1. SEJARAH DAKWAH NABI MUHAMMAD DI MEKKAH
A. Dakwah Nabi Muhammad untuk
Menyempurnakan Akhlak Manusia
Setelah
Nabi Miuhammad SAW menerima wahyu, maka secara resmi beliau telah diangkat
menjadi Rasul oleh Allah SWT. Beliau mempunyai kewajiban untuk membina umat
yang telah berada dalam kesesatan untuk menuju jalan yang lurus. Dakwah Nabi
Muhammad SAW dimulai dari wilayah Makkah di jazirah Arab, walaupun pada
akhirnya ajaran beliau adalah untuk seluruh umat manusia. Jauh sebelum
kerasulan Nabi Muhammad SAW, sebenarnya Allah SWT juga telah mengutus nabi
Ibrahim a.s. dan Nabi Ismail a.s. Kedua Rasul ini telahberhasil membina bangsa
Arab dan masyarakat makkah menjadi orang yang beriman dan henya menyembah
kepada Allah SWT. Bahkan kedua Rasul tersebut juga diperintah Allah SWT untuk
membangun Ka’bah di Makkah. Namun dengan berjalanya waktu, keimanan masyarakat
Makkah menjadi luntur dan berubah menjadi kemusyrikan dengan menyembah patung
dan berhala. Mereka tidak hanya mengalami kerusakan dalam hal aqidah, bahkan
akhlaknya juga rusak.
Nabi
Muhammad SAW sebagai rasul tidak henti-hentinya berusaha memperbaiki akhlak
masyarakat yang sudah rusak tersebut. Untuk memperbaiki akhlak, maka Allah SWT
telah mengutus rasul yang memang semenjak kecil dikenal oleh masyarakat sebagai
orang yang sangat mulia akhlaknya. Sejak masih kecil, remaja, sampai dewasa
Nabi Muhammad sudah dikenal oleh masayarakat Makkah sebagai orang yang
mempunyai kepribadian baik, berbeda dengan kebanyakan orang saat itu.
Penampilannya pun sederhana, bersahaja, dan berwibawa. Ketika ia berjalan
badannya agak condong kedepan, melangkah sigap dan pasti. Raut mukanya
menunjukkan pikirannya yang cerdas, tajam, dan jernih. Pandangan matanya
menunjukkan keteduhan dan kewibawaan, membuatorang patuh kepadanya. Ia juga
dikenal sebagai orang yang jujur dalam setiap perkataan maupun perbuatan.
Dengan sifatnya yang demikian itu tidak heran bila Khadijah, majikannya menaruh
simpati kepadanya, dan tidak pula mengherankan bila Muhammad diberi keleluasaan
mengurus hartanya. Khadijah juga membiarkannya menggunakan waktu untuk berpikir
dan menuangkan hasil pemikirannya. Akhirnya Muhammad dan Khadijah menikah
menjadi sepasang suami istri yang sangat setia dan memiliki anak-anak yang
shalih.
Muhammad
mendapat kurnia Tuhan dalam perkawinannya dengan Khadijah, mereka berada dalam
kedudukan yang tinggi dan harta yang cukup. Seluruh penduduk Makkah
memandangnya dengan rasa segan dan hormat. Mereka mensyukuri karunia Tuhan yang
diberikan kepadanya serta anak dan keturunan yang baik. Semua itu tidak mengurangi
pergaulannya dengan penduduk Makkah baik yang kaya maupun yang miskin. Dalam
kehidupan hari-hari, Muhammad bergaul baik dengan masyarakat sekitar. Bahkan
setelah menikah dengan Khadijah ia lebih dihormati di tengah-tengah masyarakat.
