulung
memberi kabar “din.. cepet pulang fidhun masuk rumah sakit”. Masyaa
Alloh… ia divonis mengidap penyakit gagal ginjaal!!! di umurnya yang baru 22
tahun.
Masih aku ingat.. saat ia
merintih kesakitan yang teramat sangat, menahan rasa dahaga melebihi dahaganya
orang yang berpuasa karena dokter hanya memperbolehkan maksimal satu hari
minumnya tidak boleh lebih dari setengah gelas. Masih teringat jelas ketika ia
merengek minta minum “kak.. minta satu cendok aja… masak gak boleh” hampir
menangis aku melihatnya, sambil tersenyum aku mengusap dahinya yang
keringetan, seraya ku hibur biar sejenak dia lupa akan dahaganya.
Tiga puluh sembilan hari
sudah dia dalam kondisi kritis dan tidak berdaya.
“Astaghfirulloh…. Ya Alloh…
hamba mohon ampun” keluhnya sambil menangis, “Bu’… tolong sampein kepada semua
orang di desa kita, aku minta maaf kalau pernah berbuat salah pada mereka
semua,” Ibuku hanya mengangguk menahan tangis, “kak… kak sabih sedang apa ya
sekarang… aku nyesel dulu waktu aku sehat gak pernah ngejenguk dia”. Akupun
tidak bisa berkata apa-apa.
Tibalah dimalam ke empat
puluh ia dirawat di rumah sakit. Sehabis menunaikan sholat maghrib, aku dan
kakak sulungku Rey, menemani dipinggir ranjangnya, “Ya Alloh…!!! sakit kaakkk….
sakiiitttt”, sambil terengah-engah “kak…. kok susah banget bernafas..” tubuhku
pun merinding, dentuman jantungkupun kian tidak beraturan karena dilanda
kehawatiran yang sangat.
Dengan bergegas kakak
sulungku memanggil dokter. Hingga akhirnya sambil ku genggam erat tanggannya
dan kurasakan tubuh yang dulunya hangat menjadi dingin, hingga ahirnya aku beru
menyadari bahwa adikku sudah tidak bernyawa lagi. “INNAA LILLAHI WAINNAA ILAIHI
ROJI’UN…”.
Selamat jalan adikku… kakak yakin, rasa sakit yang kau
alami bisa menjadikanmu kederejat syahid akhirat.
Niat sucimu ingin
memberangkatkan haji kedua orang tuamu, semoga menjadi salah satu amalan yang
diterima Tuhanmu.
22. DETIK - DETIK
WAFATNYA RASULULLAH
Murtakibudz Dzunub - Fatimah
binti Rasulullah sedang diliputi kesedihan karena ayah tercintanya sedang
dilanda sakit, tiba-tiba dari luar pintu terdengar seseorang berseru
mengucapkan salam, kemudian berkata:
“Bolehkah aku masuk?” tanyanya.
Tanpa mengetahui siapa orang itu, Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?”
“Tak tahulah ayahku, orang itu sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut,” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut bersama menyertainya.
Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. “Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu, ” kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
“Engkau tidak senang mendengar khabar ini wahai kekasih Allah?” Tanya Jibril lagi. “Wahai Jibril, khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakitnya sakaratul maut ini.”
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
“Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. “Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.
“Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. “Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. “Uushiikum bis-shalaati, wa maa malakat aimaanukum – peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.” Di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. “Ummatii, ummatii, ummatiii!”
Subhanallah, tulisan ini menginagtkanku sekitar 10 tahun yang lalu saat pertama kali membaca kisah wafatnya Rasulullah. Masih ku rasakan bagaimana terharu dan sedihnya waktu itu. Karena kesan pertama membaca kisah wafatnya Rasulullah seolah begitu masuk kehati hingga bercucuran airmata penuh keharuan.
“Bolehkah aku masuk?” tanyanya.
Tanpa mengetahui siapa orang itu, Fatimah tidak mengizinkannya masuk, “Maafkanlah, ayahku sedang demam,” kata Fatimah yang membalikkan badan dan menutup pintu.
Kemudian ia kembali menemani ayahnya yang ternyata sudah membuka mata dan bertanya pada Fatimah, “Siapakah itu wahai anakku?”
