PARA SAHABAT NABI

1.ABU BAKAR RA

                          Abu Bakar  bin Abu Quhafah, turunan bani Taim bin Murrah, bin Kaab, bin Luai, bin Kalb Al-Qurasyi. Pada Murrah bertemulah nasabnya dengan Rasul. ibunya Ummul Khair Salma binti Sakhr bin Anrir, turunan Taim bin Murrah juga . Dia lahir pada tahun kedua dari tahun gajah, jadi dua tahun lebih tua Rasulullah daripadnya. Sejak mudanya telah masyhur budinya yang tinggi dan perangai- nya yang terpuji. Dia sanggup menyediakan segala bekal rumah- tangganya dengan usahanya sendiri. Sebelum Rasulullah diutus, persahabatan mereka telah karib juga.
Tatkala telah ditetapkan beliau menjadi Nabi, maka Abu Bakarlah laki-laki dewasa yang mula-mula sekali mempercayainya. Rasulullah paling sayang dan cinta kepada sahabatnya itu, kerana dia adalah sahabat yang setia dan hanya satu-satunya orang dewasa tempatnya mesyuarat di waktu pejuangan dengan kaum Quraisy sangat hebatnya. Tiap-tiap orang besar mempunyai kelebihan sendiri, yang akan diingat orang bila menyebut namanya. Abu Bakar masyhur dengan kekuatan kemahuan, kekerasan hti, pemaaf tetapi rendah hati, dermawan dan berani bertindak lagi cerdik.
              Di dalam mengatur pemerintahan, meskipun tidak lama, masyhur siasatnya yang mempunyai semboyan keras tak dapat dipatahkan, lemah lembut tetapi tak dapat disenduk. Hukuman belum dijatuhkan sebelum pemeriksaan memuaskan hatinya, sebab itu diperintahkan- nya kepada wakil-wakilnya di tiap-tiap negeri supaya jangan tergesa-gesa menjatuhkan hukum.
Salah menghukum seseorang hingga tidak jadi terhukum, lebih baik daripada salah hukum yang menyebabkan yang tidak bersalah sampai terhukum. Meskipun sukar hidupnya, pantang benar baginya mengadukan halnya kepada orang lain.
              Tidak ada orang yang tahu kesusahan hidupnya, kecuali beberapa orang sahabatnya yang karib yang senantiasa memperhatikan dirinya, sebagai Umar. Setelah dia diangkat menjadi Khalifah, beberapa bulan dia masih rneneruskan pemiagaannya yang kecil itu. Tetapi kemudian ternyata rugi, sebab telah menghadapi urusan negeri sehingga dengan permintaan orang banyak, pemiagaan itu iberhentikannya dan dia mengambil kadar belanja tiap hari daripada wang negara. Jadi Khalifah Rasulullah memegang dua jabatan, pertama menyampaikan kewajiban sebagai seorang pendakwah. Kedua bartindak selaku ketua kaum Muslimin. Kewajiban pertama telah selesai seketika dia menutup mata, tetapi kewajiban yang kedua, menurut partimbangan kaum Muslimin ketika itu perlu disambung oleh yang lain, kerana suatu umat tidak dapat tersusun persatuannya kalau mereka tidak mempunyai pemimpin. Sebab itu perlu ada gantinya (khalifahnya).
                   Belum lagi Rasulullah dikebumikan, telah timbul dua macam pendapat. Pertama ialah menentukan pangkat Khalifah itu di antara kaum keluarga Rasulullah yang terdekat.Pendapat pertama ini terbagi dua pula. Pertama rnenentukan pangkat Khalifah itu dalam persukuan Rasulullah. Kedua hendaklah ditentukan di dalam rumahtangganya yang sekarib-karibnya. Di waktu dia menutup mata adalah orang yang paling karib kepadanya saudara ayahnya; Abbas bin Abdul Muttalib dan anak saudara ayahnya Ali dan Aqil, keduanya anak Abu Thalib. Kelebihan Ali daripada Abbas dan Aqil ialah kerana dia menjadi menantu pula dari Rasulullah, suami dari Fatimah. Kelebihan Abbas ialah dia waris yang paling dekat kepada beliau. Artinya jika sekiranya tidaklah ada beliau meninggalkan anak dan isteri, maka Abbas itulah yang akan menjadi ashabah (waris yang menerima sisa harta) yakni kalau harta Rasulullah boleh diwariskan.
Pendapat kedua: Khalifah hendaklah orang Ansar. Setelah Rasulullah wafat, berkumpulah kepala-kepala kaurn Ansar di dalam sebuah balairung kepunyaan bani Saidah, balk Ansar pihak Aus mahupun Ansar dari persukuan Khazraj. Maksud mereka hendak memilih Saad bin Ubadah menjadi Khalifah Rasulullah, sebab dialah yang paling terkedahapan dari pihak kaum Ansar ketika itu.
                  Apa lagi Saad sendiri telah berpidato kepada mereka yang menganjurkan bagaimana keutamaan dan kemuliaan kaum Ansar, terutama dalam membela Rasulullah dan mempertahankan agama Islam, sehingga beroleh gelar Ansar, artinya pembela, tidak ada orang lain yang berhak menjabat pangkat itu melainkan Ansar. Perkataannya itu sangat mendapat perhatian dari hadirin, semuanya setuju. Tetapi salah seorang di antara yang hadir bertanya: Bagaimana kalau saudara-saudara kita orang Quraisy tidak setuju, dan sekiranya mereka kemukakan alasan bahwa merekalah kaum kerabat yang karib dan ahli negerinya, apa jawab kita? Seorang Ansar menjawab saja dengan cepat: Kalau mereka tidak setuju, lebih baik kita pilih saja seorang Amir dari pihak kita dan mereka pun memilih pula Amir dari pihaknya, dan kita tidak mahu dengan aturan yang lain.
              Saad membantah sangat pendapat itu, dia berkata: Itulah pangkal kelemahan. Berita permesyuaratan itu lekas sampainya kepada orang-orang besar dalam Muhajirin, sebagai Abu Bakar, Umar, Abu Ubaidah dan lain-lain. Sebentar itu juga dengan segera mereka pergi ke balairung itu. Baru saja sampai Abu Bakar terus berpidato: Allah Taala telah memilih Muhammad menjadi RasulNya, membawa petunjuk dan kebenaran. Maka diserunyalah kita kepada Islam, dipegangnya ubun-ubun kita semuanya dan dipengaruhinya baiat kita. Kamilah kaum Muhajirin yang mula-mula memeluk Islam, kamilah keluarga Rasulullah, dan kamilah pula suatu kabilah yang boleh dikatakan menjadi pusat perhubungan semua kabilah di Tanah Arab ini, tidak ada satu kabilah pun yang tidak ada perhubungannya dengan kami. Dan kamu pula, kamu mempunyai kelebihan dan keutamaan. Kamu yang membela dan menolong kami, kamulah wazir-wazir besar kami di dalam pekeriaan besar agama ini, dan wazir Rasulullah, kamulah saudara kandung kami di bawah lindungan Kitabullah, kamu kongsi kami dalam agama, baik di waktu senang apa lagi di waktu susah. Demi Allah, tidak ada kebaikan yang kami dapati, melainkan segala kebaikan itu kamu pun turut menanamnya. Kamulah orang yang paling kami cintai, paling kami muliakan, dan orang-orang yang paling patut takluk kepada kehendak Allah mengikut akan suruhNya.
               Janganlah kamu dengki kepada saudara kamu kaum Muhajirin, sebab kamulah sejak dahulunya orang yang telah sudi menderita susah lantaran membela kami. Saya percaya sungguh, bahwa haluan kamu belum berubah kepada kami, kamu masih tetap cinta kepada Muhajirin. Saya percaya sungguh, bahwa nikmat yang telah dilebihkan Tuhan kepada Muhajirin ini tidak akan kamu hambat, saya percaya sungguh bahwa kamu tidakkan dengki atas ini: Sekarang saya serukan kamu memilih salah seorang daripada yang berdua ini, iaitu Abu Ubaidah atau Umar, keduanya saya percaya sanggup memikulnya, dan keduanya memang ahlinya. Setelah selesai pidato Abu Bakar itu, maka berdirilah Khabbab bin Al-Munzir berpidato pula:Wahai sekalian Ansar, pegang teguh hakmu, seluruh manusia di pihakmu dan membelamu, seorang pun tidak ada yang akan berani melangkahi hakmu, tidak akan diteruskan orang suatu pekerjaan, kalau kamu tak campur di dalam. Kamu ahli kegagahan dan kemuliaan, kaya dan banyak bilangan, teguh dan banyak pengalaman, kuat dan gagah perkasa. Orang tidak akan melangkah ke muka sebelum melihat gerak kamu. Kamu jangan berpecah, supaya maksud kita jangan terhalang. Kalau mereka tidak hendak memperhatikan iuga, biarlah mereka beramir sendiri dan kita beramir sendiri pula.
                Mendengar itu Umar lalu menyambung pembicaraannya: Jangan, itu sekali-kali jangan disebut: Tidak dapat berhimpun dua kepala dalam satu kekuasaan. Khabbab berdiri kembali:Sekalian Ansar! Pegang teguh hakmu jangan undur, jangan didengarkan cakap orang ini dan kawan- kawannya, lepas hakmu kelak. Hebat sekali pertentangan Umar dengan Khabbab. Dengan tenang Abu Ubaidah tampil ke muka dan berkata: Kaum Ansar! Ingatlah bahwa kamu yang mula-mula menjadi pembela dan penolong, rnaka ianganlah kamu pula yang mula-mula menjadi pemecahan dan penukar. Dengan tangkas Basyir bin Saad tampil ke muka, dia seorang yang terpandang dalam golongan Ansar dari Aus: Wahai kaum Ansar, memang, demi Allah, kita mempunyai beberapa kelebihan dan keutamaan, di dalam pejuangan yang telah ditempuhi oleh agama ini. Tetapi ingatlah, pekerjaan besar itu kita lakukan bukanlah lantaran mengharap yang lain, hanyalah semata-mata mengharapkan redha Allah dan taat kepada Nabi kita, untuk penunjukan diri kita masing-masing kepada Tuhan! Sebab itu tidaklah patut kita me- manjangkan mulut menyebut-nyebut jasa itu kepada manusia, jangan diambil menyebut-nyebut jasa itu untuk peningkat dunia. Ingatlah bahwa Allah telah memberi kita kemuliaan dan pertolongan bukan sedikit. Ingat pula bahwa Muhammad itu terang dari Quraisy, kaumnya lebih berhak menjadi penggantinya mengepalai kita. Demi Allah, saya tidak mendapat satu jalan untuk menentang mereka pada pekejaan yang telah terang ini. Takutlah kepada Allah, jangan bertingkah dengan saudara-saudara kita Muhajirin, jangan berselisih! Majlis tenang!
               Ketika itu berkatalah Abu Bakar: Ini ada Abu Ubaidah dan Umar, pilihlah mana di antara keduanya yang kamu sukai dan baiatlah! Dengan serentak keduanya membantah:Tidak, tidak. Demi Allah, kami tidak akan mahu menerima pekerjaan besar ini selama engkau masih ada, engkaulah orang Muhajirin yang lebih utama, engkaulah yang berdua saja dengan dia di dalam gua ketika terusir, engkaulah yang ditetapkannya menjadi gantinya sembahyang seketika dia sakit, ingatlah bahwa sembahyang itu seutama-utama agama orang Islam! Siapakah yang akan berani melangkahimu dan memegang pekerjaan ini…? Tadahkan tanganmu, kami hendak membaiatkan engkau!
Lalu Umar mengambil tangannya dan membaiatnya, setelah itu mengikut Abu Ubaidah, diiringi oleh Basyir bin Saad. Basyir dari golongan Ansar persukuan Aus, Saad bin Ubadah dari persukuan Khazraj, Aus jauh lebih kecil persukuannya daripada Khazraj. Kalau sekiranya jadi pekerjaan Khalifah diberikan kepada Ansar, tentu Aus selamanya tidak juga akan mendapat giliran kerana kecilnya. Ini kelak akan mendatangkan fitnah juga dalam negeri Madinah, menimbulkan permusuhan zaman jahiliyah. Inilah yang ditimbang oleh Basyir ketika berpidato itu. Demi melihat Basyir membaiat, maka berduyun-duyunlah anggota Aus yang lain mem- baiat Abu Bakar. Melihat itu, maka anggota-anggota Khazraj pun telah terpengaruh pula oleh.semangat pertemuan itu, kesemuanya tampil ke muka membaiat Khalifah yang tercinta itu, sehingga Abu Ubaidah yang duduk bersandar ke dinding kerana tidak boleh berdiri lantaran demam, hampir terpijak. Adapun Ali bin Abu Thalib, ia tidak hadir di situ, lantaran sedang menjaga jenazah Rasulullah, dan ketidak-hadirannya itu menjadi alasan pula baginya untuk tidak turut membaiat. Melihat ramai pihak yang telah datang berduyun-duyun membaiat Abu Bakar, maka bani Hasyim pun tidaklah dapat mengelakkan diri lagi, apalagi setelah mereka mengerti bahwa khalifah itu bukanlah sama dengan pangkat kenabian.
Insaflah mereka bahwa perkara ini bukan perkara urusan keluarga, tetapi urusan siapakah orang yang paling mulia di sisi Nabi, padahal mereka semuanya memang mengakui akan keutamaan Abu Bakar Apakah lagi suatu kelebihan yang lebih utama daripada meniadi wakil Rasulullah bersembahyang di waktu sakitnya. Kalau Rasulullah sendiri telah percaya kepadanya dalam urusan dunia, iaitu memerintah umat, Ali sendiri pun akhimya mem- baiatnya juga, iaitu beberapa waktu setelah wafat isterinya Fatimah binti Rasulullah itu.
Pidato Abu Bakar
                Setelah selesai orang membaiat itu, Abu Bakar pun berpidatolah, sebagai sambutan atas kepercayaan orang banyak kepada dirinya itu, penting dan ringkas:Wahai manusia, sekarang aku telah menjabat pekerjaan kami ini, tetapi bukanlah aku orang yang lebih baik daripada kamu. Maka jika aku lelah berlaku baik dalam jabatanku, sokonglah aku. Tetapi kalau aku berlaku salah, tegakkanlah aku kembali. Kejujuran adalah suatu amanat, kedustaan adalah suatu khianat. Orang yang kuat di antara kamu, pada sisiku hanyalah lemah, sehingga hak si lemah aku tarik daripadanya. Orang yang lemah di sisimu, pada sisiku kuat, sebab akan ku ambilkan daripada si kuat akan haknya, Insya Allah. Janganlah kamu suka menghentikan jihad itu, yang tidak akan ditimpa kehinaan. Taatlah kepadaku selama aku taat kepada Allah dan RasulNya. Tetapi kalau aku langgar perintahNya, tak usahlah aku kamu taat dan ikut lagi. Berdirilah sembahyang, moga- moga rahmat Allah meliputi kamu.
Tentera Usamah
               Bukanlah urusan baiat yang sulit itu saja bahaya yang menimpa umat Islam sewafat Rasulullah. Tetapi baru saja tersiar khabar kematian itu ke seluruh benua Tanah Arab bergeraklah orang-orang munafik yang hendak mencari keuntungan diri sendiri, timbullah golongan kaum murtad dan Nabi-nabi palsu, semuanya hendak memberontak melepaskan diri daripada persatuan Islam yang baru tegak itu. Sedang kaum Muslimin sendiri ketika itu di dalam susah besar dan kemasyghulan lantaran kematian Nabi.