Dengan dihormati orang Muhammad tidak menjadi tinggi hati, namun ia menjadi
semakin rendah hati. Bila ada yang mengajaknya bicara ia mendengarkan dan
memperhatikannya tanpa menoleh kepada orang lain. Perilakunya yang demikian
sangat berbeda dengan kebanyakan orang Makkah yang menjadi sombong dan congkak
ketika dihormati, dan marah-marah ketika merasa tidak dihormati. Muhammad juga
bukan termasuk orang yang suka mengobral perkataan, ia berkata seperlunya, dan
ia lebih banyak mendengarkan. Bila bicara selalu bersungguh-sungguh, tapi
sungguhpun begitu ia sesekali membuat humor dan bersenda-gurau. Sifatnya yang
jujur tersebut juga sangat berbeda dengan kebanyakan orang Makkah yang suka
berbohong, membual, dan sulit dipercaya. Setiap bertemu orang Muhammad selalu
tersenyum. Pada saat-saat tertentu juga bercanda dan terkadang tertawa sampai
terlihat gerahamnya. Bila ia marah tidak pernah sampai tampak kemarahannya,
hanya antara kedua keningnya tampak sedikit berkeringat, hal ini disebabkan ia
menahan rasa amarah dan tidak mau menampakkannya keluar. Semua itu terbawa oleh
kodratnya yang selalu lapang dada, berkemauan baik dan menghargai orang lain.
Ia Bijaksana, murah hati dan mudah bergaul. Tapi ia juga mempunyai tujuan
pasti, berkemauan kuat, tegas dan tak pernah ragu-ragu dalam tujuannya.
Sifat-sifat demikian ini berpadu dalam dirinya dan meninggalkan pengaruh yang
dalam sekali pada orang-orang yang bergaul dengan dia. Bagi orang yang
melihatnya tiba-tiba, sekaligus akan timbul rasa hormat, dan bagi orang yang
terbiasa bergaul dengannya akan timbul rasa cinta kepadanya.
Muhammad
menjalin hubungan baik kepada penduduk Makkah. Ia juga berpartisipasi dalam
kegiatan sosial dalam kehidupan masyarakat hari-hari. Pada waktu itu masyarakat
sedang sibuk karena bencana banjir besar yang turun dari gunung kemudian
menimpa dan meretakkan dinding-dinding Ka’bah yang memang sudah rapuh. Sebelum
itupun masyarakat suku Quraisy memang sudah memikirkannya. Ka’bah yang tidak
beratap itu menjadi sasaran pencuri mengambil barang-barang berharga di dalamnya.
Hanya saja masyarakat suku Quraisy merasa takut kalau bangunannya diperkuat,
pintunya ditinggikan dan diberi atap, dewa Ka’bah yang suci itu akan menurunkan
bencana kepada mereka. Sepanjang zaman Jahiliyyah keadaan mereka diliputi oleh
berbagai macam legenda yang mengancam bagi siapapun yang berani mengadakan
sesuatu perubahan terhadap Ka’bah. Dengan demikian perbuatan itu dianggap tidak
umum.
Tetapi
sesudah mengalami bencana banjir tindakan demikian itu adalah suatu keharusan,
walaupun masih diliputi rasa takut dan ragu-ragu. Bertepatan dengan kejadian
itu, kapal milik seorang pedagang Romawi bernama Baqum yang datang dari Mesir
terhempas di laut dan pecah. Sebenarnya Baqum adalah seorang ahli bangunan yang
mengetahui masalah perdagangan. Sesudah suku Quraisy mengetahui hal ini, maka
berangkatlah al-Walid bin al-Mughira dengan beberapa orang dari Quraisy ke
Jeddah menemui Baqum. Kapal itu kemudian dibelinya, kemudian diajaknya
berunding supaya sama-sama datang ke Makkah guna membantu mereka membangun
Ka’bah kembali. Baqum menyetujui permintaan itu. Pada waktu itu di Makkah ada
seorang Kopti yang mempunyai keahlian sebagai tukang kayu. Persetujuan tercapai
bahwa diapun akan bekerja dengan mendapat bantuan Baqum.