“Tak tahulah ayahku, orang itu sepertinya baru sekali ini aku melihatnya,” tutur Fatimah lembut.
Lalu, Rasulullah menatap puterinya itu dengan pandangan yang menggetarkan. Seolah-olah bahagian demi bahagian wajah anaknya itu hendak dikenang. “Ketahuilah, dialah yang menghapuskan kenikmatan sementara, dialah yang memisahkan pertemuan di dunia. Dialah malaikatul maut,” kata Rasulullah, Fatimah pun menahan ledakan tangisnya. Malaikat maut datang menghampiri, tapi Rasulullah menanyakan kenapa Jibril tidak ikut bersama menyertainya.
Kemudian dipanggillah Jibril yang sebelumnya sudah bersiap di atas langit dunia menyambut ruh kekasih Allah dan penghulu dunia ini. “Jibril, jelaskan apa hakku nanti di hadapan Allah?” Tanya Rasululllah dengan suara yang amat lemah. “Pintu-pintu langit telah terbuka, para malaikat telah menanti ruhmu. Semua surga terbuka lebar menanti kedatanganmu, ” kata Jibril. Tapi itu ternyata tidak membuat Rasulullah lega, matanya masih penuh kecemasan.
“Engkau tidak senang mendengar khabar ini wahai kekasih Allah?” Tanya Jibril lagi. “Wahai Jibril, khabarkan kepadaku bagaimana nasib umatku kelak?” “Jangan khawatir, wahai Rasul Allah, aku pernah mendengar Allah berfirman kepadaku: ‘Kuharamkan surga bagi siapa saja, kecuali umat Muhammad telah berada di dalamnya,” kata Jibril.
Detik-detik semakin dekat, saatnya Izrail melakukan tugas. Perlahan ruh Rasulullah ditarik. Nampak seluruh tubuh Rasulullah bersimbah peluh, urat-urat lehernya menegang. “Jibril, betapa sakitnya sakaratul maut ini.”
Perlahan Rasulullah mengaduh. Fatimah terpejam, Ali yang di sampingnya menunduk semakin dalam dan Jibril memalingkan muka.
“Jijikkah kau melihatku, hingga kau palingkan wajahmu Jibril?” Tanya Rasulullah pada Malaikat pengantar wahyu itu. “Siapakah yang sanggup, melihat kekasih Allah direnggut ajal,” kata Jibril.
Sebentar kemudian terdengar Rasulullah mengaduh, karena sakit yang tidak tertahankan lagi.
“Ya Allah, dahsyat nian maut ini, timpakan saja semua siksa maut ini kepadaku, jangan pada umatku. “Badan Rasulullah mulai dingin, kaki dan dadanya sudah tidak bergerak lagi.
Bibirnya bergetar seakan hendak membisikkan sesuatu, Ali segera mendekatkan telinganya. “Uushiikum bis-shalaati, wa maa malakat aimaanukum – peliharalah shalat dan peliharalah orang-orang lemah di antaramu.” Di luar, pintu tangis mulai terdengar bersahutan, sahabat saling berpelukan. Fatimah menutupkan tangan di wajahnya dan Ali kembali mendekatkan telinganya ke bibir Rasulullah yang mulai kebiruan. “Ummatii, ummatii, ummatiii!”
Subhanallah, tulisan ini menginagtkanku sekitar 10 tahun yang lalu saat pertama kali membaca kisah wafatnya Rasulullah. Masih ku rasakan bagaimana terharu dan sedihnya waktu itu. Karena kesan pertama membaca kisah wafatnya Rasulullah seolah begitu masuk kehati hingga bercucuran airmata penuh keharuan.
23. SEDEKAH SEMBUNYI-SEMBUNYI MEREDAM MURKA ALLAH SWT
Murtakibudz Dzunub - Seorang pria
muda (sebutlah ia bernama amir) mendengar hadits-hadits dan ayat tentang
mulianya bersedekah di jalan Allah, betapa mulianya ber infaq dengan
shadaqatussir (sedekah secara sembunyi-sembunyi), sebagaimana hadits Rasul saw
: "Sedekah dengan sembunyi sembunyi memadamkan kemurkaan Allah" (HR
Thabrani dg sanad Hasan).