Kaum pemberontak itu baru saja memeluk Islam, mereka belum tahu hakikat agama, masuknya ke agama hanya dipengaruhi gerakan ramai, dan segan kepada kekuasaan Nabi. Tentu saja setelah Nabi wafat mereka hendak belot. Ada satu golongan pula yang sudi mendirikan sembahyang, tetapi tidak hendak mengeluarkan zakat lagi. Demikian besar bahaya yang sedang mengancam, sedikit pun tidak kelihatan perubahan muka Abu Bakar. Ada orang mengatakan kepadanya supaya orang-orang yang tidak sudi mengeluarkan zakat itu tak usah diperangi, kerana mereka masih sudi sembahyang. Tetapi dengan tegas beliau berkata: Tidak, penderhaka yang hendak memperbedakan sembahyang dengan zakat itu mesti kuperangi juga, walau saya akan dihambat dengan ikatan sekalipun. Tetapi sebelum mengatur persiapan memerangi pemberontak- pemberontak itu, Abu Bakar lebih dahulu hendak menyempurnakan angkatan perang di bawah pimpinan Usamah yang usianya masih terlalu muda, baru kira-kira 17 tahun. Dia diangkat oleh Rasulullah menjadi kepala perang, tetapi pejalanannya diundurkan lantaran kematian Rasulullah. Banyak ketua-ketua Quraisy menjadi perajurit di bawah perintahnya. Demi setelah Rasulullah wafat, Umar meminta supaya pengiriman Usamah itu diundurkan saja kerana banyak yang lain yang lebih penting, atau tukar dengan kepala tentera yang lebih tua. Dengan gagah dia mendekati Umar dan menunjukkan kuasa dan kekerasannya kepada sahabatnya itu: Celaka engkau, wahai anak si Khattab, Rasulullah sendiri yang mengangkat dia, belum lama lagi dia terkubur, engkau menyuruh saya mengubah perintahnya? Pemberangkatan Usamah itu dilangsungkan juga. Dia pergi ke tempat perhentian perajurit Usamah untuk melepaskan mereka. Ketika dia memberikan pesannya yang penting-penting kepada Usamah, Usamah di atas kenderaannya dan beliau berjalan kaki. Biarlah hamba turun ke bawah dan paduka naik ke atas kenderaan ini, kata Usamah. Tidak, jawab beliau, Belumlah akan mengapa jika kakiku kena debu beberapa saat di dalam menegakkan jalan Allah. Setelah itu dimintanya kalau boleh Usamah mengizinkan Umar tinggal di Madinah, tidak jadi pergi berperang, kerana Umar perlu benar baginya untuk teman di dalam mengatur siasat negeri. Maka permintaan itu dikabulkan oleh Usamah.
              Tidaklah mahu Khalifah itu memerintahkan kepada ketua perang yang telah diserahinya pimpinan itu supaya Umar jangan dibawa, melainkan dimintanya. Ketika mereka akan berangkat itu beliau berpidato: Jangan khianat, jangan mungkiri janji, jangan dianiaya bangkai musuh yang telah mati, jangan dibunuh anak-anak, orang kua dan perempuan. Jangan dipotong batang kurma, jangan dibakar dan jangan di-tumbangkan kayu-kayuan yang berbuah, jangan disembelihi saja kambing, sapi dan unta, kecuali sekadar akan dimakan. Kalau kamu bertemu dengan suatu kaum yang telah menyisihkan dirinya di dalam gereja-gereja hendaklah dibiarkan saja.
Jika engkau bertemu dengan suatu kaum yang bercukur tengah-tengah kepalanya dan tinggal tepinya sebagai lingkaran, hendaklah perangi! Kalau diberi orang makanan hendaklah bacakan nama Allah seketika memakannya. Hai Usamah, berbuatlah apa yang diperintahkan Nabi kepadamu di negeri Qudhaah itu, dan jangan engkau lalaikan sedikit pun perintah-perintah Rasulullah. Setelah dilepaskan tentera itu di Jaraf, beliau kembali ke Madinah. Usamah pun berangkat dikepungnyalah negeri Qudhaah itu, empat puluh hari lamanya pertempuran hebat dengan musuh, maka dia pun kembali dengan kemenangan. Tentera ke Qudhaah ini bukan sedikit memberi kesan kepada musuh-musuh yang lain, timbul perkataan, kalau sekiranya kaum Muslimin tidak mempunyai ke- kuatan, tetu mereka tidak akan mengirim tentera ke negeri Qudhaah lebih dahulu sebelum menaklukkan yang lain. Akan huru-hara di segala pihak yang telah ditimbulkan oleh kaum murtad itu, yang agaknya bagi orang lain boleh mendatangkan kekusutan fikiran, oleh beliau ditunggu saja dengan tenang ketika yang balk. Ditunggunya Usamah pulang, kerana di sana terletak sebahagian besar kekuatan. Setelah kembali dengan kemenangan- nya, maka Usamah dan tenteranya disuruhnya istirahat, kerana beliau hendak menyelesaikan lebih dahulu kekusutan yang ditimbulkan oleh kaum Absin dan Dhabyaan di luar Madinah, yang mencuba hendak memberontak pula. Pimpinan kota Madinah diserahkan kepada yang lain dan beliau sendiri pergi menaklukkan kedua kaum itu kembali, hingga tunduk. Setelah itu barulah diatumya tentera untuk mengalahkan kaum-kaum perusuh pemberontak itu. Tentera itu disuruh ke Dzul Qisah, kira-kira 10 batu dari Madinah, menghadap ke Najd. Di sanalah dibaginya 11 buah bendera kepada 11 orang kepala perang:
1. Kepada Khalid bin Al-Walid, pergi memerangi Thulaihah bin Khuwailid Al-Asadi di negeri Bazaakhah. Kalau telah selesai di sana, teruskan mengalahkan Malik bin Nuwairah di negeri Batthaah.
2. Ikrimah bin Abu Jahal, memerangi Musailamah di Yamamah.
3. Di belakang Ikrimah disusuli oleh tentera Syurahbil bin Hasanah.
4. Al-Muhajir bin Abu Umaiyah ke Yaman, mengalahkan Al-Aswad Al-Ansi.
5. Huzaifah bin Mihsan mengalahkan negeri Daba di Uman.
6. Arfajah bin Hartsamah ke negeri Muhrah.
7. Suwaid bin Mukrin ke Ti~Mmah di Yaman.
8. Al-Ala bin Al-Hadhramiy ke negeri Bahrein.
9. Thuraifah bin Hajiz ke negeri bani Sulaim dan Hawazin.
10. Amru bin Al-Ash ke negeri Qudhaah.
11. Khalid bin Said ke tanah-tanah tinggi Syam.
Dengan hati yang teguh dan kesetiaan kepala-kepala perang itu, di dalam masa yang tidak berapa lama, seluruh pemberontakan dan huru-hara itu, yang ditimbulkan oleh beberapa orang yang mengakui dirinya jadi Nabi, atau yang hendak mencari keuntungan diri, me- mecahkan persatuan agama, telah dapat disapu bersih, itulah salah satu daripada kemuliaan yang tak dapat dilupakan oleh tarikh tentang diri Khalifah Rasulullah itu.
Menaklukkan Parsi
          Setelah selesai huru-hara di dalam negeri itu, Mhalifah Rasulullah menghadap ke luar negeri, menaklukkan negeri Parsi. Untuk itu telah diangkatnya kepala perang besar yang masyhur Saifullah Khalid bin Al-Walid. Kalau kelak maksud ini berhasil, perjalanan boleh di- teruskannya ke batas-batas Hindustan. Untuk pembantunya diangkat Iyadh bin Ghanam, masuk dari utara Iraq. Penyerang Khalid telah berhasil masuk di negeri Parsi, sejak dari pinggir sungai Fblrat, sampai ke Ubullah, melinkungi Syam, Iraq dan Jazirah, demikian juga sebelah timur sungai Furat. Di beberapa tempat pahlawan besar itu telah bertempur dengan tentera-tentera Parsi, Rumawi dan Arab yang masih belum masuk kepada persatuan besar ini. Namanya kian menakutkan musuh. Namanya lebih dakulu telah menggegarkan tempat yang belum dimasukinya. Kalau suatu negeri ditaklukkannya, maka di sana diangkatnya seorang amir yang akan mengatur kharaj (cukai) dari ahli zimmah. Namanya sangat dipuji oleh musuhnya sebab orang tani dan pertaniannya tidak pernah digangunya melainkan dipeliharanya. Lantaran itu jikalau dia masuk ke negeri Arab yang masih di bawah bendera (protectorat) Parsi, orang di sana lebih suka diperintahnya dan belot dari pemerintahan yang lama, sedang agama tidak diganggu. Sebab orang Arab di sana memeluk agama Masihi. Kalau terjadi perang landing, menjadi kehinaan besar baginya kalau perang itu hanya bertegang urat leher dari jauh menghabiskan tempoh, dia lebih suka kepada permainan pedang, bertanding kepahlawanan, terutama dengan kepala-kepala kaum itu. Sebab dengan demikian, tempoh perang dapat disingkat- kan. Temannya Iyadh telah dapat menguasai Daumatul Jandal, sampai ke Iraq. Di Hirah kedua kepala perang yang gagah itu bertemu.
Menaklukkan Syam
                 Setelah itu Abu Bakar mengirim surat kepada penduduk Makkah, Thaif, Yaman dan sekalian negeri Arab, sampai ke Najd dan seluruh Hejaz disuruh bersiap untuk mengatur suatu bala tentera besar, akan melakukan suatu peperangan yang besar, iaitu menaklukkan negeri Syam, pusat kerajaan Rumawi pada masa itu. Mendengar seruan itu orang pun bersiap. Sebagian besar kerana mengharapkan bertempur mempertahankan agama, dan tentu tidak kurang pula yang mengharapkan harta rampasan. Kata Ath-Thabari: Tiap-tiap ketua perang itu telah ditentukan tempat tinggal mereka sebelum negeri itu dimasuki, buat Abu Ubaidah telah ditentukan Hems, buat Yazid bin Abu Sufyan negeri Damsyik, buat Syurahbil bin Hasanah negeri Urdan (Jordan), buat Amru bin Al-Ash dan Alqamah bin Al-Munzir negeri Palestin, Kalau telah selesai, maka Alqamah akan meneruskan perjalanan ke Mesir. Peperangan yang paling masyhur hebat dan besamya ketika penaklukan Syam itu ialah peperangan Yarmuk, iaitu suatu sungai besar. Di sanalah orang Rumawi dapat membutikan bahwa musuhnya memang besar dan kekuatan mereka sendiri tidak ada lagi. Sejak waktu itulah berturut-turut jatuh negeri Quds, Damsyik, Hems, Humaat, Halab dan lain-lain. Sedianya peperangan ini tidaklah akan berakhir begitu me- nyenangkan. Kerana telah berhari berpekan peperangan di Yarmuk itu dilangsungkan, belum juga berakhir dengan balk. Sebab tiap-tiap ketua perang itu mengendalikan tenteranya sendiri-sendiri, kepala perang besar untuk menyatukan komando tidak ada. Padahal orang Rumawi telah bermaksud hendak keluar dari benteng mereka me- lakukan serangan besar-besaran.Waktu iku datanglah Khalid bin Al-Walid dengan tiba-tiba, yakni setelah selesai melakukan serangan- nya di Parsi. Dia mendapat surat Khalifah menyuruh lekas pindah ke Rumawi. Setelah tiba di situ dikumpulkannya kepala-kepala perang dan diadakannya pidato yang berapi-api untuk menaikkan semangat. Di antara ucapannya:Saya tahu bahwa kamu semua telah dipecah- pecahkan oleh kemegahan dunia. Demi Allah! Sekarang berhentikanlah itu, degarlah bicaraku! Hendaklah pimpinan tentera disatukan, sehari si anu, sehari lagi si anu. Hari ini biar saya, besok salah seorang di antara kamu. Orang-orang itu menerima.
Baru saja tentera berada di bawah pimpinannya, sudah nampak alamat kemenangan, sehingga besoknya tidak ada yang berani menggantikan lagi. Begitulah kemenangan telah diperoleh di bawah pimpinan Khalid. Satu cubaan besar datanglah kepada pahlawan itu seketika perang sangat hebatnya. Surat datang dari Madinah, menyatakan bahwa Khalifah Rasulullah yang pertama wafat. Sekarang yang memerintah ialah Umar, bukan Abu bakar lagi. Khalid mesti berhenti memimpin peperangan, digantikan oleh Abu Ubaidah. Surat itu disimpannya saja sampai peperangan berhenti, takut tentera akan kacau.
                Setelah kalah musuh dan menang kaum Muslimin, barulah dia datang kepada Abu Ubaidah, mengucapkan salam kepada Amirul- Jaisy (kepala tentera). Dan dengan muka gagah segala pimpinan diserahkannya, dia tetap menjadi seldadu biasa meneruskan per- tempuran ke tempat-tempat yang lain. Seketika ditanyai orang, dengan megah pahlawan itu berkata: Saya berperang bukan lantaran Umar! Laksana Basyir, pahlawan Ansar tempoh hari itu pula mengatakan ahwa Ansar bertempur bukan mencari megah dunia! Lebih dari 100,000 tentera Rumawi binasa waktu itu.
Wafatnya Abu Bakar
               Pada 7 haribulan Jumadil Akhir tahun ketiga belas Hijrah, beliau ditimpa sakit. Setelah 15 hari lamanya menderita penyakit itu, wafatlah beliau pada 21 haribulan Jumadil Akhir tahun 13H, bertepatan dengan tanggal 22 Ogos tahun 634 Masihiyah. Lamanya memerintah ialah 2 tahun 3 bulan 10 hari. Dikebumikan di kamar Aisyah di samping makam sahabatnya yang mulia Rasulullah sallallaahu alaihi wasallam!.  www.suaramedia.com

2.UMAR BIN KHATTAB RA
Pada hari-hari terakhir hidupnya, Khalifah Abu Bakar sibuk bertanya pada banyak orang."Bagaimana pendapatmu tentang Umar?" Hampir semua orang menyebut Umar adalah seorang yang keras, namun jiwanya sangat baik. Setelah itu, Abu Bakar minta Usman bin Affan untuk menuliskan wasiat bahwa penggantinya kelak adalah Umar. Tampaknya Abu Bakar khawatir jika umat Islam akan berselisih pendapat bila ia tak menuliskan wasiat itu. Pada tahun 13 Hijriah atau 634 Masehi, Abu Bakar wafat dan Umar menjadi khalifah. Jika orang-orang menyebut Abu Bakar sebagai "Khalifatur- Rasul", kini mereka memanggil Umar "Amirul Mukminin" (Pemimpin orang mukmin). Umar masuk Islam sekitar tahun 6 Hijriah. Saat itu, ia berniat membunuh Muhammad namun tersentuh hati ketika mendengar adiknya,Fatimah, melantunkan ayat Quran.
Selama di Madinah, Umarlah –bersama Hamzah-yang paling ditakuti orang-orang Quraisy.Keduanya selalu siap berkelahi jika Rasul dihina. Saat hijrah, ia juga satu-satunya sahabat Rasul yang pergi secara terang-terangan. Ia menantang siapapun agar menyusulnya bila ingin "ibunya meratapi, istrinya jadi janda, dan anaknya menangis kehilangan. Kini ia harus tampil menjadi pemimpin semua. Saat itu, pasukan Islam tengah bertempur sengit di Yarmuk -wilayah perbatasan dengan Syria. Umar tidak memberitakan kepada pasukannya bahwa Abu Bakar telah wafat dan ia yang sekarang menjadi khalifah. Ia tidak ingin mengganggu konsentrasi pasukan yang tengah melawan kerajaan Romawi itu.
Di Yarmuk, keputusan Abu Bakar untuk mengambil markas di tempat itu dan kecerdikan serta keberanian Khalid bin Walid membawa hasil. Muslim bermarkas di bukit-bukit yang menjadi benteng alam, sedangkan Romawi terpaksa menempati lembah di hadapannya. Puluhan ribu pasukanRomawi -baik yang pasukan Arab Syria maupun yang didatangkan dari Yunani-tewas. Lalu terjadilah pertistiwa mengesankan itu. Panglima Romawi, Gregorius Theodore -orang-orang Arab menyebutnya "Jirri Tudur"– ingin menghindari jatuhnya banyak korban. Ia menantang Khalid untuk berduel. Dalam pertempuran dua orang itu, tombak Gregorius patah terkena sabetan pedang Khalid. Ia ganti mengambil pedang besar. Ketika berancang-ancang perang lagi, Gregorius bertanya pada Khalid tentang motivasinya berperang serta tentang Islam.