Sudut-sudut Ka’bah oleh suku Quraisy
dibagi empat bagian tiap kabilah mendapat satu sudut yang harus dirombak dan
dibangun kembali. Sebelum bertindak melakukan perombakan itu mereka masih
ragu-ragu dan khawatir akan mendapat bencana. Kemudian al-Walid bin al-Mughira
tampil ke depan dengan merasa sedikit takut. Setelah berdoa kepada
dewa-dewanya, ia mulai merombak bagian sudut selatan. Orang-orang menunggu apa
yang akan dilakukan Tuhan terhadap al-Walid. Tetapi setelah sampai pagi hari
tak terjadi apa-apa, mereka pun beramai-ramai merombaknya dan memindahkan
batu-batu yang ada. Muhammad pun ikut dalam kerja bakti itu.
Sesudah
bangunan itu setinggi orang berdiri dan tiba saatnya meletakkan Hajar Aswad
yang disucikan di tempatnya semula di sudut timur, maka timbullah perselisihan
di kalangan Quraisy, siapa yang seharusnya mendapat kehormatan meletakkan batu
itu pada tempatnya semula. Demikian memuncaknya perselisihan itu sehingga
hampir saja timbul perang saudara. Keluarga Abdud Dar dan keluarga ‘Adi
bersepakat takkan membiarkan kabilah yang manapun campur tangan dalam
kehormatan yang besar ini. Untuk itu mereka mengangkat sumpah bersama. Keluarga
Abdud Dar membawa sebuah baki berisi darah. Tangan mereka dimasukkan ke dalam
baki itu guna memperkuat sumpah mereka. Karena itu lalu diberi nama La’aqatud
Dam, yakni ‘jilatan darah.’ Abu Umayyah bin al-Mughira dari Bani Makhzum,
adalah orang yang tertua di antara mereka. Ia dihormati dan dipatuhi. Setelah
melihat keadaan serupa itu ia berkata kepada mereka: "Serahkanlah putusan
kamu ini di tangan orang yang pertama sekali memasuki pintu Shafa ini." Tatkala
mereka melihat Muhammad adalah orang pertama memasuki tempat itu, mereka
berseru: "Ini al-Amin (orang yang terpercaya) ; kami dapat menerima
keputusannya." Lalu mereka menceritakan peristiwa itu kepada Muhammad.
Iapun mendengarkan dan sudah melihat di mata mereka betapa berkobarnya api
permusuhan itu. Ia berpikir sebentar, lalu katanya: "Kemarikan sehelai
kain," katanya. Setelah kain dibawakan dihamparkannya dan diambilnya batu
itu lalu diletakkannya dengan tangannya sendiri, kemudian katanya;
"Hendaknya setiap ketua kabilah memegang ujung kain ini." Mereka
bersama-sama membawa kain tersebut ke tempat batu itu akan diletakkan. Lalu
Muhammad mengeluarkan batu itu dari kain dan meletakkannya di tempatnya. Dengan
demikian perselisihan itu berakhir dan bencana dapat dihindarkan. Quraisy
menyelesaikan bangunan Ka’bah sampai setinggi delapanbelas hasta (± 11 meter),
dan ditinggikan dari tanah sedemikian rupa, sehingga mereka dapat menyuruh atau
melarang orang masuk. Di dalam Ka’bah itu mereka membuat enam batang tiang
dalam dua deretan dan di sudut barat sebelah dalam dipasang sebuah tangga naik
sampai ke teras di atas lalu meletakkan Hubal di dalam Ka’bah. Juga di tempat
itu diletakkan barang-barang berharga lainnya, yang sebelum dibangun dan diberi
beratap menjadi sasaran pencurian.
Kejadian
ini berlangsung saat Muhammad berusia 35 tahun, dan keputusannya mengambil batu
dan diletakkan di atas kain lalu mengambilnya dari kain dan diletakkan di
tempatnya dalam Ka’bah, menunjukkan betapa tingginya kedudukannya dimata
penduduk Makkah, betapa besarnya penghargaan mereka kepadanya sebagai orang
yang berjiwa besar. Pada tahun 611 M, waktu itu Muhammad berusia 40 tahun
beliau menerima wahyu yang pertama. Di puncak Gunung Hira, – sejauh dua farsakh
sebelah utara Makkah – terletak sebuah gua yang sangat kondusif untuk tempat
menyendiri (berkhalwat). Sepanjang bulan Ramadan tiap tahun Muhammad pergi ke
sana dan berdiam di tempat itu. Ia tekun dalam merenung dan beribadah, menjauhkan
diri dari segala kesibukan hidup dan keributan manusia. Ia mencari Kebenaran
tentang keberadaan Tuhan dan merenungkan keboborokan perilaku sehari-hari
masyarakat Arab saat itu. Demikian kuatnya ia merenung mencari hakikat
kebenaran itu, sehingga lupa ia akan dirinya, lupa makan, lupa segala yang ada
dalam hidup ini. Sebab, segala yang dilihatnya dalam kehidupan manusia
sekitarnya, bukanlah suatu kebenaran.