Maka bangkitlah di hati
Amir niat luhur untuk melakukannya, ia merasa telah banyak bermaksiat dan ia
merasa ibadah-ibadahnya tak cukup untuk memadamkan kemurkaan Allah swt, dan
iapun mulai mengumpulkan hartanya, setiap ia mendapat untung dari pekerjaannya
selalu ia sisihkan untuk bersedekah secara sembunyi-sembunyi, siang malam ia
terus berusaha dengan gigih mengumpulkan uang hingga setahun lamanya,
terkumpullah sejumlah uang dinar emas yang cukup banyak jumlahnya.
Malam itu Amir menaruh
seluruh uangnya itu dalam kantung besar, lalu ia berpakaian gelap dan penutup
wajah hingga tak seorangpun mengenalinya, ia berjalan ditengah malam yang
sunyi, tiba-tiba ia melihat seorang wanita yang tertidur di emper jalan, maka
ia lemparkan kantong uangnya pada tubuh si wanita, si wanita pun kaget
terbangun, dan hanya menyaksikan pria bercadar itu lari terbirit-birit. Amir
membatin dalam hatinya : "ah? wanita itu pasti berharap isi kantung itu
adalah makanan, namun MASYA ALLAH' SETUMPUK UANG DINAR"!!..wah.. dia pasti
gembira dan mendoakanku..Puji syukur atas Mu Rabbi, aku lelah setahun
mengumpulkan uang untuk hal ini.., semoga Engkau menjadikannya shadaqah rahasia
yang kau terima..
Keesokan harinya heboh lah
kampung itu dengan kabar bahwa seorang wanita pelacur mendapat sekantung uang
dinar emas ketika sedang menunggu pelanggannya!, mendengar berita itu maka Amir
terhenyak lemas.. ia membatin, " Subhanallah .. pelacur .. sedekahku yang
kukumpulkan setahun ternyata ditelan pelacur!, ah.. sedekahku tak diterima oleh
Allah.. hanya menjadi santapan wanita pezina dan penyebab orang berzina,
naudzubillah!"
Amir muram dan sedih..
namun ia tetap penasaran, ingin agar sedekahnya diterima oleh Allah dan tak
salah alamat, maka ia mengumpulkan lagi harta dengan lebih gigih lagi hingga
setahun lamanya, setelah harta terkumpul ia membeli sebanyak-banyaknya
perhiasan emas dan berlian, terkumpullah sekarung perhiasan beragam corak dan
jenis.. ah.. ia puas memandang jerih payahnya.., iapun mengulangi perbuatannya,
menggunakan penutup wajah dan membawa karung perhiasan itu ditengah malam..,
tiba-tiba ia melihat seorang lelaki setengah baya yang sedang berjalan ditengah
malam, wajahnya tampak kusut dan penuh kegundahan, maka si Amir pun melemparkan
karung itu pada si lelaki dan berkata : "terimalah sedekahku..!",
lalu iapun lari terbirit-birit, agar si lelaki itu tak mengenalinya.
Keesokan harinya kampung
itu gempar, semalam ada seorang perampok yang ketiban rizki sekarung perhiasan
dari lelaki misterius?, ah..ah.. Amir sangat lesu.. dua tahun sudah kukumpulkan
uang dengan susah payah, tapi selalu salah alamat. Namun Amir masih juga
penasaran.., ia kembali kumpulkan uang.. berlanjut hingga setahun, maka ia
berbuat seperti tahun yang lalu lalu, menaruh uang dinar emasnya di kantung
kulit, lalu berjalan ditengah malam.. ia melihat seorang tua renta yang
berjalan tertatih tatih sendirian.. nah.. ini.. pasti tak salah alamat..gumam
Amir.. iapun memberikan kantung Dinar Emasnya pada Kakek itu dan lari.
Keesokan harinya kampung
itu gempar lagi, seorang Kakek yang menjadi orang terkaya di kampung itu
mendapat sedekah sekantung emas dinar.. maka Amir pun roboh.. ia kapok..
berarti memang ia adalah pria busuk yang sedekahnya tak akan diterima oleh
Allah, 3 tahun ia berjuang namun Allah menghendaki lain.., Amir pun berdoa :
"Rabbi ... kalau kau menerima sedekahku itu maka tunjukkanlah".