            Mendengar jawaban Khalid, di hadapan ratusan ribu pasukan Romawi dan Muslim, Gregorius menyatakan diri masuk Islam. Ia lalu belajar Islam sekilas, sempat menunaikan salat dua rakaat, lalu bertempur di samping Khalid. Gregorius syahid di tangan bekas pasukannya sendiri. Namun pasukan Islam mencatat kemenangan besar di Yarmuk, meskipun sejumlah sahabat meninggal di sana. Di antaranya adalah Juwariah, putri Abu Sofyan. Umar kemudian memecat Khalid, dan mengangkat Abu Ubaidah sebagai Panglima Besar pengganti. Umar khawatir, umat Islam akan sangat mendewakan Khalid. Hal demikian bertentangan prinsip Islam. Khalid ikhlas menerima keputusan itu. "saya berjihad bukan karena Umar," katanya. Ia terus membantu Abu Ubaidah di medan tempur. Kota Damaskus berhasil dikuasai. Dengan menggunakan "tangga manusia", pasukan Khalid berhasil menembus benteng Aleppo. Kaisar Heraklius dengan sedih terpaksa mundur ke Konstantinopel, meninggalkan seluruh wilayah Syria yang telah lima abad dikuasai Romawi.
Penguasa Yerusalem juga menyerah. Namun mereka hanya akan menyerahkan kota itu pada pemimpin tertinggi Islam. Maka Umar pun berangkat ke Yerusalem. Ia menolak dikawal pasukan. Jadilah pemandangan ganjil itu. Pemuka Yerusalem menyambut dengan upacara kebesaran. Pasukan Islam juga tampil mentereng. Setelah menaklukkan Syria, mereka kini hidup makmur.Lalu Umar dengan bajunya yang sangat sederhana datang menunggang unta merah. Ia hanya disertai seorang pembantu. Mereka membawa sendiri kantung makanan serta air. Kesederhanaan Umar itu mengundang simpati orang-orang non Muslim. Apalagi kaum GerejaSyria dan Gereja Kopti-Mesir memang mengharap kedatangan Islam. Semasa kekuasaan Romawi mereka tertindas, karena yang diakui kerajaan hanya Gereja Yunani. Maka, Islam segera menyebar dengan cepat ke arah Memphis (Kairo), Iskandaria hingga Tripoli, di bawah komandoAmr bin Ash dan Zubair, menantu Abu Bakar.
Ke wilayah Timur, pasukan Saad bin Abu Waqas juga merebut Ctesiphon –pusat kerajaan Persia,pada 637 Masehi. Tiga putri raja dibawa ke Madinah, dan dinikahkan dengan Muhammad anak Abu Bakar, Abdullah anak Umar, serta Hussein anak Ali. Hussein dan istrinya itu melahirkan Zainal Ali Abidin -Imam besar Syiah. Dengan demikian, Zainal mewarisi darah Nabi Muhammad, Ismail dan Ibrahim dari ayah, serta darah raja-raja Persia dari ibu. Itu yang menjelaskan mengapa warga Iran menganut aliran Syiah. Dari Persia, Islam kemudian menyebar ke wilayah Asia Tengah, mulai Turkmenistan, Azerbaijan bahkan ke timur ke wilayah Afghanistan sekarang. Banyak Sekali Sifat-sifat teladan yang patut kita contoh dari Seorang Umar Bin Khatab, Salah satunya adalah, Suatu ketika Umar bin Khattab sedang berkhotbah di masjid di kota Madinah tentang keadilan dalam pemerintahan Islam. Pada saat itu muncul seorang lelaki asing dalam masjid , sehingga Umar menghentikan khotbahnya sejenak, kemudian ia melanjutkan. "Sesungguhnya seorang pemimpin itu diangkat dari antara kalian bukan dari bangsa lain. Pemimpin itu harus berbuat untuk kepentingan kalian, bukan untuk kepentingan dirinya, golongannya, dan bukan untuk menindas kaum lemah. Demi Allah, apabila ada di antara pemimpin dari kamu sekalian menindas yang lemah, maka kepada orang yang ditindas itu diberikan haknya untuk membalas pemimpin itu. Begitu pula jika seorang pemimpin di antara kamu sekalian menghina seseorang di hadapan umum, maka kepada orang itu harus diberikan haknya untuk membalas hal yang setimpal."
Selesai khalifah berkhotbah, tiba-tiba lelaki asing tadi bangkit seraya berkata; "Ya Amiirul Muminin, saya datang dari Mesir dengan menembus padang pasir yang luas dan tandus, serta menuruni lembah yang curam. Semua ini hanya dengan satu tujuan, yakni ingin bertemu dengan Tuan.""Katakanlah apa tujuanmu bertemu denganku," ujar Umar. "Saya telah dihina di hadapan orang banyak oleh Amr bin Ash, gubernur Mesir. Dan sekarang saya akan menuntutnya dengan hukum yang sama.""Ya saudaraku, benarkah apa yang telah engkau katakan itu?" tanya khalifah Umar ragu-ragu."Ya Amiirul Muminin, benar adanya." "Baiklah, kepadamu aku berikan hak yang sama untuk menuntut balas. Tetapi, engkau harus mengajukan empat orang saksi, dan kepada Amr aku berikan dua orang pembela. Jika tidak ada yang membela gubernur, maka kau dapat melaksanakan balasan dengan memukulnya 40 kali.""Baik ya Amiirul Muminin. Akan saya laksanakan semua itu," jawab orang itu seraya berlalu. Ia langsung kembali ke Mesir untuk menemui gubernur Mesir Amr bin Ash.
Ketika sampai ia langsung mengutarakan maksud dan keperluannya. "Ya Amr, sesungguhnya seorang pemimpin diangkat oleh rakyat, dari rakyat, dan untuk rakyat. Dia diangkat bukan untuk golongannya, bukan untuk bertindak sewenang-wenang terhadap rakyatnya, dan bukan pula untuk menindas yang lemah dan mengambil hak yang bukan miliknya. Khalifar Umar telah memberi izin kepada saya untuk memperoleh hak saya di muka umum.""Apakah kamu akan menuntut gubernur?" tanya salah seorang yang hadir. "Ya, demi kebenaran akan saya tuntut dia," jawab lelaki itu tegas. "Tetapi, dia kan gubernur kita?" "Seandainya yang menghina itu Amiirul Muminin, saya juga akan menuntutnya." "Ya, saudara-saudaraku. Demi Allah, aku minta kepada kalian yang mendengar dan melihat kejadian itu agar berdiri."Maka banyaklah yang berdiri. "Apakah kamu akan memukul gubernur?" tanya mereka."Ya, demi Allah saya akan memukul dia sebanyak 40 kali.""Tukar saja dengan uang sebagai pengganti pukulan itu.""Tidak, walaupun seluruh masjid ini berisi perhiasan aku tidak akan melepaskan hak itu," jawabnya . "Baiklah, mungkin engkau lebih suka demi kebaikan nama gubernur kita, di antara kami mau jadi penggantinya," bujuk mereka "Saya tidak suka pengganti.""Kau memang keras kepala, tidak mendengar dan tidak suka usulan kami sedikit pun.""Demi Allah, umat Islam tidak akan maju bila terus begini. Mereka membela pemimpinnya yang salah dengan gigih karena khawatir akan dihukum," ujarnya seraya meninggalkan tempat.
Amr binAsh serta merta menyuruh anak buahnya untuk memanggil orang itu. Ia menyadari hukuman Allah di akhirat tetap akan menimpanya walaupun ia selamat di dunia. "Ini rotan, ambillah! Laksanakanlah hakmu," kata gubernur Amr bin Ash sambil membungkukkan badannya siap menerima hukuman balasan."Apakah dengan kedudukanmu sekarang ini engkau merasa mampu untuk menghindari hukuman ini?" tanya lelaki itu."Tidak, jalankan saja keinginanmu itu," jawab gubernur."Tidak, sekarang aku memaafkanmu," kata lelaki itu seraya memeluk gubernur Mesir itu sebagai tanda persaudaraan. Dan rotan pun ia lemparkan.
           Umar wafat pada tahun 23 Hijriah atau 644 Masehi. Saat salat subuh, seorang asal Parsi Firuz menikamnya dan mengamuk di masjid dengan pisau beracun. Enam orang lainnya tewas, sebelum Firus sendiri juga tewas. Banyak dugaan mengenai alasan pembunuhan tersebut. Yang pasti,ini adalah pembunuhan pertama seorang muslim oleh muslim lainnya. Umar bukan saja seorang yang sederhana, tapi juga seorang yang berani berijtihad. Yakni melakukan hal-hal yang tak dilakukan Rasul. Untuk pemerintah, ia membentuk departemen-departemen.Ia tidak lagi membagikan harta pampas an perang buat pasukannya, melainkan menetapkan gaji buat mereka. Umar memulai penanggalan Hijriah, dan melanjutkan pengumpulan catatan ayat Quran yang dirintis Abu Bakar. Ia juga memerintahkan salat tarawih berjamaah. 

3. SAHID BIN WALID (SANG PEMIMPIN PERANG)
                     " ORANG seperti dia, tidak dapat tanpa diketahui dibiarkan begitu saja. Dia harus diincar sebagai calon pemimpin Islam. Jika dia menggabungkan diri dengan kaum Muslimin dalam peperangan melawan orang-orang kafir, kita harus mengangkatnya kedalam golongan pemimpin" demikian keterangan Nabi ketika berbicara tentang Khalid sebelum calon pahlawan ini masuk Islam. Khalid dilahirkan kira-kira 17 tahun sebelum masa pembangunan Islam. Dia anggota suku Bani Makhzum, suatu cabang dari suku Quraisy. Ayahnya bernama Walid dan ibunya Lababah. Khalid termasuk di antara keluarga Nabi yang sangat dekat. Maimunah, bibi dari Khalid, adalah isteri Nabi. Dengan Umar sendiri pun Khalid ada hubungan keluarga, yakni saudara sepupunya. Suatu hari pada masa kanak-kanaknya kedua saudara sepupu ini main adu gulat. Khalid dapat mematahkan kaki Umar. Untunglah dengan melalui suatu perawatan kaki Umar dapat diluruskan kembali dengan baik.
Ayah Khalid yang bernama Walid, adalah salah seorang pemimpin yang paling berkuasa di antara orang-orang Quraisy. Dia sangat kaya. Dia menghormati Kabah dengan perasaan yang sangat mendalam. Sekali dua tahun dialah yang menyediakan kain penutup Kabah. Pada masa ibadah Haji dia memberi makan dengan cuma-cuma bagi semua orang yang datang berkumpul di Mina.  Ketika orang Quraisy memperbaiki Kabah tidak seorang pun yang berani meruntuhkan dinding-dindingnya yang tua itu. Semua orang takut kalau-kalau jatuh dan mati. Melihat suasana begini Walid maju ke depan dengan bersenjatakan sekop sambil berteriak, "Oh, Tuhan jangan marah kepada kami. Kami berniat baik terhadap rumahMu". Nabi mengharap-harap dengan sepenuh hati, agar Walid masuk Islam. Harapan ini timbul karena Walid seorang kesatria yang berani di mata rakyat. Karena itu dia dikagumi dan dihormati oleh orang banyak. Jika dia telah masuk Islam ratusan orang akan mengikutinya.
Dalam hati kecilnya Walid merasa, bahwa Al Qur-an itu adalah kalimat-kalimat Allah. Dia pernah mengatakan secara jujur dan terang-terangan, bahwa dia tidak bisa berpisah dari keindahan dan kekuatan ayat-ayat suci itu. Ucapan yang terus terang ini memberikan harapan bagi Nabi, bahwa Walid akan segera masuk Islam. Tetapi impian dan harapan ini tak pernah menjadi kenyataan. Kebanggaan atas diri sendiri membendung bisikan-bisikan hati nuraninya. Dia takut kehilangan kedudukannya sebagai pemimpin bangsa Quraisy. Kesangsian ini menghalanginya untuk menurutkan rayuan-rayuan hati nuraninya. Sayang sekali orang yang begini baik, akhirnya mati sebagai orang yang bukan Islam.Suku Bani Makhzum mempunyai tugas-tugas penting. Jika terjadi peperangan, Bani Muhzum lah yang mengurus gudang senjata dan gudang tenaga tempur. Suku inilah yang mengumpulkan kuda dan senjata bagi prajurit-prajurit. Tidak ada cabang suku Quraisy lain yang bisa lebih dibanggakan seperti Bani Makhzum. Ketika diadakan kepungan maut terhadap orang-orang Islam di lembah Abu Thalib, orang-orang Bani Makhzum lah yang pertama kali mengangkat suaranya menentang pengepungan itu.
Latihan Pertama
Kita tidak banyak mengetahui mengenai Khalid pada masa kanak-kanaknya. Tetapi satu hal kita tahu dengan pasti, ayah Khalid orang berada. Dia mempunyai kebun buah-buahan yang membentang dari kota Mekah sampai ke Thaif. Kekayaan ayahnya ini membuat Khalid bebas dari kewajiban-kewajibannya. Dia lebih leluasa dan tidak usah belajar berdagang. Dia tidak usah bekerja untuk menambah pencaharian orang tuanya. Kehidupan tanpa suatu ikatan memberi kesempatan kepada Khalid mengikuti kegemarannya. Kegemarannya ialah adu tinju dan berkelahi. Saat itu pekerjaan dalam seni peperangan dianggap sebagai tanda seorang Satria. Panglima perang berarti pemimpin besar. Kepahlawanan adalah satu hal terhormat di mata rakyat. Ayah Khalid dan beberapa orang pamannya adalah orang-orang yang terpandang di mata rakyat. Hal ini memberikan dorongan keras kepada Khalid untuk mendapatkan kedudukan terhormat, seperti ayah dan paman-pamanya. Satu-satunya permintaan Khalid ialah agar menjadi orang yang dapat mengatasi teman-temannya di dalam hal adu tenaga. Sebab itulah dia menceburkan dirinya kedalam seni peperangan dan seni bela diri. Malah mempelajari keahlian mengendarai kuda, memainkan pedang dan memanah.
Dia juga mencurahkan perhatiannya ke dalam hal memimpin angkatan perang. Bakat-bakatnya yang asli, ditambah dengan latihan yang keras, telah membina Khalid menjadi seorang yang luar biasa. Kemahiran dan keberaniannya mengagumkan setiap orang. Pandangan yang ditunjukkannya mengenai taktik perang menakjubkan setiap orang. Dengan gamblang orang dapat melihat, bahwa dia akan menjadi ahli dalam seni kemiliteran. Dari masa kanak-kanaknya dia memberikan harapan untuk menjadi ahli militer yang luar biasa senialnya.
Menentang Islam
Pada masa kanak-kanaknya Khalid telah kelihatan menonjol diantara teman-temannya. Dia telah sanggup merebut tempat istimewa dalam hati rakyat. Lama kelamaan Khalid menanjak menjadi pemimpin suku Quraisy. Pada waktu itu orang-orang Quraisy sedang memusuhi Islam. Mereka sangat anti dan memusuhi agama Islam dan penganut-penganut Islam. Kepercayaan baru itu menjadi bahaya bagi kepercayaan dan adat istiadat orang-orang Quraisy. Orang-orang Quraisy sangat mencintai adat kebiasaannya. Sebab itu mereka mengangkat senjata untuk menggempur orang-orang Islam. Tunas Islam harus dihancurkan sebelum tumbuh berurat berakar. Khalid sebagai pemuda Quraisy yang berani dan bersemangat berdiri digaris paling depan dalam penggempuran terhadap kepercayaan baru ini. Hal ini sudah wajar dan seirama dengan kehendak alam.
Sejak kecil pemuda Khalid bertekad menjadi pahlawan Quraisy. Kesempatan ini diperolehnya dalam pertentangan-pertentangan dengan orang-orang Islam. Untuk membuktikan bakat dan kecakapannya ini, dia harus menonjolkan dirinya dalam segala pertempuran. Dia harus memperlihatkan kepada sukunya kwalitasnya sebagai pekelahi.