Ia
merenung untuk mencari jawaban mengenai perilaku masyarakat dalam
masalah-masalah hidup. Apa yang disajikan sebagai kurban-kurban untuk
tuhan-tuhan mereka itu, bukanlah sesuatu yang dapat dibenarkan menurut rasio
dan nurani yang jernih. Berhala-berhala yang tidak berguna, tidak menciptakan
dan tidak pula mendatangkan rejeki, tak dapat memberi perlindungan kepada
siapapun yang ditimpa bahaya tidak selayaknya dipuja dan disembah. Hubal, Lata
dan ‘Uzza, dan semua patung-patung dan berhala-berhala yang terpancang di dalam
dan di sekitar Ka’bah, tak pernah menciptakan seekor lalat sekalipun, atau akan
mendatangkan suatu kebaikan bagi Makkah. Ketika itulah ia percaya bahwa
masyarakatnya telah tersesat, jauh dari kebenaran.Keyakinan mereka terhadap
keberadaan Tuhan telah rusak karena tunduk kepada khayal berhala-berhala serta
kepercayaan-kepercayaan semacamnya. Kebenaran itu ialah Allah, Khalik seluruh
alam, tak ada tuhan selain Dia. Kebenaran itu ialah Allah Pemelihara semesta
alam. Dialah Maha Rahman dan Maha Rahim.
Kebenaran
itu ialah bahwa manusia dinilai berdasarkan perbuatannya. "Barangsiapa mengerjakan
kebaikan seberat atompun akan dilihatNya. Dan barangsiapa mengerjakan kejahatan
seberat atompun akan dilihatNya pula." (Qur’an, 99:7-8) Dan bahwa surga
itu benar adanya dan neraka juga benar adanya. Mereka yang menyembah tuhan
selain Allah mereka itulah menghuni neraka, tempat tinggal dan kediaman yang
paling durhaka. Tatkala ia sedang bertahanuth, ketika itulah datang malaikat
membawa sehelai lembaran seraya berkata kepadanya: "Bacalah!" Dengan
terkejut Muhammad menjawab: "Saya tak dapat membaca". Ia merasa
seolah malaikat itu mencekiknya, kemudian dilepaskan lagi seraya katanya lagi:
"Bacalah!" Masih dalam ketakutan akan dicekik lagi Muhammad menjawab:
"Apa yang akan saya baca."Seterusnya malaikat itu berkata:
"Bacalah! Dengan nama Tuhanmu Yang menciptakan. Menciptakan manusia dari
segumpal darah. Bacalah. Dan Tuhanmu Maha Pemurah. Yang mengajarkan dengan
Pena. Mengajarkan kepada manusia apa yang belum diketahuinya …" Lalu ia
mengucapkan bacaan itu. Malaikatpun pergi, setelah kata-kata itu terpateri
dalam kalbunya.
Setelah
menerima wahyu yang pertama itu maka Muhammad menjadi seorang utusan (rasul),
sehingga dia mempunyai kewajiban untuk menyampaikan ajaran Allah SWT kepada
umat manusia. Setelah menjadi rasul, maka sifat-sifat mulia yang dimilikinya
tdak hanya dimilikinya sendiri, namun dia harus mengajarkan dan memberi teladan
kepada umat manusia untuk berakhlak yang mulia. Nabi Muhammad bersabda :
Artinya : “Diriwayatkan dari Abi
Hurairah, Rasulullah bersabda : “Sesungguhnya aku diutus untuk menyempurnakan
akhlak)” (HR Ahmad).