Zaman terus berlanjut tanpa
terasa, puluhan tahun kemudian Amir sudah tua renta, di usia senjanya ia mendengar
ada dua orang ulama adik kakak, keduanya menjadi ulama besar dan mempunyai
murid ribuan, kedua Ulama itu anak yatim, ayah mereka wafat saat mereka masih
kecil, lalu karena jatuh miskin maka ibunya akhirnya melacur untuk menghidupi
anaknya, dalam suatu malam ibunya bermunajat pada Allah : "Ya Allah ya
Rabbi, kuharamkan rizki yang haram untuk anak-anakku, malam ini berilah aku
rizki Mu yang halal," lalu Ibu itu tertidur di emper jalan, lalu ada
seorang misterius yang melemparkan sekantung uang dinar emas padanya, lelaki
itu menutup wajahnya dengan cadar, maka sang Ibu gembira, bertobat, dan
menyekolahkan anaknya dengan uang itu dan hingga kedua anaknya menjadi Ulama
dan mempunyai murid ribuan banyaknya…
Airmata menetes membasahi
kedua pipi Amir yang sudah tua renta, oh.. sedekah ku itu ternyata diterima
Allah.. dan pahalanya dijaga Allah hingga berkesinambungan dengan anak-anak
sipelacur yang menjadi ulama dengan uang sedekahnya, dan memiliki murid ribuan
pula, Maha Suci Allah.. Dia tidak menyia-nyiakan jerih payahku.. namun apa
nasibnya dengan sedekahku yang tahun kedua?, belum lama Amir membatin, datang
pula kabar bahwa seorang Wali Allah baru saja wafat.., dia dulunya adalah
perampok, suatu malam ia dilempari sekarung perhiasan oleh pria misterius, lalu
ia bersyukur kepada Allah, beribadah dan beribadah, meninggalkan kehidupan
duniawi, berpuasa dan bertahajjud, hingga menjadi orang yang Shalih dan Mulia,
dan wafat sebagai dengan mencapai derajat Waliyullah (kekasih Allah) dan banyak
pula orang yang bertobat ditangannya.
Amir semakin cerah wajahnya
dan semakin malu kepada Allah, tak lama sampai pula kabar padanya bahwa telah
dibangun sebuah rumah amal, yang selalu tak pernah sepi dikunjungi para
pengemis, rumah amal itu selalu membagi-bagikan hartanya pada para Fuqara,
rumah amal itu didirikan oleh seorang tua renta yang kaya raya di kampung itu,
ia awalnya sangat kikir, namun suatu malam ia dihadiahi sekantung uang dinar
emas oleh pria misterius, iapun malu dan bertobat, lalu menginfakkan seluruh hartanya
untuk rumah amal.
Amir tak tahan menyungkur
sujud kehadirat Allah swt, betapa luhurnya Dia Yang Maha Menjaga Amal nya yang
tak berarti hingga berlipat-lipat dan berkesinambungan, ah.. Amir benar-benar
telah mencapai cita-citanya.. yaitu sabda Rasul saw : "Sedekah secara
sembunyi-sembunyi memadamkan kemurkaan Allah", dan ia mendapatkan pahala
yang terus mengalir tanpa henti, bagai menaruh saham dengan keuntungan berjuta
kali lipat setiap kejapnya, betapa tidak?, apalah artinya sekantung uang dinar emas
dibanding pahala sujud orang yang bertobat?, sedangkan kita mendengar hadits
Rasul saw :
"Dua raka'at Qabliyah
Subuh lebih mulia dari dunia dan segala isinya" ...
Lalu bagaimana dengan
pahala yang bertumpuk dari sebab amal sedekahnya yang tak berarti itu?, betapa
beruntungnya si pria ini, dan betapa mulia derajatnya, dan merugilah mereka
yang kikir dengan hartanya, yang merasa bahwa makan dan minumnya lebih berhak
didahulukan daripada menjadikannya perantara yang mendekatkannya pada Keluhuran
yang Abadi, ah.. semoga aku dan kalian dikelompokkan sebagai penanam saham
untuk meneruskan tegaknya Dakwah Nabi Muhammad saw, amiin.....