Peristiwa Uhud
Kekalahan kaum Quraisy di dalam perang Badar membuat mereka jadi kegila-gilaan, karena penyesalan dan panas hati. Mereka merasa terhina. Rasa sombong dan kebanggaan mereka sebagai suku Quraisy telah meluncur masuk lumpur kehinaan Arang telah tercoreng di muka orang-orang Quraisy. Mereka seolah-olah tidak bisa lagi mengangkat dirinya dari lumpur kehinaan ini. Dengan segera mereka membuat persiapan-persiapan untuk membalas pengalaman pahit yang terjadi di Badar.Sebagai pemuda Quraisy, Khalid bin Walid pun ikut merasakan pahit getirnya kekalahan itu. Sebab itu dia ingin membalas dendam sukunya dalam peperangan Uhud. Khalid dengan pasukannya bergerak ke Uhud dengan satu tekad menang atau mati. Orang-orang Islam dalam pertempuran Uhud ini mengambil posisi dengan membelakangi bukit Uhud.
Sungguhpun kedudukan pertahanan baik, masih terdapat suatu kekhawatiran. Di bukit Uhud masih ada suatu tanah genting, di mana tentara Quraisy dapat menyerbu masuk pertahanan Islam. Untuk menjaga tanah genting ini, Nabi menempatkan 50 orang pemanah terbaik. Nabi memerintahkan kepada mereka agar bertahan mati-matian. Dalam keadaan bagaimana jua pun jangan sampai meninggalkan pos masing-masing.Khalid bin Walid memimpin sayap kanan tentara Quraisy empat kali lebih besar jumlahnya dari pasukan Islam. Tetapi mereka jadi ragu-ragu mengingat kekalahan-kekalahan yang telah mereka alami di Badar. Karena kekalahan ini hati mereka menjadi kecil menghadapi keberanian orang-orang Islam.
Sungguh pun begitu pasukan-pasukan Quraisy memulai pertempuran dengan baik. Tetapi setelah orang-orang Islam mulai mendobrak pertahanan mereka, mereka telah gagal untuk mempertahankan tanah yang mereka injak.Kekuatannya menjadi terpecah-pecah. Mereka lari cerai-berai. Peristiwa Badar berulang kembali di Uhud. Saat-saat kritis sedang mengancam orang-orang Quraisy. Tetapi Khalid bin Walid tidak goncang dan sarafnya tetap membaja. Dia mengumpulkan kembali anak buahnya dan mencari kesempatan baik guna melakukan pukulan yang menentukan.Melihat orang-orang Quraisy cerai-berai, pemanah-pemanah yang bertugas ditanah genting tidak tahan hati. Pasukan Islam tertarik oleh harta perang, harta yang ada pada mayat-mayat orang-orang Quraisy. Tanpa pikir panjang akan akibatnya, sebagian besar pemanah-pemanah, penjaga tanah genting meninggalkan posnya dan menyerbu kelapangan.
Pertahanan tanah genting menjadi kosong. Khalid bin Walid dengan segera melihat kesempatan baik ini. Dia menyerbu ketanah genting dan mendesak masuk. Beberapa orang pemanah yang masih tinggal dikeroyok bersama-sama. Tanah genting dikuasai oleh pasukan Khalid dan mereka menjadi leluasa untuk menggempur pasukan Islam dari belakang.Dengan kecepatan yang tak ada taranya Khalid masuk dari garis belakang dan menggempur orang Islam di pusat pertahanannya. Melihat Khalid telah masuk melalui tanah genting, orang-orang Quraisy yang telah lari cerai-berai berkumpul kembali dan mengikuti jejak Khalid menyerbu dari belakang. Pemenang-pemenang antara beberapa menit yang lalu, sekarang telah terkepung lagi dari segenap penjuru, dan situasi mereka menjadi gawat.Khalid bin Walid telah merobah kemenangan orang Islam di Uhud menjadi suatu kehancuran. Mestinya orang-orang Quraisylah yang kalah dan cerai-berai. Tetapi karena gemilangnya Khalid sebagai ahli siasat perang, kekalahan-kekalahan telah disunglapnya menjadi satu kemenangan. Dia menemukan lobang-lobang kelemahan pertahanan orang Islam.
Hanya pahlawan Khalid lah yang dapat mencari saat-saat kelemahan lawannya. Dan dia pula yang sanggup menarik kembali tentara yang telah cerai-berai dan memaksanya untuk bertempur lagi. Seni perangnya yang luar biasa inilah yang mengungkap kekalahan Uhud menjadi suatu kemenangan bagi orang Quraisy.Ketika Khalid bin Walid memeluk Islam Rasulullah shallallaahu alaihi wasallam sangat bahagia, karena Khalid mempunyai kemampuan berperang yang dapat digunakan untuk membela Islam dan meninggikan kalimatullah dengan perjuangan jihad. Dalam banyak kesempatan peperangan Islam Khalid bin Walid diangkat menjadi komandan perang dan menunjukan hasil gemilang atas segala upaya jihadnya.Betapapun hebatnya Khalid bin Walid di dalam medan pertempuran, dengan berbagai luka yang menyayat badannya, namun ternyata kematianya di atas ranjang. Betapa menyesalnya Khalid harapan untuk mati sahid di medan perang ternyata tidak tercapai dan Allah menghendakinya mati di atas tempat tidur, sesudah perjuangan membela Islam yang luar biasa itu. Demikianlah kekuasaan Allah. Manusia berasal dari Allah dan akan kembali kepada-Nya sesuai dengan kemaua-Nya. (unair) 
 4. ASMA BINTI YAZID BIN SAKAN (AHLI PIDATO KAUM WANITA)
             Kuniyah (panggilan) nya adalah Ummi Amiral-Ausiyah al Asyhaliyah. Ia putri paman Mu’adz bin Jabal. Dia telah berbai’at kepada Rasulullah Saw. Asma binti Yazid bin Sakan bertanya banyak masalah kepada Rasulullah Saw dan menyampaikan pertanyaan dengan detail dalam masalah fiqih. Dialah yang pernah bertanya kepada beliau, ”Apakah wanita terzhihar karena haidh?” Asma binti  Yazid adalah seorang  ahli pidato yang ulung yang datang kepada Rasulullah Saw berkenaan dengan tawanan wanita ujarnya, ”Wahai Rasulullah, seorang utusan datang setelah aku dari kalangan kaum wanita beriman yang semuanya berkata sesuai perkataanku dan mereka sependapat denganku, bahwa Allah Ta’ala telah mengutus engkau untuk kaum pria dan wanita, lalu kami beriman dan mengikuti agama engkau. Namun kami sebagai kaum wanita terbatas langkahnya, tinggal di rumah, mengurus suami dan melahirkan anak-anak mereka, sementara kaum pria diberi kelebihan dengan berkumpul, menghadiri jenazah dan berjihad. Manakala mereka keluar untuk jihad, kami pelihara harta mereka, kami didik anak-anaknya, kami juga ingin mendapat pahala seperti yang mereka dapatkan itu.” Rasulullah Saw bersabda kepada para sahabatnya, ”Sudikah kalian mendengar ucapan wanita yang menyampaikan pertanyaan paling baik tentang agamanya selain dari dia?”
Para sahabat menjawab, ”Ya, kami mendengarnya wahai Rasulullah!”
Maka Rasulullah Saw menanggapi ucapan Asma sebagai berikut, ”Wahai Asma, pergilah dan sampaikanlah kepada teman dan saudar-saudaramu dari kalangan wanita bahwa berbakti kepada suami dan berusaha meraih redhanya serta mematuhinya, pahalanya sebanding dengan pahala yang didapat kaum pria yang engkau sebutkan itu.” (HR. Hakim)

           Asma binti Yazid pernah menjadi pelayan Rasulullah Saw. Ujarnya,”Sungguh, aku telah memegang tali unta Rasulullah saat turun kepadanya Surat Al-Maidah seluruhnya. Karena turunnya surat tersebut nyaris memecahkan leher unta beliau. Dan Asma juga bercerita,”Sekali waktu Rasulullah Saw menjumpai aku bersama sekelompok kaum wanita. Lalu beliau mengucap salam dan kami menjawabnya.  Dan Aku telah ikut dalam banyak peperangan untuk mengobati tentara yang terluka terutama pada perang Yarmuk.”
Semoga Allah meredhai Sayidatina Asma binti Yazid.
5. KISAH KETABAHAN DAN KETAATAN URWAH BIN AZ-ZUBAIR (SANG SAHABAT  RASULULLAH )
Baru saja matahari sore itu memancarkan sinarnya di Baitul Haram dan mempersilahkan jiwa-jiwa yang bening untuk mengunjungi buminya yang suci tatkala sisa-sisa para sahabat Rasulullah SAW dan para pembesar tabiin mulai berthawaf di sekeliling Kabah, mengharumkan suasana dengan pekikan tahlil dan takbir dan memenuhi hamparan dengan doa-doa kebaikan.Dan tatkala orang-orang membuat lingkaran per-kelompok di sekitar Kabah nan agung, yang berdiri kokoh di tengah Baitul Haram dalam kondisi yang berwibawa dan agung. Mereka memenuhi pandangan dengan keindahannya yang memikat, dan memoderator pembicaraan-pembicaraan di antara mereka tanpa keisengan dan perkataan dosa.
Di dekat Rukun Yamani, duduklah empat orang pemuda yang masih remaja dan terhormat nasabnya serta berbaju harum seakan-akan mereka bagaikan merpati-merpati masjid, berbaju mengkilat dan membuat hati jinak karenanya. Mereka itu adalah Abdullah bin az-Zubair, saudaranya; Musab bin az-Zubair, saudara mereka berdua; Urwah bin az-Zubair dan Abdul Malik bin Marwan. Terjadi perbincangan ringan dan sejuk di antara anak-anak muda ini, lalu tidak lama kemudian salah seorang di antara mereka berkata, "Hendaklah masing-masing dari kita memohon kepada Allah apa yang hendak dia cita-citakan." Maka khayalan mereka terbang ke alam ghaib nan luas, angan-angan mereka berputar-putar di taman-taman harapan nan hijau, kemudian Abdullah bin az-Zubair berkata,"Cita-citaku, aku ingin menguasai Hijaz dan memegang khalifah."Saudaranya, Musab berkata, "Kalau aku, aku ingin menguasai dua Irak (Kufah dan Bashrah) sehingga tidak ada orang yang menyaingiku." Sedangkan Abdul Malik bin Marwan berkata, "Jika anda berdua hanya puas dengan hal itu saja, maka aku tidak akan puas kecuali menguasai dunia semuanya dan aku ingin memegang kekhalifahan setelah Muawiyah bin Abi Sufyan."
Sementara Urwah bin az-Zubair terdiam dan tidak berbicara satu kalimat pun, maka saudara-saudaranya tersebut menoleh ke arahnya dan berkata."Apa yang kamu cita-citakan wahai Urwah?" Dia menjawab, "Mudah-mudahan Allah memberkati kalian semua terhadap apa yang kalian cita-citakan dalam urusan dunia kalian. Sedangkan aku hanya bercita-cita ingin menjadi seorang alim yang Amil (Mengamalkan ilmunya), orang-orang belajar Kitab Rabb, Sunnah Nabi dan hukum-hukum agama mereka kepadaku dan aku mendapatkan keberuntungan di akhirat dengan ridla Allah dan mendapatkan surga-Nya."Kemudian waktu pun berjalan begitu cepat, sehingga memang kemudian Abdullah bin az-Zubair dibaiat menjadi Khalifah setelah kematian Yazid bin Muawiyah (Khalifah ke dua dari khilafah Bani Umayyah), dan dia pun menguasai kawasan Hijaz, Mesir, Yaman, Khurasan dan Iraq. Kemudian dia dibunuh di sisi Kabah tidak jauh dari tempat dimana dia pernah bercita-cita tentang hal itu.
Dan ternyata Musab bin Az-Zubair pun menguasai pemerintahan Iraq sepeninggal saudaranya, Abdullah namun dia juga dibunuh di dalam mempertahankan kekuasaannya tersebut. Demikian pula, Abdul Malik bin Marwan memangku jabatan Khalifah setelah ayahnya wafat, dan di tangannya kaum Muslim bersatu setelah pembunuhan terhadap Abdullah bin az-Zubair dan saudaranya, Musab di tangan pasukan-pasukannya. Kemudian dia menjadi penguasa terbesar di dunia pada zamannya. Lalu bagaimana dengan Urwah bin Az-Zubair? Mari kita mulai kisahnya dari pertama.
Urwah bin az-Zubair dilahirkan setahun sebelum berakhirnya kekhalifahan Umar al-Faruq, di dalam keluarga paling terpandang dan terhormat kedudukannya dari sekian banyak keluarga-keluarga kaum muslimin.
Ayahnya adalah az-Zubair bin al-Awwam, sahabat dekat dan pendukung Rasulullah SAW, orang pertama yang menghunus pedang di dalam Islam dan salah satu dari sepuluh orang yang dijanjikan masuk surga.
Ibunya bernama Asma` binti Abu Bakar yang bergelar berjuluk "Dzatun Nithaqain" (Pemilik dua ikat pinggang. Hal ini karena dia merobek ikat pinggangnya menjadi dua pada saat hijrah, salah satunya dia gunakan untuk mengikat bekal Rasulullah SAW dan yang satu lagi dia gunakan untuk mengikat bekal makanannya).
Kakeknya pancar (dari pihak) ibunya tidak lain adalah Abu Bakar ash-Shiddiq, Khalifah Rasulullah SAW dan sahabatnya ketika berada di dalam goa (Tsur). Neneknya pancar (dari pihak) ayahnya bernama Shafiyyah binti Abdul Muththalib bibi Rasulullah SAW sedangkan bibinya adalah Ummul Mukminin Aisyah RA. Pada saat jenazah Aisyah dikubur, Urwah sendiri yang turun ke kuburnya dan meratakan liang lahadnya dengan kedua tangannya.
Apakah anda mengira bahwa setelah kedudukan ini, ada kedudukan lain dan bahwa di atas kemuliaan ini, ada kemuliaan lain selain kemuliaan iman dan kewibawaan Islam?
Untuk merealisasikan cita-cita yang telah diharapkannya perkenaan Allah atasnya saat di sisi Kabah itu, dia tekun di dalam mencari ilmu dan memfokuskan diri untuknya serta menggunakan kesempatan untuk menimba ilmu dari sisa-sisa para sahabat Rasulullah SAW yang masih hidup.
Dia rajin mendatangi rumah-rumah mereka, shalat di belakang mereka dan mengikuti pengajian-pengajian mereka, sehingga dia berhasil mentrasfer riwayat dari Ali bin Abi Thalib, Abdurrahman bin Auf, Zaid bin Tsabit, Abu Ayyub al-Anshari, Usamah bin Zaid, Said bin Zaid, Abu Hurairah, Abdullah bin Abbas dan an-Numan bin Basyir. Dia banyak sekali mentransfer riwayat dari bibinya, Aisyah Ummul Mukminin sehingga dia menjadi salah satu dari tujuh Ahli fiqih Madinah (al-Fuqahâ` as-Sabah) yang menjadi rujukan kaum muslimin di dalam mempelajari agama mereka.
Para pejabat yang shaleh meminta bantuan mereka di dalam mengemban tugas yang dilimpahkan Allah kepada mereka terhadap urusan umat dan negara.
Di antara contohnya adalah tindakan Umar bin Abdul Aziz ketika datang ke Madinah sebagai gubernurnya atas mandat dari al-Walid bin Abdul Malik. Orang-orang datang kepadanya untuk menyampaikan salam.
Ketika selesai melaksanakan shalat dhuhur, dia memanggil sepuluh Ahli fiqih Madinah yang diketuai oleh Urwah bin Az-Zubair. Ketika mereka sudah berada di sisinya, dia menyambut mereka dengan sambutan hangat dan memuliakan tempat duduk mereka. Kemudian dia memuji Allah Azza wa Jalla dan menyanjung-Nya dengan sanjungan yang pantas bagi-Nya, lalu berkata,
"Sesungguhnya aku memanggil kalian semua untuk sesuatu yang kiranya kalian semua diganjar pahala karenanya dan menjadi pendukung-pendukungku dalam berjalan di atas kebenaran. Aku tidak ingin memutuskan sesuatu tanpa pendapat kalian semua, atau pendapat orang yang hadir dari kalian-kalian semua. Jika kalian semua melihat seseorang menyakit orang lain, atau mendengar suatu kedzaliman dilakukan oleh pegawaiku, maka demi Allah, aku meminta agar kalian melaporkannya kepadaku."