Artinya : “Barangsiapa yang
menghendaki kemuliaan, maka bagi Allah-lah kemuliaan itu semuanya.
Kepada-Nyalah naik
perkataan-perkataan yang baik dan amal yang saleh dinaikkan-Nya”. (QS Fathir :
10)
Nabi Muhammad mengajarkan bahwa
kemuliaan manusia tidak diukur dari harta, keturunan, suku, keindahan tubuh,
kekuatan, maupun pangkat dan jabatannya dalam masyarakat.
Namun kemuliaan manusia terletak
pada ketaatannya kepada Allah SWT dan kemuliaan akhlaknya, baik berupa sikap,
perkataan, maupun perbuatannya dalam kehidupan sehari-hari. Padahal ketika itu
masayarakat Arab sangat menonjolkan keturunan dan sukunya. Mereka sering
berselisih, bertengkar bahkan berperang agar sukunya menjadi yang paling
terhormat diantara yang lain. Mereka juga sangat membanggakan harta dan
kedudukan. Semakin banyak harta dan memiliki banyak budak, maka mereka merasa
menjadi mulia. Setelah menjadi rasul, Nabi Muhammad SAW memberikan ajaran yang
sangat mulia bahwa sebaik-baik manusia adalah yang memberi manfaat dan dapat
bermanfaat bagi orang lain. Padahal perilaku masyarakat Quraisy saat itu
seringkali menyengsarakan orang lain,, mereka semena-mena terhadap orang-orang
miskin apalagi terhadap budak-budak mereka. Betapa beratnya tugas Nabi Muhammad
SAW untuk membina manusia agar berakhlak mulia ketika kondisi akhlaknya sudah
buruk. Namun semua itu dilakukan beliau dengan penuh kesabaran dan dengan cara
memberi teladan.
B. Nabi Muhammad Sebagai Rahmat bagi
Alam Semesta
Bagi orang-orang yang merasakan
bahwa kehidupan para pembesar dan bangsawan Makkah yang sudah sesat dan
keterlaluan, namun mereka tidak mampu berbuat apa-apa, maka kehadiran Nabi
Muhammad saw. seperti seteguk air saat mereka merasakan dahaga yang sudah
sangat lama. Nabi Muhammad saw. mengajarkan tentang persamaan derajat manusia.
Nabi Muhammad saw. juga mengajarkan agar penyelesaian masalah tidak boleh
dilakukan dnegan cara kekerasan, namun harus dilakukan dengan cara-cara yang
damai dan beradab. Hal ini tercermin dalam tindakan Nabi Muhammad ketika
mendamaikan masyarakat Makkah saat akan meletakkan Hajar Aswad pada
tempatnya.
Nabi
Muhammad mengajarkan agar manusia bekerja keras untuk dapat memenuhi
kebutuhannya, namun ketika menjadi kaya maka dia harus mengasihi yang miskin
dengan cara menyisihkan sebagian hartanya untuk mereka. Orang yang kuat harus
mengasihi yang lemah. Orang tua harus menyayangi anaknya baik anak itu
laki-laki maupun perempuan, sebaliknya anak harus menghormati dan berbakti
kepada orang tuanya walaupun mereka sudah sangat tua. Ketika antar anggota
masyarakat dapat memahami hak dan kewajibannya, saling menghormati, menghargai,
dan mengasihi, maka akan menjadi masyarakat yang damai, aman, tenteram dan
sejahtera. Terbukti, saat ini keadaan Masyarakat Makkah dan Madinah menjadi masyarakat
yang sangat beradab, damai, sejahtera dan mengalami kemajuan yang pesat. Semua
itu diawali dengan ketakwaan mereka kepada Allah dan senantiasa berpegang teguh
kepada ajaran Nabi Muhammad saw. Dengan demikian sesungguhnya Nabi Muhammad
ditus oleh Allah SWT sebagai rahmat bagi seluruh alam. Nabi tidak hanya diutus
untuk penduduk Makkah saja, atau bagi bangsa Arab saja, namun nilai-nilai
yang dibawanya adalah nilai-nilai universal yang dapat meningkatkan martabat
umat manusia sehingga berbeda dengan binatang.