24. SUJUD SAHWI
24. SUJUD SAHWI
Sujud
syahwi adalah sujud yang dilakukan ketika musholli (orang yang
melakukan shalat) lupa mengerjakan tahiyyat/tasyahud awal atau qunut dan
yang lainnya saat kita lupa atau ragu sudah meninggalkan salah satu
rukun shalat. Sedang hukumnya adalah sunat mu'akad.
Tata Cara Sujud Syahwi
Dikerjakan
setelah tahiyat akhir sebelum salam dengan dua kali sujud yang diantara
keduanya dilakukan duduk (duduk diantara dua sujud).
Bacaan Sujud Syahwi
سبحان من لا ينام ولا يسهو
25. SUJUD TILAWAH
Sujud Tilawah dilakukan ketika kita sedang membaca ataupun mendengar ayat 'sajdah' (seperti ayat واسجد وقترب ), maka kita disunatkan (sunat mu'akad) melakukan sujud tilawah.
Caranya ada dua macam:
1. Ketika kita berada dalam shalat.
Begitu
selesai membaca ayat sajdah, maka langsung melakukan sujud. Dan setelah
selesai melakukan sujud tilawah diteruskan melakukan shalat.
2. Ketika diluar shalat.
Begitu
selesai membaca atau mendengar ayat sajdah, maka langsung menghadap
qiblat dan niat melakukan sujud tilawah. Bertakbir (seperti takbirotul
ihrom) kemudian langsung sujud, setelah itu bertakbir untuk duduk
kemudian salam (seperti dalam shalat biasa).
Niat Sujud Tilawah
نويت سجود التلاوة لله تعلى
Bacaan Sujud Tilawah
سَجَدَ وَجْهِيَ لِلَّذِيْ خَلَقَهُ وَصَوَّرَهُ وَشَقَّ سَمْعَهُ وَبَصَرَهُ، فَتَبَارَكَ اللهُ أَحْسَنُ الْخَالِقِيْن
26. SUJUD SYUKUR
ujud syukur adalah sujud yang dilakukan ketika seoram muslim mendapat nikmat yang berlebih atau selamat dari musibah.
Niat Sujud Syukur
نويت سجود الشكر لله تعلى
Bacaan Sujud Syukur
سُبْحَانَكَ
اَللَّهُمَّ اَنْتَ رَبِّي حَقَّا حَقَّا، سَجَدْتُ لَكَ يَارَبِّ
تَعَبُّدًا وَرِقًّا. اَللَّهُمَّ اِنَّ عَمَلِي ضَعِيْفٌ فَضَاعِفْ لِي ,
اَللَّهُمَّ قِنِي عَذَابَكَ يَوْمَ تُبْعَثُ عِبَادُكَ وَتُبْ عَلَيَّ
اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ
"Subhânakallâhumma
Anta Rabbî haq-qan haqqâ, sajadtu laka yâ Rabbî ta-’abbudan wa riqqâ.
Allâhumma inna ‘amalî dha’îfun fadha’i lî. Allâhumma qinî ‘adzâbaka
yawma tub’atsu ‘ibâduka wa tub ‘alayya innaka Antat tawwâbur Rahîm."
Artinya:
"Maha
Suci Engkau. Ya Allah, Engkaulah Tuhaku yang sebenarnya, aku sujud
kepada-Mu ya Rabbi sebagai pengabdian dan penghambaan. Ya Allah, sungguh
amalku lemah, maka lipat gandakan pahalanya bagiku. Ya Allah,
selamatkan aku dari siksa-Mu pada hari hamba-hamba-Mu dibangkitkan,
terimalah taubatku, sesunguhnya Engkau Maha Menerima taubat dan Maha
Penyayang."
Catatan: Pada waktu melakukan sujud syukur disyaratkan harus menghadap qiblat dan suci dari hadats dan najis.
Wynn casino new player bonus offer - Jeopardy - KT Hub
BalasHapusWynn 정읍 출장안마 is one 경기도 출장안마 of the largest and most successful 김제 출장안마 casino brands in the United 창원 출장마사지 States and boasts a number of progressive jackpots in the online and retail 동두천 출장안마