Maka Urwah bin az-Zubair mendoakan kebaikan baginya dan memohon kepada Allah agar menganugerahinya ketepatan (dalam bertindak dan berbicara) dan mendapatkan petunjuk.
Urwah bin az-Zubair benar-benar menyatukan ilmu dan amal. Dia banyak berpuasa di kala hari demikian teriknya dan banyak shalat malam di kala malam gelap gulit, selalu membasahkan lisannya dengan dzikir kepada Allah Taala.
Selain itu, dia selalu menyertai Kitab Allah Azza wa Jalla dan tekun membacanya. Setiap harinya, dia membaca seperempat al-Quran dengan melihat ke Mushafnya.
Kemudian dia membacanya di dalam shalat malam hari dengan hafalan.
Dia tidak pernah meninggalkan kebiasaannya itu semenjak menginjak remaja hingga wafatnya, kecuali satu kali disebabkan adanya musibah yang menimpanya. Mengenai apa musibah itu, akan dihadirkan kepada pembaca nanti.
Sungguh Urwah bin az-Zubair mendapatkan kedamaian hati, kesejukan mata dan surga dunia di dalam shalatnya, karenanya, dia melakukannya dengan sebaik-baiknya, melengkapi syarat rukunnya dengan sempurna dan berlama-lama di dalamnya.
Diriwayatkan tentangnya bahwa dia pernah melihat seorang yang sedang melakukan shalat dengan ringan (cepat), maka ketika orang itu telah selesai shalat, dia memanggilnya dan berkata kepadanya, "Wahai anak saudaraku, Apakah anda tidak mempunyai keperluan kepada Tuhanmu Azza wa Jalla?! Demi Allah sesungguhnya aku memohon kepada Allah di dalam shalatku segala sesuatu bahkan garam."
Urwah bin Az-Zubair adalah juga seorang dermawan, pemaaf dan pemurah. Di antara contoh kedermawanannya, bahwa dia mempunyai sebuah kebun yang paling luas di seantero Madinah. Airnya nikmat, pohon-pohonnya rindang dan kurma-kurmanya tinggi. Dia memagari kebunnya selama setahun untuk menjaga agar pohon-pohonnya terhindar dari gangguan binatang dan keusilan anak-anak. Dan, jika sudah datang waktu panen, buah-buahnya siap dipetik dan siap dimakan, dia menghancurkan kembali pagar kebunnya tersebut di banyak arah supaya orang-orang mudah untuk memasukinya.
Maka mereka pun memasukinya, datang dan kembali untuk memakan buah-buahnya dan membawanya pulang dengan sesuka hati. Dan setiap kali dia memasuki kebunnya ini, dia mengulang-ulang firman Allah, "Dan mengapa kamu tidak mengucapkan tatkala kamu memasuki kebunmu " MASYA ALLAH, LAA QUWWATA ILLA BILLAH" (Sungguh atas kehendak Allah semua ini terwujud, tiada kekuatan kecuali dengan pertolongan Allah)" (Q.,s.al-Kahfi:39)
Dan pada suatu tahun dari kekhilafahan al-Walid bin Abdul Malik (khalifah ke enam dari khalifah-khalifah Bani Umayyah, dan pada zamannya kekuasaan Islam mencapai puncaknya), Allah Azza wa Jalla berkehendak untuk menguji Urwah bin az-Zubair dengan ujian yang berat, yang tidak akan ada orang yang mampu bertahan menghadapinya kecuali orang yang hatinya penuh dengan keimanan dan keyakinan.
Khalifah kaum muslimin mengundang Urwah bin az-Zubair supaya mengunjunginya di Damaskus, lalu Urwah memenuhi undangan tersebut dan membawa serta putra tertuanya.
Dan ketika sudah datang, Khalifah menyambutnya dengan sambutan yang hangat dan memuliakannya dengan penuh keagungan. Namun saat di sana, Allah SWT berkehendak lain, tatkala putra Urwah memasuki kandang kuda al-Walid untuk bermain-main dengan kuda-kudanya yang tangkas, lalu salah satu dari kuda itu menendangnya dengan keras hingga dia meninggal seketika.
Belum lama sang ayah yang bersedih menguburkan putranya, salah satu kakinya terkena tumor ganas (semacam kusta) yang dapat menjalar ke seluruh tubuh. Betisnya membengkak dan tumor itu dengan sangat cepat berkembang dan menjalar.
Karena itu, Khalifah memanggil para dokter dari segala penjuru untuk tamunya dan meminta mereka untuk mengobatinya dengan segala cara. Akan tetapi, para dokter sepakat bahwa tidak ada jalan lain untuk mengatasinya selain memotong betis Urwah, sebelum tumor itu menjalar ke seluruh tubuhnya dan merenggut nyawanya. Maka, tidak ada alasan lagi untuk tidak menerima kenyataan itu.
Ketika dokter bedah datang untuk memotong betis Urwah dan membawa peralatannya untuk membelah daging serta gergaji untuk memotong tulang, dia berkata kepada Urwah,
"Menurutku anda harus meminum sesuatu yang memabukkan supaya anda tidak merasa sakit ketika kaki anda dipotong."
Maka Urwah berkata,
"O..tidak, itu tidak mungkin! Aku tidak akan menggunakan sesuatu yang haram terhadap kesembuhan yang aku harapkan."
Maka dokter itu berkata lagi,
"Kalau begitu aku akan membius anda."
Urwah berkata,
"Aku tidak ingin, kalau ada satu dari anggota badanku yang diambil sedangkan aku tidak merasakan sakitnya. Aku hanya mengharap pahala di sisi Allah atas hal ini."
Ketika dokter bedah itu mulai memotong betis, datanglah beberapa orang tokoh kepada Urwah, maka Urwah pun berkata,
"Untuk apa mereka datang?."
Ada yang menjawab,
"Mereka didatangkan untuk memegang anda, barangkali anda merasakan sakit yang amat sangat, lalu anda menarik kaki anda dan akhirnya membahayakan anda sendiri."
Lalu Urwah berkata,
"Suruh mereka kembali. Aku tidak membutuhkan mereka dan berharap kalian merasa cukup dengan dzikir dan tasbih yang aku ucapkan."
Kemudian dokter mendekatinya dan memotong dagingnya dengan alat bedah, dan ketika sampai kepada tulang, dia meletakkan gergaji padanya dan mulai menggergajinya, sementara Urwah membaca, "Lâ ilâha illallâh, wallâhu Akbar."
Dokter terus menggergaji, sedangkan Urwah tak henti bertahlil dan bertakbir hingga akhirnya kaki itu buntung.
Kemudian dipanaskanlah minyak di dalam bejana besi, lalu kaki Urwah dicelupkan ke dalamnya untuk menghentikan darah yang keluar dan menutup luka. Ketika itulah, Urwah pingsan sekian lama yang menghalanginya untuk membaca jatah membaca Kitab Allah pada hari itu. Dan itu adalah satu-satunya kebaikan (bacaan al-Quran) yang terlewati olehnya semenjak dia menginjak remaja. Dan ketika siuman, Urwah meminta potongan kakinya lalu mengelus-elus dengan tangannya dan menimang-nimangnya seraya berkata,
"Sungguh, Demi Dzat Yang Mendorongku untuk mengajakmu berjalan di tengah malam menuju masjid, Dia Maha mengetahui bahwa aku tidak pernah sekalipun membawamu berjalan kepada hal yang haram."
Kemudian dia mengucapkan bait-bait syair karya Man bin Aus, Demi Engkau, aku tidak pernah menginjakkan telapak tanganku pada sesuatu yang meragukan
Kakiku tidak pernah mengajakku untuk melakukan kekejian
Telinga dan mataku tidak pernah menggiringku kepadanya
Pendapatku dan akalku tidak pernah menunjuk kepadanya
Ketahuilah, sesungguhnya tidaklah musibah menimpaku sepanjang masa melainkan ia telah menimpa orang sebelumku
Al-Walid bin Abdul Malik benar-benar merasa sedih terhadap musibah yang menimpa tamu agungnya. Dia kehilangan putranya, lalu dalam beberapa hari kehilangan kakinya pula, maka al-Walid tidak bosan-bosan menjenguknya dan mensugestinya untuk bersabar terhadap musibah yang dialaminya.
Kebetulan ketika itu, ada sekelompok orang dari Bani Abs singgah di kediaman Khalifah, di antara mereka ada seorang buta, lalu al-Walid bertanya kepadanya perihal sebab kebutaannya, lalu orang itu mejawab,
"Wahai Amirul mukminin, di dalam komunitas Bani Abs tidak ada orang yang harta, keluarga dan anaknya lebih banyak dariku. Lalu aku bersama harta dan keluargaku singgah di pedalaman suatu lembah dari lembah-lembah tempat tinggal kaumku, lalu terjadi banjir besar yang belum pernah aku saksikan sebelumnya. Banjir itu menghanyutkan semua yang aku miliki; harta, keluarga dana anak. Yang tersisa hanyalah seekor onta dan bayi yang baru lahir. Sedangkan onta yang tersisa itu adalah onta yang binal sehingga lepas.
Akibatnya, aku meninggalkan sang bayi tidur di atas tanah untuk mengejar onta tersebut. Belum begitu jauh aku meninggalkan tempat ku hingga tiba-tiba aku mendengar jeritan bayi tersebut. Aku menoleh namun ternyata kepalanya telah berada di mulut serigala yang sedang menyantapnya. Aku segera menyongsongnya namun sayang aku tidak bisa menyelamatkannya, karena srigala telah membunuhnya. Lalu aku mengejar onta dan ketika aku berada di dekatnya, ia menendangku dengan kakinya. Tendangan itu mengenai wajahku, sehingga keningku robek dan mataku buta. Begitulah aku mendapatkan diriku di dalam satu malam telah menjadi orang yang tanpa keluarga, anak, harta dan mata."
Maka al-Walid berkata kepada pengawalnya,
"Ajaklah orang ini menemui tamu kita Urwah bin az-Zubair. Mintalah dia mengisahkan ceritanya supaya Urwah mengetahui bahwa ternyata masih ada orang yang mengalami cobaan yang lebih berat darinya."
Ketika Urwah diangkut ke Madinah dan dipertemukan dengan keluarganya, dia mendahului mereka dengan ucapan,
"Jangan kalian merasa ngeri terhadap apa yang kalian lihat. Allah Azza wa Jalla telah menganugerahuiku empat orang anak, lalu mengambil satu di antara mereka dan masih menyisakan tiga orang lagi. Segala puji hanya untuk-Nya. Dan Dia memberiku empat anggota badan, kemudian Dia mengambil satu darinya dan menyisakan tiga untukku, maka segala puji bagi-Nya. Dia juga telah memberiku empat buah yang memiliki ujung (kedua tangan dan kedua kaki-red.,), lalu Dia mengambilnya satu dan menyisakan tiga buah lagi untukku. Dan demi Allah, Jika pun Dia telah mengambil sedikit dariku namun telah menyisakan banyak untukku. Dan jika pun Dia mengujiku satu kali namun Dia telah mengaruniaiku kesehatan berkali-kali."
Ketika penduduk Madinah mengetahui kedatangan imam dan orang alim mereka, Urwah bin az-Zubair, mereka berbondong-bondong datang ke rumahnya untuk menghibur dan menjenguknya. Di antara untaian kata taziah yang paling berkesan adalah perkataan Ibrahim bin Muhammad bin Thalhah kepadanya,
"Bergembiralah wahai Abu Abdillah! salah satu anggota badan dan anakmu telah mendahuluimu menuju surga dan yang keseluruhannya akan mengikuti yang sebagiannya itu, insya Allah Taala. Sungguh, Allah telah menyisakan sesuatu darimu untuk kami yang sangat kami butuhkan dan perlukan, yaitu ilmu, fiqih dan pendapat anda. Mudah-mudahan Allah menjadikan hal itu bermanfaat bagimu dan kami. Allah lah Dzat Yang Maha menanggung pahala untukmu dan Yang menjamin balasan kebaikan amalmu."
Urwah bin az-Zubair tetap menjadi menara hidayah, petunjuk kebahagiaan dan penyeru kebaikan bagi kaum muslimin sepanjang hidupnya. Dia sangat peduli terhadap pendidikan anak-anaknya, khususnya, dan anak-anak kaum muslimin lainnya, umumnya. Dia tidak pernah membiarkan kesempatan berlalu tanpa digunakannya untuk memberikan penyuluhan dan nasehat kepada mereka.
Di antara contohnya, dia selalu mendorong anak-anaknya untuk menuntut ilmu ketika berkata kepada mereka,
"Wahai anakku, tuntutlah ilmu dan kerahkanlah segala kemampuan dengan semestinya. Karena, jika kamu sekarang ini hanya sebagai orang-orang kecil, mudahan-mudahan saja berkat ilmu, Allah menjadikan kamu orang-orang besar."
Penuturan lainnya,
"Aduh betapa buruknya, apakah di dunia ini ada sesuatu yang lebih buruk daripada orang tua yang bodoh?."
Dia juga menyuruh mereka untuk menilai sedekah sebagai hadiah yang dipersembahkan untuk Allah Azza wa Jalla. Yaitu, dalam ucapannya,
"Wahai anakku, janganlah sekali-kali salah seorang di antara kamu mempersembahkan hadiah kepada Rabb-nya berupa sesuatu yang dia merasa malu kalau dihadiahkan kepada tokoh yang dimuliakan dari kaumnya. Karena Allah Taala adalah Dzat Yang Paling Mulia, dan Paling Dermawan serta Yang Paling Berhak untuk dipilihkan untuk-Nya."
Dia juga pernah memberikan pandangan kepada mereka (anak-anaknya) tentang tipikal manusia dan seakan mengajak mereka menembus langsung menuju siapa inti dari mereka itu,
"Wahai anakku, jika kamu melihat seseorang berbuat kebaikan yang amat menawan, maka harapkanlah kebaikan dengannya meskipun di mata orang lain, dia seorang jahat, karena kebaikan itu memiliki banyak saudara. Dan jika kamu melihat seseorang berbuat keburukan yang nyata, maka menghindarlah darinya meskipun di mata orang lain, dia adalah orang baik, karena keburukan itu juga memiliki banyak saudara. Dan ketahuilah bahwa kebaikan akan menunjukkan kepada saudara-saudaranya (jenis-jenisnya yang lain), demikian pula dengan keburukan."
Dia juga berwasiat kepada anak-anaknya supaya berlaku lemah lembut, berbicara baik dan bermuka ramah. Dia berkata,
"Wahai anakku, sebagaimana tertulis di dalam hikmah, Hendaklah kamu berkata-kata baik dan berwajah ramah niscaya kamu akan lebih dicintai orang ketimbang cinta mereka kepada orang yang selalu memberikan mereka hadiah."
Bilamana dia melihat manusia cenderung untuk berfoya-foya dan menilai baik kenikmatan duniawi, dia mengingatkan mereka akan kondisi Rasulullah SAW yang penuh dengan kesahajaan kehidupan dan kepapaan.
Di antara contohnya adalah sebagaimana yang diceritakan Muhammad bin al-Munkadir (seorang tabii dari penduduk Madinah, wafat pada tahun 130 H),
"Saat Urwah bin az-Zubair menemuiku dan memegang tanganku, dia berkata, Wahai Abu Abdullah.
Lalu aku menjawab, "Labbaik."
Kemudian dia berkata,
"Saat aku menemui Ummul mukminin Aisyah RA, dia berkata, Wahai anakku.
Lalu aku menjawab, Labbaik.
Beliau berkata lagi, Demi Allah, sesungguhnya kami dahulu pernah sampai selama empat puluh malam tidak menyalakan api di rumah Rasulullah SAW, baik untuk lentera ataupun yang lainnya.
Lalu aku berkata, Wahai Ummi, bagaimana kalian semua dapat hidup?
Beliau menjawab, Dengan dua benda hitam (Aswadân); kurma dan air.
Selanjutnya Urwah bin az-Zubair hidup hingga mencapai usia 71 tahun, yang diisinya dengan kebaikan, kebajikan dan ketakwaan.
Ketika ajal menjelang, dia sedang berpuasa, lalu keluarganya ngotot memintanyanya agar berbuka saja namun dia menolak. Sungguh dia telah menolak, karena dia berharap kalau kelak dia bisa berbuka dengan seteguk air dari sungai Kautsar di dalam bejana emas dan di tangan bidadari. 