Artinya : “Dan tiadalah Kami
mengutus kamu, melainkan untuk (menjadi) rahmat bagi semesta alam.” (QَS Al
Anbiya : 107}
C. Meneladani Dakwah Nabi Muhammad
SAW dan Para Sahabat di Makkah
Pada
mulanya, dakwah Nabi Muhammad di Makkah dimulai dari sanak keluarga dan kerabat
dekat. Itupun dilakukan secara sembunyi-sembunyi, di rumah salah seorang
sahabat yang bernama Al Arqom bin Abil Arqom Al Makhzumi. Upaya tersebut
membuahkan hasil yang cukup menggembirakan. Kurang lebih tiga tahun ada 39
orang yang menyatakan iman dan Islam, semuanya dari kerabat dekat dan
sahabat-sahabat yang lain. Di antara kerabat dekat yang masuk Islam waktu itu
antara lain Khadijah, Ali bin Abi Thalib, Abu Bakar, Zaid bin Haritsah.
Khadijah, istri nabi, orang yang cukup terpandang dan kaya raya. Abu Bakar,
seorang dermawan yang kaya raya. Ali bin Abi Tholib, seorang pemuda yang cukup
cerdas dan dihormati. Dengan masuk Islamnya orang-orang tersebut membawa
pengaruh besar pada dakwah nabi sampai masa berikutnya. Karena orang-orang tersebut
cukup dihormati di kalangan orang-orang Quraisy.
Di antara
sahabat yang menyusul masuk Islam antara lain Usman bin Affan, Zubair bin
Awwam, Saad bin Abi Waqash, Abdurrahman bin Auf, Fatimah binti Khatab serta
suaminya (Said bin Zaid), Arqam bin Abil Arqam, Thalhah bin Ubaidillah. Mereka
termasuk “Assabiqunal Awwalun”, yakni orang-orang yang pertama kali masuk
Islam. Dakwah secara terang-terangan yang dilakukan Nabi Muhammad saw. mendapat
reaksi cukup keras dari para pemuka dan tokoh Quraisy, antara lain Abu Lahab
(Abdul Uzza), Abu Jahal, Umar ibnu Khatab (sebelum masuk Islam), Uqbah bin Abi
Muatih, Aswad bin Abdi Jaghuts, Hakam bin Abil Ash, Abu Sufyan bin Harb
(sebelum masuk Islam), Ummu Jamil (istri Abu Lahab). Reaksi keras yang
dilakukan oleh para tokoh Quraisy tersebut antara lain berupa ejekan, hinaan,
hasutan, ancaman, dan penganiayaan secara fisik. Hal yang sama juga dilakukan
kepada orang-orang Quraisy sendiri, agar tidak mengikuti seruan Nabi Muhammad.
Namun, Rasulullah tetap tabah dan sabar, dakwah pun tetap dijalankan. Bahkan
semakin terang-terangan dan meluas ke wilayah lain.
Menghadapi
sikap Rasulullah tersebut orang-orang Quraisy bertambah marah, bahkan pernah
merencanakan akan melakukan pembunuhan terhadap Nabi Muhammad. Rencana tersebut
dilakukan menjelang Nabi Muhammad akan hijrah ke Madinah. Atas pertolongan
Allah SWT, waktu itu Nabi selamat dari rencana pembunuhan tersebut. Kemudian
bisa hijrah ke Madinah. Meskipun Nabi Muhammad saw. dengan susah payah dalam
berdakwah karena mendapat tantangan dari Kaum Quraisy, tetapi makin hari makin
didengar orang sehingga makin banyak pengikutnya. Dakwah Nabi Muhammad di Makah
dilakukan kurang lebih selama 13 tahun, dan selebihnya selama 10 tahun Nabi
Muhammad berada di Madinah. Ketika berdakwah di Makkah, tantangan yang dihadapi
oleh Rasulullah dan para sahabat begitu besar. Dari uraian sejarah di atas
dapat diambil pelajaran yang sangat berharga dari cara cara dakwah Rasulullah
yang harus diteladani oleh umat islam, antara lain adalah :
1. Nabi Muhammad berdakwah dengan
keeladanan. Sebelum beliau menyampaikan sesuatu, maka beliau terlebih dahulu
melaksanakanya. Jadi, disamping dakwah dengan lisan, dakwah juga dilakukan
dengan perbuatan, sikap, dan keteladanan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Disampaikan dengan penuh
kehati-hatian, sabar, dan menggunakan bahasa yang halus dan lemah lembut serta
dengan bahasa yang mudah dipahami.