 6. ABU UBAIDAH ( SOSOK SESEORANG KEPERCAYAAN PARA UMAT MUHAMMAD)
                 Wajahnya selalu berseri. Matanya bersinar. Tubuhnya tinggi kurus. Bidang bahunya kecil. Setiap mata senang melihat kepadanya. Dia selalu ramah tamah, sehingga setiap orang merasa simpati kepadanya. Di sampmg sifatnya yang lemah lembut, dia sangat tawadhu (rendah hati) dan sangat pemalu.
Tetapi bila menghadapi suatu urusan penting, dia sangat cekatan ba gaikan singa jantan bertemu musuh. Dialah kepercayaan ummat Muhammad. NamanyaAmir bin Abdillah bin Jarrah Al Fihry Al Qurasyi", dipanggil "Abu Ubaidah".
Abdullah bin Umar pernah bercerita tentang sifat sifat yang mulia, katanya: "Ada tiga orang Quraisy yang sangat cemerlang wajahnya, tinggi akhlak dan sangat pe malu. Bila berbicara, mereka tidak pernah dusta. Dan apabila orang berbicara kepada mereka, mereka tidak cepat-cepat mendustakan. Mereka itu ialah: Abu Bakar Shiddiq, Utsman bin Affan, dan Abu Ubaidah bin Jarrah." Abu Ubaidah termasük kelompok pertama masuk Islam. Dia masuk Islam ditangan Abu Bakar Shiddiq, sehari sesudah Abu Bakar masuk Islam.
Waktu itu beliau menemui Rasulullah saw. bersama-sama dengan Abdur Rah man bin Auf, Utsman bin Mazhun dan Arqam bin Abi Arqam untuk mengucapkan syahadat di hadapan beliau. Karena itu mereka tercatat sebagai tiang-tiang pertama dalam pembangunan mahligai Islam yang agung dan indah.
Dalarn kehidupannya sebagai muslim, Abu Ubaidah mengalami masa penindasan yang keras dan kaum Quraisy terhadap kaum muslimin di Makkah, sejak permulaan sampai akhir.
Dia turut menderita bersama-sama kaum muslimin yang mula-mula, merasakan tindakan kekerasan, kesulitan dan kesedihan, yang tak pernah dirasakan oleh pengikut agama-agama lain di muka bumi ini. Walaupun beqitu, dia tetap teguh menerima segala macam cobaan. Dia tetap setia dan membenarkan Rasulullah pada setiap situasi dan kondisi yang berubah-ubah. Bahkan ujian yang dialami Abu Ubaidah dalam perang Badar, melebihi segala macam kekerasan yang pernah kita alami. Abu Ubaidah turut berperang dalam perang Badar.
Dia menyusup ke barisan musuh tanpa takut mati Tetapi tentara berkuda kaum musyrikin menghadang dan menge jarnya kemana dia lari. Terutama seorang laki-laki, mengejar Abu Ubaidah dengan sangat beringas kemana saja. Tetapi Abu Ubaidah selalu menghindar dan menjauhkan diri untuk bertarung dengan orang itu.
Orang itu tidak mau berhenti mengejarnya. Setelah lama berputar-put akhirnya Abu Ubaidah terpojok. Dia waspada menunggu orang yang mengejarnya. Ketika orang itu tambah dekat kepadanya, dalam posisi yang sangat tepat, Abu Ubaidah mengayunkan pedangnya tepat di kepala lawan. Orang itu jatuh terbanting dengan kepala belah dua. Musuh itu tewas seketika dihadapan Abu Ubaidah. Siapakah lawan Abu Ubaidah yang sangat beringas itu? Di atas telah dikatakan, tindak kekerasan terhadap kaum muslirnin telah melampaui batas. Mungkin Anda ternganga bila mengetahui musuh yang tewas di tangan Abu Ubaidah itu tak lain ialah "Abdullah bin Jarrah" ayah kandung Abu Ubaidah. Abu Ubaidah tidak membunuh bapaknya. Tetapi membunuh kemuysrikan yang bersarang dalam pribadi bapaknya.
Orang yang mendapat gelar kepercayaan umat Muhammad" ini ternyata menarik perhatian orang-orang besar, bagaikan besi berani menarik logam di sekitarnya. Muhammad bin Jafar menceritakan, "Pada suatu ketika para utusan kaum Nasrani datang menghadap kepada Rasulullah. Kata mereka, "Ya, Aba Qasim! Kirimlah bersama kami seorang sahabat Anda yang Anda pandang cakap menjadi hakim tentang harta yang menyebabkan kami berselisih sesama kami. Kami senang menerima putusan yang ditetapkan kaum muslimin." Jawab Rasulullah, Datanglah nanti petang, saya akan mengirimkan bersama kalian "orang kuat yang terpercaya" Kata Umar bin Khaththab, "Saya pergi shalat Zhuhur lebih cepat dan biasa. Saya tidak ingin tugas itu diserahkan kepada orang lain, karena saya ingin mendapatkan gelar "orang kuat terpercaya".
Sesudah selesai shalat Zhuhur, Rasulullah menengok ke kanan dan ke kiri. Saya agàk menonjolkan diri supaya Rasulullah melihat saya. Tetapi beliau tidak melihat lagi kepada kami. Setelah beliau melihat Abu Ubaidah bin Jarrah, beliau memanggil seraya berkata kepadanya, Pergilah engkau bersama mereka. Adili dengan baik perkara yang mereka perselisihkan." Maka pergilah Abu Ubaidah dengan para utusan Nasrani tersebut, menyandang gelar "orang kuar yang terpercaya".
Abu Ubaidah bukanlah sekedar orang kepercayaan semata-mata. Bahkan dia seorang yang berani memikul kepercayaan yang dibebankan kepadanya. Keberan itu ditunjukkannya dalam berbagai peristiwa dan tugas yang dipikulkan kepadanya. Pada suatu hari Rasulullah saw. mengirim satu pasukan yang terdiri dari para sahabat untuk menghadang kafilah Quraisy. Beliau mengangkat Abu U,baidah menjadi kepala pasukan, dan membekali mereka hanya dengan sekarung kurma. Tidak lebih dari itu. Karena itu Abu Ubaidah membagi-bagikan kepada para prajuritnya sehari sebuah kurma bagi seorang.
Mereka mengulum kurma itu seperti menghisap gula-gula. Sesudah itu mereka minum. Hanya begitu mereka makan untuk beberapa hari. Waktu kaum muslimin kalah dalam perang Uhud, kaum musyrikin sedemikian bernapsu ingin membunuh Rasulullah saw. Waktu itu, Abu Ubaidah termasuk sepuluh orang yang selalu membentengi Rasulullah. Mereka mempertaruhkan dada mereka ditembus panah kaum musyrikin, demi keselamatan Rasulullah saw. Ketika pertempuran telah usai, sebuah taring Rasulullah ternyata patah. Kening beliau luka, dan di pipi beliau tertancap dua mata rantai baju besi beliau. Abu Bakar menghampiri Rasulullah hendak mencabut kedua mata rantai itu dan pipi beliau. Kata Abu Ubaidah, "Biarlah saya yang mencabut nya!" Abu Bakar menyilakan Abu Ubaidah. Abu Ubaidah kuatir kalau Rasulullah kesakitan bila dicabutnya dengan tangan. Maka digigitnya mata rantai itu kuat-kuat de ngan giginya lalu ditariknya. Setelah mata rantai itu tercabut, gigi Abu Ubaidah tanggal satu. Kernudian digigit nya pula mata rantai yang sebuah lagi. Setelah tercabut, gigi Abu Ubaidah tanggal pula sebuah lagi. Kata Abu Bakar, "Abu Ubaidah orang ompong yang paling cakap."
Abu Ubaidah selalu mengikuti Rasulullah berperang dalam setiap peperangan yang dipimpin beliau, sampai beliau wafat. Dalam musyawarah pemilihan Khalifah yang pertama (Yaumu s-saqifah), Umar bin Khaththab mengulurkan tangannya kepadà Abu Ubaidah seraya berkata, "Saya memilih Anda dan bersumpah setia dengan Anda. Karena saya pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda:. "Sesungguhnya tiap-tiap ummat mempunyai orang dipercayai. Orang yang paling dipercaya dan ummat ini adalah Anda (Abu Ubaidah)." Jawab Abu Ubaidah, "Saya tidak mau mendahului orang yang pernah disuruh Rasulullah untuk mengimami kita shalat sewaktu beliau hidup (Abu Bakar). walaupun sekarang beliau telah wafat, marilah kita imamkan juga dia." Akhfrnya mereka sepakat memilih Abu Bakar inenjadi Khalifah Pentama, sedangkan Abu Ubaidah menjadi penasihat dan pembantu utama bagi Khalifah. Setelah Abu Bakar, jabatan khalifah pindah ke tangan Umar bin Khatthab Al Faruq. Abu Ubaidah selalu dekat dengan Umar dan tidak pernah membangkang perintahnya, kecuali sekali. Tahukah Anda, perintah Khalifah Umar yang bagaimanakah yang tidak dipatuhi Abu Ubaidah? Peristiwa itu terjadi ketika Abu Ubaidah bin Jarrah memimpin tentara muslimin menaklukkan wilayah Syam (Syria).
Dia berhasil rnemperoleh kemenangan demi ke menangan berturut-turut, sehingga seluruh wilayah Syam takluk ke bawah kekuasaannya sejak dan tepi sungai Furat di sebelah Timur sampai ke Asia Kecil di sebelah Utara Sementara itu, di negeri Syam berjangkit penyakit menular (Thaun) yang amat berbahaya, yang belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga korban berjatuhan. Khalifah Umar datang dan Madinah , sengaja hendak menemui Abu Ubaidah. Tetapi Umar tidak dapat masuk kota karena penyakit yang sedang mengganas itu. Lalu Umar menulis surat kepada Abu Ubaidah sebagai berikut: "Saya sangat penting bertemu dengan Saudara. Tetapi saya tidak dapat menemui Saudara karena wabak penyakit sedang berjangkit dalam kota. Karena itu bila surat ini sampai ke tangan Saudara malarn hari, saya harap Saudara berangkat menemui saya di luar kota sebelum Subuh. Dan bila surat ini sampai ke tangan siang hari, saya harap Saudara berangkat sebelum hari petang."
Setelah surat Khalifah tersebut dibaca Abu Ubaidah, dia berkata, "Saya tahu maksud Amirul Muminin memanggil saya. Beliau ingin supaya saya menyingkir dari pe nyakit yang berbahaya ini." Lalu dibalasnya surat Khalifah, katanya; "Ya, Amirul Muminin! Saya mengerti maksud Khalifah memanggil saya. Saya berada di tengah-tenciah tentara muslimin, sedang bertugas memimpin mereka. Saya tidak ingin meninggalkan mereka dalam bahaya yang mengancam hanya untuk menyelamatkan diri sendiri. Saya tidak ingin berpisah dengan mereka, sehingga Allah memberi keputusan kepada kami semua (selamat atau binasa). Maka bila surat ini sampai ke tangan Anda, maafkanlah saya tidak dapat memenuhi permintaan Anda, dan beri izinlah saya untuk tetap tinggal bersama-sama mereka."
Setelah Khalifah Umar selesai membaca surat tersebut, beliau menangis sehingga air matanya meleleh ke pipinya. Karena sedih dan terharu melihat Umar menangis, maka orang yang disamping beliau bertanya, "Ya, Arniral Mu minin! Apakah Abu Ubaidah wafat?" "Tidak!" jawab Umar. "Tetapi dia berada di ambang kematian." Dugaan Khalifah tersebut tidak salah. Karena tidak lama sesudah itu Abu Ubaidah terserang wabak yang sangat berbahaya. Sebelum kematiannya Abu Ubaidah berwasiat kepada seluruh prajuritnya: "Saya berwasiat kepada Anda sekalin. Jika wasiat ini kalian terima dan laksanakan, kalian tidak akan sesat dari jalan yang baik, dan senantiasa berada dalam bahagia. "Tetaplah menegakkan shalat. Laksanakan puasa Ramadhan. Bayar sedekah (zakat). Tunaikan ibadah haji dan umrah. Hendaklah kalian saling menasihati sesama ka lian. Nasihati pemerintah kalian, jangan dibiarkan mereka tersesat. Dan janganlah kalian tergoda oleh dunia. Walaupun seseorang bisa berusia panjang sarnpai senibu tahun, namun akhinnya dia akan menjumpai kematian seperti yang kalian saksikan ini. "Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh…
" Kemudian dia menoleh kepada Muadz bin Jabal. Katanya, "Hai, Muadz! Sekarang engkau menjadi Imam (Panglima)!" Tidak lama kemudian, ruhnya yang suci berangkat ke rahmatullah. Dia telah tiada di dunia fana. Jasadnya tidak lama pula habis dimakan masa. Tetapi amal pengorbanannya akan tetap hidup selama-lamanya. Muadz bin Jabal berdiri di hadapan jamaahnya, lalu dia berpidato:
"Ayyuhannaas! (Hai sekalian manusia!) Kita semua sama-sama merasa sedih kehilangan dia (Abu Ubaidah). Demi Allah! Saya tidak melihat orang yang lapang dada melebihi dia. Saya tidak melihat orang yang lebih jauh dan kepalsuan, selain dia. Saya tidak tahu; kalau ada orang yang lebih menyukai kehidupan akhirat melebihi dia. Dan saya tidak tahu, kalau ada orang yang suka memberi nasihat kepada umum melebihi dia. Karena itu marilah kita memohon rahmat Allah baginya, semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya pula kepada kita semua.
7.SAID BIN AMIR (MEMBELI AKHIRAT DENGAN KEHIDUPAN DUNIA)
                      Wajahnya selalu berseri. Matanya bersinar. Tubuhnya tinggi kurus. Bidang bahunya kecil. Setiap mata senang melihat kepadanya. Dia selalu ramah tamah, sehingga setiap orang merasa simpati kepadanya. Di sampmg sifatnya yang lemah lembut, dia sangat tawadhu (rendah hati) dan sangat pemalu.
Tetapi bila menghadapi suatu urusan penting, dia sangat cekatan ba gaikan singa jantan bertemu musuh. Dialah kepercayaan ummat Muhammad. NamanyaAmir bin Abdillah bin Jarrah Al Fihry Al Qurasyi", dipanggil "Abu Ubaidah".
Abdullah bin Umar pernah bercerita tentang sifat sifat yang mulia, katanya: "Ada tiga orang Quraisy yang sangat cemerlang wajahnya, tinggi akhlak dan sangat pe malu. Bila berbicara, mereka tidak pernah dusta. Dan apabila orang berbicara kepada mereka, mereka tidak cepat-cepat mendustakan. Mereka itu ialah: Abu Bakar Shiddiq, Utsman bin Affan, dan Abu Ubaidah bin Jarrah." Abu Ubaidah termasük kelompok pertama masuk Islam. Dia masuk Islam ditangan Abu Bakar Shiddiq, sehari sesudah Abu Bakar masuk Islam.
Waktu itu beliau menemui Rasulullah saw. bersama-sama dengan Abdur Rah man bin Auf, Utsman bin Mazhun dan Arqam bin Abi Arqam untuk mengucapkan syahadat di hadapan beliau. Karena itu mereka tercatat sebagai tiang-tiang pertama dalam pembangunan mahligai Islam yang agung dan indah.
Dalarn kehidupannya sebagai muslim, Abu Ubaidah mengalami masa penindasan yang keras dan kaum Quraisy terhadap kaum muslimin di Makkah, sejak permulaan sampai akhir.
Dia turut menderita bersama-sama kaum muslimin yang mula-mula, merasakan tindakan kekerasan, kesulitan dan kesedihan, yang tak pernah dirasakan oleh pengikut agama-agama lain di muka bumi ini. Walaupun beqitu, dia tetap teguh menerima segala macam cobaan. Dia tetap setia dan membenarkan Rasulullah pada setiap situasi dan kondisi yang berubah-ubah. Bahkan ujian yang dialami Abu Ubaidah dalam perang Badar, melebihi segala macam kekerasan yang pernah kita alami. Abu Ubaidah turut berperang dalam perang Badar.
Dia menyusup ke barisan musuh tanpa takut mati Tetapi tentara berkuda kaum musyrikin menghadang dan menge jarnya kemana dia lari. Terutama seorang laki-laki, mengejar Abu Ubaidah dengan sangat beringas kemana saja. Tetapi Abu Ubaidah selalu menghindar dan menjauhkan diri untuk bertarung dengan orang itu.
Orang itu tidak mau berhenti mengejarnya. Setelah lama berputar-put akhirnya Abu Ubaidah terpojok. Dia waspada menunggu orang yang mengejarnya. Ketika orang itu tambah dekat kepadanya, dalam posisi yang sangat tepat, Abu Ubaidah mengayunkan pedangnya tepat di kepala lawan. Orang itu jatuh terbanting dengan kepala belah dua. Musuh itu tewas seketika dihadapan Abu Ubaidah. Siapakah lawan Abu Ubaidah yang sangat beringas itu? Di atas telah dikatakan, tindak kekerasan terhadap kaum muslirnin telah melampaui batas. Mungkin Anda ternganga bila mengetahui musuh yang tewas di tangan Abu Ubaidah itu tak lain ialah "Abdullah bin Jarrah" ayah kandung Abu Ubaidah. Abu Ubaidah tidak membunuh bapaknya. Tetapi membunuh kemuysrikan yang bersarang dalam pribadi bapaknya.
Orang yang mendapat gelar kepercayaan umat Muhammad" ini ternyata menarik perhatian orang-orang besar, bagaikan besi berani menarik logam di sekitarnya. Muhammad bin Jafar menceritakan, "Pada suatu ketika para utusan kaum Nasrani datang menghadap kepada Rasulullah. Kata mereka, "Ya, Aba Qasim! Kirimlah bersama kami seorang sahabat Anda yang Anda pandang cakap menjadi hakim tentang harta yang menyebabkan kami berselisih sesama kami. Kami senang menerima putusan yang ditetapkan kaum muslimin." Jawab Rasulullah, Datanglah nanti petang, saya akan mengirimkan bersama kalian "orang kuat yang terpercaya" Kata Umar bin Khaththab, "Saya pergi shalat Zhuhur lebih cepat dan biasa. Saya tidak ingin tugas itu diserahkan kepada orang lain, karena saya ingin mendapatkan gelar "orang kuat terpercaya".
Sesudah selesai shalat Zhuhur, Rasulullah menengok ke kanan dan ke kiri. Saya agàk menonjolkan diri supaya Rasulullah melihat saya. Tetapi beliau tidak melihat lagi kepada kami. Setelah beliau melihat Abu Ubaidah bin Jarrah, beliau memanggil seraya berkata kepadanya, Pergilah engkau bersama mereka. Adili dengan baik perkara yang mereka perselisihkan." Maka pergilah Abu Ubaidah dengan para utusan Nasrani tersebut, menyandang gelar "orang kuar yang terpercaya".
Abu Ubaidah bukanlah sekedar orang kepercayaan semata-mata. Bahkan dia seorang yang berani memikul kepercayaan yang dibebankan kepadanya. Keberan itu ditunjukkannya dalam berbagai peristiwa dan tugas yang dipikulkan kepadanya. Pada suatu hari Rasulullah saw. mengirim satu pasukan yang terdiri dari para sahabat untuk menghadang kafilah Quraisy. Beliau mengangkat Abu U,baidah menjadi kepala pasukan, dan membekali mereka hanya dengan sekarung kurma. Tidak lebih dari itu. Karena itu Abu Ubaidah membagi-bagikan kepada para prajuritnya sehari sebuah kurma bagi seorang.
Mereka mengulum kurma itu seperti menghisap gula-gula. Sesudah itu mereka minum. Hanya begitu mereka makan untuk beberapa hari. Waktu kaum muslimin kalah dalam perang Uhud, kaum musyrikin sedemikian bernapsu ingin membunuh Rasulullah saw. Waktu itu, Abu Ubaidah termasuk sepuluh orang yang selalu membentengi Rasulullah. Mereka mempertaruhkan dada mereka ditembus panah kaum musyrikin, demi keselamatan Rasulullah saw. Ketika pertempuran telah usai, sebuah taring Rasulullah ternyata patah. Kening beliau luka, dan di pipi beliau tertancap dua mata rantai baju besi beliau. Abu Bakar menghampiri Rasulullah hendak mencabut kedua mata rantai itu dan pipi beliau. Kata Abu Ubaidah, "Biarlah saya yang mencabut nya!" Abu Bakar menyilakan Abu Ubaidah. Abu Ubaidah kuatir kalau Rasulullah kesakitan bila dicabutnya dengan tangan. Maka digigitnya mata rantai itu kuat-kuat de ngan giginya lalu ditariknya. Setelah mata rantai itu tercabut, gigi Abu Ubaidah tanggal satu. Kernudian digigit nya pula mata rantai yang sebuah lagi. Setelah tercabut, gigi Abu Ubaidah tanggal pula sebuah lagi. Kata Abu Bakar, "Abu Ubaidah orang ompong yang paling cakap."
Abu Ubaidah selalu mengikuti Rasulullah berperang dalam setiap peperangan yang dipimpin beliau, sampai beliau wafat. Dalam musyawarah pemilihan Khalifah yang pertama (Yaumu s-saqifah), Umar bin Khaththab mengulurkan tangannya kepadà Abu Ubaidah seraya berkata, "Saya memilih Anda dan bersumpah setia dengan Anda. Karena saya pernah mendengar Rasulullah saw. bersabda:. "Sesungguhnya tiap-tiap ummat mempunyai orang dipercayai. Orang yang paling dipercaya dan ummat ini adalah Anda (Abu Ubaidah)." Jawab Abu Ubaidah, "Saya tidak mau mendahului orang yang pernah disuruh Rasulullah untuk mengimami kita shalat sewaktu beliau hidup (Abu Bakar). walaupun sekarang beliau telah wafat, marilah kita imamkan juga dia." Akhfrnya mereka sepakat memilih Abu Bakar inenjadi Khalifah Pentama, sedangkan Abu Ubaidah menjadi penasihat dan pembantu utama bagi Khalifah. Setelah Abu Bakar, jabatan khalifah pindah ke tangan Umar bin Khatthab Al Faruq. Abu Ubaidah selalu dekat dengan Umar dan tidak pernah membangkang perintahnya, kecuali sekali. Tahukah Anda, perintah Khalifah Umar yang bagaimanakah yang tidak dipatuhi Abu Ubaidah? Peristiwa itu terjadi ketika Abu Ubaidah bin Jarrah memimpin tentara muslimin menaklukkan wilayah Syam (Syria).
Dia berhasil rnemperoleh kemenangan demi ke menangan berturut-turut, sehingga seluruh wilayah Syam takluk ke bawah kekuasaannya sejak dan tepi sungai Furat di sebelah Timur sampai ke Asia Kecil di sebelah Utara Sementara itu, di negeri Syam berjangkit penyakit menular (Thaun) yang amat berbahaya, yang belum pernah terjadi sebelumnya, sehingga korban berjatuhan. Khalifah Umar datang dan Madinah , sengaja hendak menemui Abu Ubaidah. Tetapi Umar tidak dapat masuk kota karena penyakit yang sedang mengganas itu. Lalu Umar menulis surat kepada Abu Ubaidah sebagai berikut: "Saya sangat penting bertemu dengan Saudara. Tetapi saya tidak dapat menemui Saudara karena wabak penyakit sedang berjangkit dalam kota. Karena itu bila surat ini sampai ke tangan Saudara malarn hari, saya harap Saudara berangkat menemui saya di luar kota sebelum Subuh. Dan bila surat ini sampai ke tangan siang hari, saya harap Saudara berangkat sebelum hari petang."
Setelah surat Khalifah tersebut dibaca Abu Ubaidah, dia berkata, "Saya tahu maksud Amirul Muminin memanggil saya. Beliau ingin supaya saya menyingkir dari pe nyakit yang berbahaya ini." Lalu dibalasnya surat Khalifah, katanya; "Ya, Amirul Muminin! Saya mengerti maksud Khalifah memanggil saya. Saya berada di tengah-tenciah tentara muslimin, sedang bertugas memimpin mereka. Saya tidak ingin meninggalkan mereka dalam bahaya yang mengancam hanya untuk menyelamatkan diri sendiri. Saya tidak ingin berpisah dengan mereka, sehingga Allah memberi keputusan kepada kami semua (selamat atau binasa). Maka bila surat ini sampai ke tangan Anda, maafkanlah saya tidak dapat memenuhi permintaan Anda, dan beri izinlah saya untuk tetap tinggal bersama-sama mereka."
Setelah Khalifah Umar selesai membaca surat tersebut, beliau menangis sehingga air matanya meleleh ke pipinya. Karena sedih dan terharu melihat Umar menangis, maka orang yang disamping beliau bertanya, "Ya, Arniral Mu minin! Apakah Abu Ubaidah wafat?" "Tidak!" jawab Umar. "Tetapi dia berada di ambang kematian." Dugaan Khalifah tersebut tidak salah. Karena tidak lama sesudah itu Abu Ubaidah terserang wabak yang sangat berbahaya. Sebelum kematiannya Abu Ubaidah berwasiat kepada seluruh prajuritnya: "Saya berwasiat kepada Anda sekalin. Jika wasiat ini kalian terima dan laksanakan, kalian tidak akan sesat dari jalan yang baik, dan senantiasa berada dalam bahagia. "Tetaplah menegakkan shalat. Laksanakan puasa Ramadhan. Bayar sedekah (zakat). Tunaikan ibadah haji dan umrah. Hendaklah kalian saling menasihati sesama ka lian. Nasihati pemerintah kalian, jangan dibiarkan mereka tersesat. Dan janganlah kalian tergoda oleh dunia. Walaupun seseorang bisa berusia panjang sarnpai senibu tahun, namun akhinnya dia akan menjumpai kematian seperti yang kalian saksikan ini. "Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh…
" Kemudian dia menoleh kepada Muadz bin Jabal. Katanya, "Hai, Muadz! Sekarang engkau menjadi Imam (Panglima)!" Tidak lama kemudian, ruhnya yang suci berangkat ke rahmatullah. Dia telah tiada di dunia fana. Jasadnya tidak lama pula habis dimakan masa. Tetapi amal pengorbanannya akan tetap hidup selama-lamanya. Muadz bin Jabal berdiri di hadapan jamaahnya, lalu dia berpidato:
"Ayyuhannaas! (Hai sekalian manusia!) Kita semua sama-sama merasa sedih kehilangan dia (Abu Ubaidah). Demi Allah! Saya tidak melihat orang yang lapang dada melebihi dia. Saya tidak melihat orang yang lebih jauh dan kepalsuan, selain dia. Saya tidak tahu; kalau ada orang yang lebih menyukai kehidupan akhirat melebihi dia. Dan saya tidak tahu, kalau ada orang yang suka memberi nasihat kepada umum melebihi dia. Karena itu marilah kita memohon rahmat Allah baginya, semoga Allah melimpahkan rahmat-Nya pula kepada kita semua.
SAID BIN AMIR AL JUMAHY, termasuk seorang pemuda di antara ribuan orang yang pergi ke Tanim, di luar kota Makkah. Mereka berbondong-bondong ke sana, dikerahkan para pemimpin Quraisy untuk menyaksikan pelaksanaan hukuman mati terhadap Khubaib bin Ady, yaitu seorang sahabat Nabi yang mereka jatuhi hukuman tanpa alasan.

Dengan semangat muda yang menyala-nyala, Said maju menerobos orang banyak yang berdesak-desakan. Akhirnya dia sampai ke depan, sejajar dengan tempat duduk orang-orang penting, seperti Abu Sufyan bin Harb, Shafwan bin Umayyah dan lain-lain.

Kaum kafir Quraisy sengaja mempertontonkan tawanan mereka dibelenggu. Sementara para wanita, anak anak dan pemuda, menggiring Khubaib ke lapangan maut. Mereka ingin membalas dendam terhadap Nabi Muhammad saw., serta melampiaskan sakit hati atas kekalahan mereka dalam perang Badar.

Ketika tawanan yang mereka giring sampai ke tiang salib yang telah disediakan, Said mendongakkan kepala melihat kepada Khubaib bin Ady. Said mendengar suara Khubaib berkata dengan mantap, "Jika kalian bolehkan, saya ingin shalat dua rakaat sebelum saya kalian bunuh…."
Kemudian Said melihat Khubaib menghadap ke kiblat (Kabah). Dia shalat dua rakaat. Alangkah bagus dan sempurna shalatnya itu. Sesudah shalat, Khubaib menghadap kepada para pemimpin Quraisy seraya berkata, "Demi Allah! Seandainya kalian tidak akan menuduhku melama-lamakan shalat untuk melambat-lambatkan waktu karena takut mati, niscaya saya akan shalat lebih banyak lagi." Mendengar ucapan Khubaib tersebut, Said melihat para pemimpin Quraisy naik darah, bagaikan hendak mencincang-cincang tubuh Khubaib hidup hidup.
Kata mereka, "Sukakah engkau si Muhammad menggantikan engkau, kemudian engkau kami bebaskan?"
"Saya tidak ingin bersenang-senang dengan isteri dan anak-anak saya, sementara Muhammad tertusuk duri….," jawab Khubaib mantap.
"Bunuh dia…! Bunuh dia…!" teriak orang banyak.
Said melihat Khubaib telah dipakukan ke tiang salib. Dia mengarahkan pandangannya ke langit sambil mendoa, "Ya, Allah! Hitunglah jumlah mereka! Hancurkanlah mereka semua. Jangan disisakan seorang pun!"
Tidak lama kemudian Khubaib menghembuskan nafasnya yang terakhir di tiang salib. Sekujur tubuhnya penuh dengan luka-luka karena tebasan pedang dan tikaman tombak yang tak terbilang jumlahnya.
Kaum kafir Quraisy kembali ke Makkah biasa-biasa saja. Seolah-olah mereka telah melupakan peristiwa maut yang merenggut nyawa Khubaib dengan sadis. Tetapi Said bin Amir Al-Jumahy yang baru meningkat usia remaja tidak dapat melupakan Khubaib walau sedetikpun. Sehingga dia bermimpi melihat Khubaib menjelma di hadapannya. Dia seakan-akan melihat Khubaib shalat dua rakaat dengan khusyu dan tenang di bawah tiang salib. Seperti terdengar olehnya rintihan suara Khubaib mendoakan kaum kafir Quraisy. Karena itu Said ketakutan kalau-kalau Allah swt. segera mengabulkan doa Khubaib, sehingga petir dan halilintar menyambar kaum Quraisy.
Keberanian dan ketabahan Khubaib menghadapi maut mengajarkan pada Said beberapa hal yang belum pernah diketahuinya selama ini.
Pertama, hidup yang sesungguhnya ialah hidup berakidah (beriman); kemudian berjuang mempertahankan akidah itu sampai mati.
Kedua, iman yang telah terhunjam dalam di hati seorang dapat menimbulkan hal-hal yang ajaib dan luar biasa.
Ketiga, orang yang paling dicintai Khubaib ialah sahabatnya, yaitu seorang Nabi yang dikukuhkan dari langit.
Sejak itu Allah swt. membukakan hati Said bin Amir untuk menganut agama Islam. Kemudian dia berpidato di hadapan khalayak ramai, menyatakan: alangkah bodohnya orang Quraisy menyembah berhala. Karena itu dia tidak mahu terlibat dalam kebodohan itu. Lalu dibuangnya berhala-hala yang dipujanya selama ini. Kemudian diumumkannya bahwa mulai sa at itu dia masuk Islam.
Tidak lama sesudah itu, Sa id menyusul kaum muslimin hijrah ke Madinah. Di sana dia senantisasa mendampingi Nabi s.a.w. Dia ikut berperang bersama beliau, mula mula dalam peperangan Khaibar. Kemudian dia selalu turut berperang dalam setiap peperangan berikutnya.
Setelah Nabi saw. berpulang ke rahmatullah, Said tetap menjadi pembela setia Khalifah Abu Bakar dan Umar. Dia menjadi teladan satu-satunya bagi orang orang mumin yang membeli kehidupan akhirat dengan kehidupan dunia. Dia lebih mengutamakan keridhaan Allah dan pahala daripada-Nya di atas segala keinginan hawa nafsu dan kehendak jasad.