3. Rasulullah saw. memposisikan para
pengikutnya sebagai sahabat, hal ini tercermin dalam sebutan para pengikutnya
yakni dengan sebutan ‘sahabat’. Cara seperti ini menimbulkan rasa simpati yang
luar biasa, karena di dalam Islam nyata-nyata diterapkan kesetaraan.
4. Rasulullah saw. selalu bersama
para sahabat-sahabatnya baik dalam keadaan suka maupun duka, dengan demikian
terjalin persatuan, kesatuan, dan solidaritas umat Islam yang sangat kuat.
Dalam berdakwah Rasulullah saw. tidak pernah memaksakan kehendak, Rasulullah
saw hanya menyampaikan ajaran dari Allah SWT, dan memberikan pemahaman secara
rasional dan dengan hati yang jernih. Mengikuti atau tidak hal itu menjadi hak
pribadi masing-masing. Dengan kata lain, dalam berdakwah Rasulullah saw tidak
pernah menggunakan cara-cara kekerasan.
2. SIFAT-SIFAT NABI MUHAMMAD SAW
1. Beliau biasanya memaafkan musuh
dan para sahabat-sahabatnya yang menyakitinya. Di perang Uhud beliau berdoa
untuk kaum kafir yang menyebabkan mulutnya berdarah
“Ya Allah maafkan mereka yang tidak tahu”
“Ya Allah maafkan mereka yang tidak tahu”
2. Beliau sangat penyantun. Beliau
biasa memberi minum hewan piaraanya dengan ember dan menunggunya hingga
selesai. Beliau membersihkan wajah dan mata kuda tungganganya.
3. Ketika dipanggil, beliau menjawab
dengan berkata “labaik” (ya!)
Beliau tidak pernah melangkahi orang lain. Beliau biasa duduk di kedua kakinya. Ketika menunggang hewan dan melihat ada orang yang berjalan, beliau mengajak orang itu menumpang di hewan tunggangannya.
Beliau tidak pernah melangkahi orang lain. Beliau biasa duduk di kedua kakinya. Ketika menunggang hewan dan melihat ada orang yang berjalan, beliau mengajak orang itu menumpang di hewan tunggangannya.
4. Beliau tidak memandang dirinya
memiliki kelebihan dibanding lainnya. Ketika sedang berada dalam sebuah
perjalanan bersama sahabat-sahabatnya mereka bermaksud memasak seekor kambing.
Salah seorang di antara mereka memberikan kambingnya. Ada yang menawarkan diri
mengulitinya. Ada yang menawarkan sebagai juru masak. Rasulullah SAW kemudian
menawarkan dirinya mencari kayu bakar. Para sahabat
berkata “Ya Rasulullah Anda duduk sajalah. Kami yang akan mencari kayunya.”
Beliau menjawab “ya! saya tahu Anda semua siap melakukannya. Tetapi saya tidak ingin duduk-duduk saja sementara yang lain bekerja. Allah tidak suka kalau ada yang duduk-duduk saja sedang yang lain bekerja. ” Beliau lalu berdiri dan pergi mencari kayu bakar.
berkata “Ya Rasulullah Anda duduk sajalah. Kami yang akan mencari kayunya.”