Kedua Khalifah Rasulullah, Abu Bakar dan Umar bin Khaththab, mengerti bahwa ucapan-ucapan Said sangat berbobot, dan taqwanya sangat tinggi. Karena itu keduanya tidak keberatan mendengar dan melaksanakan nasihat-nasihat Sa id.
Pada suatu hari di awal pemerintahan Khalifah Umar bin Khaththab, Said datang kepadanya memberi nasihat.
Kata Said, "Ya Umar! Takutlah kepada Allah dalam memerintah manusia. Jangan takut kepada manusia dalam menjalankan agama Allah! Jangan berkata berbeda dengan perbuatan. Karena sebaik-baik perkataan ialah yang dibuktikan dengan perbuatan.
Hai Umar! Tunjukanlah seluruh perhatian Anda kepada urusan kaum muslimin baik yang jauh maupun yang dekat. Berikan kepada mereka apa yang Anda dan keluarga sukai. Jauhkan dari mereka apa-apa yang Anda dan keluarga Anda tidak sukai. Arahkan semua karunia Allah kepada yang baik. Jangan hiraukan cacian orang-orang yang suka mencaci."
"Siapakah yang sanggup melaksanakan semua itu, hai Said?" tanya Khalifah Umar.
"Tentu orang seperti Anda! Bukankah Anda telah dipercayai Allah memerintah ummat Muhammad ini? Bukankah antara Anda dengan Allah tidak ada lagi suatu penghalang?" jawab Said meyakinkan.
Pada suatu ketika Khalifah Umar memanggil Said untuk diserahi suatu jabatan dalam pemerintahan.
"Hai Said! Engkau kami angkat menjadi Gubernur di Himsh!" kata Khalifah Umar.
"Wahai Umar! Saya memohon kepada Allah semoga Anda tidak mendorong saya condong kepada dunia," kata Said.
"Celaka Engkau!" balas Umar marah. "Engkau pikulkan beban pemerintahan ini di pundakku, tetapi kemudian Engkau menghindar dan membiarkanku repot sendiri."
"Demi Allah! Saya tidak akan membiarkan Anda," jawab Said.
Kemudjan Khalifah Umar melantik Sa Id menjadi Gubernur di Himsh.
Sesudah pelantikan, Khalifah Umar bertanya kepada Said, "Berapa gaji yang Engkau inginkan?"
"Apa yang harus saya perbuat dengan gaji itu, ya Amirul Muminin?" jawab Said balik bertanya. "Bukankah penghasilan saya dan Baitul Mal sudah cukup?"
Tidak berapa lama setelah Sa id memerintah di Himsh, sebuah delegasi datang menghadap Khalifah Umar di Madinah. Delegasi itu terdiri dari penduduk Hims yang ditugasi Khalifah mengamat-amati jalannya pemerintahan di Himsh.
Dalam pertemuan dengan delegasi tersebut, Khalifah Umar meminta daftar fakir miskin Himsh untuk diberikan santunan. Delegasi mengajukan daftar yang diminta Khalifah. Di dalam daftar tersebut terdapat nama-nama si Fulan, dan nama Said bin Amir Al-Jumahy.
Ketika Khalifah meneliti daftar tersebut, beliau menemukan nama Said bin Amir Al-Jumahy. Lalu beliau bertanya "Siapa Sa id bin Amir yang kalian cantumkan ini?"
"Gubernur kami! "jawab mereka.
"Betulkah Gubernur kalian miskin?" tanya khalifah heran.
"Sungguh, ya Amiral Muminin! Demi Allah! Sering kali di rumahnya tidak kelihatan tanda-tanda api menyala (tidak memasak),"jawab mereka meyakinkan.
Mendengar perkataan itu, Khalifah Umar menangis, sehingga air mata beliau meleleh membasahi jenggotnya. Kemudian beliau mengambil sebuah pundi-pundi berisi uang seribu dinar.
"Kembalilah kalian ke Himsh. Sampaikan salamku kepada Gubernur Said bin Amir. Dan uang ini saya kirim kan untuk beliau, guna meringankan kesulitan-kesulitan rumah tangganya" ucap Umar sedih.
Setibanya di Himsh, delegasi itu segera menghadap Gubernur Said, menyampaikan salam dan uang kiriman Khalifah untuk beliau Setelah Gubernur Sa id melihat pundi-pundi berisi uang dinar, pundi-pundi itu dijauhkannya dari sisinya seraya berucap, inna lilahi wa inna ilaihi rajiun. (Kita milik Allah, pasti kembali kepada Allah)."
Mendengar ucapannya itu, seolah-olah suatu mara bahaya sedang menimpanya. Kerana itu isterinya segera menghampiri seraya bertanya, "Apa yang terjadi, hai Sa Id? Meninggalkah Amirul Mu minin?"
"Bahkan lebih besar dan itu!" jawab Said sedih. "Apakah tentara muslimin kalah berperang?" tanya Isterinya pula.
"Jauh lebih besar dari itu!" jawab Said tetap sedih. Apa pulakah gerangan yang Iebih dari itu?" tanya isterinya tak sabar.
Dunia telah datang untuk merusak akhiratku. Bencana telah menyusup ke rumah tangga kita, jawab Said mantap.
"Bebaskan dirimu daripadanya! " kata isteri Said memberi semangat, tanpa mengetahui perihal adanya pundi pundi uang yang dikirimkan Khalifah Umar untuk pribadi suaminya.
"Maukah Engkau menolongku berbuat demikian?" tanya Sa id.
Tentu…;! "jawab isterinya bersemangat.
Maka Said mengambil pundi-pundi uang itu, lalu disuruhnya isterinya membagi-bagi  kepada fakir miskin.
Tidak berapa lama kemudian, Khalifah Umar berkunjung ke Syria, menginspeksi pemerintahan di sana. Dalam kunjungannya itu beliau menyempatkan diri singgah di Himsh. Kota Himsh pada masa itu dinamai orang pula "Kuwaifah (Kufah kedil)", karena rakyatnya sering melapor kepada pemerintah pusat dengan keemahan-kelemahan Gubernur mereka, persis seperti kelakuan masyarakat Kufah.
Tatkala Khalifah singgah di sana, rakyat mengelu-elukan beliau, mengucapkan Selamat Datang.
Khalifah bertanya kepada rakyat, "Bagaimana penilaian Saudara-Saudara terhadap kebijakan Gubernur.
"Ada empat macam kelemahan yang hendak kami laporkan kepada Khalifah," jawab rakyat.
"Saya akan pertemukan kalian dengan Gubernur kalian," jawab Khalifah Umar sambil mendoa: "Semoga sangka baik saya selama ini kepada Said bin Amir tidak salah."
Maka tatkala semua pihak—yaitu Gubernur dan masyarakat—telah lengkap berada di hadapan Khalifah, beliau bertanya kepada rakyat, "Bagaimana laporan saudara-saudara tentang kebijakan Gubernur Saudara-saudara?"
Pertanyaan Khalifah dijawab oleh seorang Juru Bicara.
Pertama: Gubernur selalu tiba di tempat tugas setelah matahari tinggi.
"Bagaimana tanggapan Anda mengenai laporan rakyat Anda itu, hai Sa id?" tanya Khalifah.
Gubernur Said bin Amir Al-Jumahy diam sejenak. Kemudian dia berkata: "Sesungguhnya saya keberatan menanggapinya. Tetapi apa boleh buat.. Keluarga saya tidak mempunyai pembantu. Karena itu tiap pagi saya terpaksa turun tangan membuat adonan roti lebih dahulu untuk mereka. Sesudah adonan itu asam (siap untuk dimasak), barulah saya buat roti. Kemudian saya berwudhu. Sesudah itu barulah saya berangkat ke tempat tugas untuk melayani masyarakat."
"Apa lagi laporan Saudara-saudara?" tanya Khalifah kepada hadirin.
Kedua, Gubernur tidak bersedia melayani kami pada malam hari."
"Bagaimana pula tanggapan Anda mengenai itu, hai Said?" tanya khalifah.
" Ini sesungguhnya lebih berat bagi saya menanggapinya, terutama di hadapan umum seperti ini," kata Sa id. "Saya telah membagi waktu saya, siang hari untuk melayani masyarakat, malam hari untuk bertaqarrub (mendekatkan diri) kepada Allah," lanjut Sa id
"Apa lagi," tanya Khalifah kepada hadirin.
Ketiga: Gubernur tidak masuk kantor sehari penuh dalam sebulan.
"Bagaimana pula tanggapan Anda, hai Said?" tanya Khalifah Umar.
"Sebagaimana telah saya terangkan tadi, saya tidak mempunyai pembantu rumah tangga. Di samping itu saya hanya memiliki sepasang pakaian yang melekat di badanku ini. Saya mencucinya sekali sebulan. Bila saya mencucinya, saya terpaksa menunggu kering lebih dahulu. Sesudah itu barulah saya dapat keluar melayani masyarakat," ucap Said.
Nah, apa lagi laporan selanjutnya?" tanya Khalifah.
Keempat: Sewaktu-waktu Gubernur menutup diri untuk bicara. Pada saat-saat seperti itu, biasanya beliau pergi meninggalkan majlis."
"Silakan menanggapi, hai Gubernur Said!" kata Khali fah Umar.
"Ketika saya masih musyrik dulu, saya pernah menyaksikan almarhum Khubaib bin Ady dihukum mati oleh kaum Quraisy kafir. Saya menyaksikan mereka menyayat-nyayat tubuh Khubaib berkeping-keping. Pada waktu itu mereka bertanya mengejek Khubaib, "Sukakah engkau si Muhammad menggantikan engkau, kemudian engkau kami bebaskan?"
Ejekan mereka itu dijawab oleh Khubaib, "Saya tidak ingin bersenang-senang dengan isteri dan anak-anak saya, sementara Nabi Muhammad tertusuk duri …"
Demi Allah…!" kata Said. "Jika saya teringat akan peristiwa , di waktu mana saya membiarkan Khubaib tanpa membelanya sedikit jua pun, maka saya merasa, bahwa dosaku tidak akan diampuni Allah swt."
Segala puji bagi Allah yang tidak mengecewakanku," kata Khalifah U mar mengakhiri dialog itu.
Sekembalinya ke Madinah, Khalifah Umar mengirimi Gubernur Said seribu dinar untuk memenuhi kebutuhannya.
Melihat jumlah uang sebanyak itu, isterinya berkata kepada Sajd, "Segala puji bagi Allah yang mencukupi kita berkat pengabdianmu. Saya ingin uang ini kita pergunakan untuk membeli bahan pangan dan kelengkapan-kelengkapan lain-lain. Dan saya ingin pula menggaji seorang pembantu rumah tangga untuk kita."
"Adakah usul yang lebih baik dari itu?" tanya Said kepada isterinya.
"Apa pulakah yang lebih baik dari itu? " jawab isterinya balik bertanya.
"Kita bagi-bagikan saja uang ini kepada rakyat yang membutuhkannya. Itulah yang lebih baik bagi kita," jawab Said.
"Mengapa….?" tanya isterinya.
Dengan begitu berarti kita mendepositokan uang ini kepada Allah. Itulah cara yang lebih baik," kata Said.
"Baiklah kalau begitu," kata isterinya. "Semoga kita dibalasi Allah dengan balasan yang paling baik."
Sebelum mereka meninggalkan majlis, uang itu dimasukkan Sa Id ke dalam beberapa pundi, lalu diperintah kannya kepada salah seorang keluarganya:
Pundi ini berikan kepada janda si Fulan. Pundi ini kepada anak yatim Si Fulan. ini kepada si Fulan yang miskin… dan seterusnya."
Semoga Allah swt. meridhai Said bin Amir Al-Jumahy. Dja telah membeli akhirat dengan menghindari godaan kemewahan dunia, dan mengutamakan keridhaan Allah serta pahala yang berlipat ganda di akhirat, lebih dan segala-galanya. Amin!!!.

8.  ZUBAIR BIN AWWAM (PEDANG PERTAMA UMAT ISLAM)

            Ia ahli menunggang kuda dan memiliki keberanian sejak kecil. Sejarah menyebutkan bahwa pedang pertama yang dihunuskan untuk membela islam adalah pedangnya. Pada waktu perang badar, dia memekai kain kafan sebgai ikat kepala. Dia sendiri pada waktu itu berada di barisan sebelah kanan. Para malaikat telah turun persis dengan tanda-tanda yang dia miliki. Dia juga tetap setia bersama-sama dengan Rasulullah SAW pada perang uhud dan berbaiat beliau untuk syahid. Di masa awal, saat jumlah kum muslimin masih sedikit dan masih bermarkas di rumah arqam, terdengar berita bahwa rasulullah terbunuh. Dia langsung menghunus pedang lalu berkeliling kota mekkah laksana tiupan angin kencng, padahal usianya masih muda belia.
            Yang pertama kli dilakukannya adalah mencari kebenaran berita tersebut. Seandainya berita itu benar, ia bertekad menggunakan pedangnya untuk memenggal semua kepala orang-orang kafir quraisy atau ia sendiri yang gugur. di satu tempat, di bagian kota mekkah yang agak tinggi, ia bertemu Rasulullah. Rasulullah menanyakan maksudnya. Ia menceritakan berita yang I dengar dan menceritakan tekadnya. Maka, rasulullah kemudian berdoa agar dia selalu diberi kebaikan dan pedangnya selalu diberi kemenangan.
            Dia adalah Abu Abdillah az-Zubair bin Awwam bin Khuwailid bis asad bin abdil Uzza bin Qushai bin kilab, kita mengenalnya sebagai Zubair bin Awwam. Ibunya bernama shafiyah binti Abdul Muthalib, bibi Rasulullah. Az-Zubair sendiri tergolong pemeluk agama islam pertama, yaitu ketika berusia 8 tahun.
            Ketika paman Zubair mengetahui keislaman Zubair, sang paman pun memasukkan tubuh Zubair ke dalm lipatan tikr yang terbuat dari dedaunan, lalu menyalakan api di bawah gulungan tikar tersebut hingga asp tebal pun naik keatas. Hal ini menyebabkan Zubair hampir meninggal dunia karena merasa sesak nafas. Akan tetapi, dia tidak akan pernah kembali kedalam ‘api’ kekufuran sete;lh di dibina di dalm surga ‘iman’. Maka, api yang telah dinyalakan oleh sang paman  itu pun terasa olehnya seperti sebuah naungan yang menaunginya. Sungguh, cahaya iman telah menerangi hatinya, sehingga dia pun tidak lagi peduli lagi dengan berbagai penderitaan dan siksaan yang dihadapinya saat berjuang dijlan ALLAH SWT.
            Saat perang khandaq, kondisi kaum muslimin sangat buruk, karena pengepungan yang dilakukan terhadap mereka sangat ketat, juga karena penghinatan bani Quraidhah. Karena, rasulullah berseru kepada kaum muslimin, ‘Siapa yang akan pergi ke bani quraidhah untuk memerangi mereka?’. Melihat situasi yang menakutkan ini, tidak ada seorang pun dri kaum muslimin yang mau keluar untuk memerangi mereka. Saat itu Zubair berdiri, lalu berkata, ‘Akulh yang akan keluar, Wahai Rsulullah!’
            Rasulullah mengulangi serunnya itu, tetapi tidak ada seorang pun yang mau keluar, kecuali Zubair. Maka Rasulullah bersabda, ‘Demi ayah dan ibuku, sesungguhnya setiap nabi mempunyai Hawari ( pengikut setia) dan hawariku adalah Zubair. Sejak sat itu Zubair pun menjadi hawari ( pengikut setia) Rasulullah SAW.
            Kaum muslimin telah mengetahui betapa besarnya pengorbanan dan perjuangan Zubair. Bhkan salah seorang kaum muslimin pernah berkata, ‘Sungguh aku telah melihat dada Zubair, dan sungguh pada dada Zubair terdpat goresan-goresan akibat sebetan pedang dan tusukan tombak yang menyerupai aliran-aliran air." Dan Rasulullah menjadikan Zubair sebagai tetangganya di Surga.



0 komentar:

Posting Komentar