Beliau menjawab “ya! saya tahu Anda semua siap melakukannya. Tetapi saya tidak ingin duduk-duduk saja sementara yang lain bekerja. Allah tidak suka kalau ada yang duduk-duduk saja sedang yang lain bekerja. ” Beliau lalu berdiri dan pergi mencari kayu bakar.
5. Ketika beliau mengunjungi
sahabat-sahabatnya beliau tidak selalu duduk di bagian depan. Beliau mencari
tempat yang kosong. Ketika beliau datang, sahabat-sahabatnya cepat-cepat
berdiri. Beliau berujar “janganlah kalian berdiri untuk menghormatiku
bersikaplah biasa seperti ketika kalian kedatangan orang lain. Saya seperti
orang lain. Saya makan seperti yang lainnya. Sayapun duduk kalau lelah.”
6. Seringkali nabi duduk di kedua
lututnya. Beliau juga pernah berdiri menggunakan lututnya ketika memeluk
menyambut sahabat-sahabatnya. Beliau tidak pernah membedakan makanan untuknya
dan para pembantunya, demikian juga dalam hal berpakaian. Beliau sering
membantu pelayannya menyelesaikan pekerjaan. Beliau tidak pernah menyumpahi
atau menyakiti orang lain. Anas bin Malik, yang setia melayaninya berkata, “aku
menjadi pelayan Rasulullah selama 10 tahun. Beliau membantuku lebih sering
dibanding aku membantunya. Beliau tidak pernah memarahiku. Beliau tidak pernah
berkata kasar kepadaku.”
7. Beliau suka menambal sendiri
pakaiannya yang sobek, memerah susu kambingnya, dan memberi minum hewan
piaraannya. Beliau sering membawa barang-barang belanjaan sendiri ke rumahnya.
Dalam perjalanan, beliau sering memberi makan hewan tunggangannya.
Kadang-kadang beliau melakukannya sendiri dan kadang-kadang dilakukan oleh
pelayannya.
8. Ketika beliau dipanggil dengan
sebutan pelayan oleh seorang pelayan, sebuah kebiasaan di Madinah, beliau lalu
berjalan dengan pelayan itu beriringan.
9. Beliau sering mengunjungi orang
yang sakit dan menghadiri pemakamannya. Untuk menggembirakan hati si sakit,
beliau mengunjunginya meskipun si sakit kafir atau munafik.
10. Setelah beliau melaksanakan
sholat subuh di Masjid, beliau menghampiri para sahabatnya sambil berkata:
“Adakah yang sakit? Bila ada mari kita mengunjunginya.” Kemudian beliau juga
berkata:”adakah yang meninggal?Bila ada mari kita membantunya.”Kemudian beliau
sering juga berkata:”adakah di antara kalian yang bermimpi sesuatu? Bila ada
mari kita tafsirkan mimpinya.” Bila ada yang meninggal beliau membantu
menyiapkan pemakamnnya dan menyolatkannya serta menghadiri pemakamannya.
11. Ketika beliau tidak melihat
sahabat-sahabatnya selama tiga hari beliau akan menanyaknnya. Bila sahabatnya
itu sedang bepergian beliau mendoakannya, atau bila sahabatnya ada dikotanya
beliau akan mengunjunginya.
12. Beliau selalu mendahului
menyambut orang lain yang dijumpainya.
13. Beliau suka mengendarai unta,
keledai, dan kadang-kadang mengajak oranglain menunggang bersamanya.
14. Beliau suka melayani tamunya dan
para sahabatnya dan beliau menyatakan:
“orang yang paling dekat dengan masyaraktnya adalah orang yang selalu melayani orang lain.”
“orang yang paling dekat dengan masyaraktnya adalah orang yang selalu melayani orang lain.”
15. Tidak seorang pun pernah
menyaksikan beliau tertawa terbahak-bahak. Beliau suka tersenyum kecil.
Kadang-kadang gigi depannya tampak ketika beliau tertawa.
16. Beliau selalu tampak hati-hati
dan cermat. Beliau suka berbicara pelan-pelan. Beliau biasa memulai pembicaraan
dengan senyum.
17. Beliau tidak pernah berbicara
yang mubazir atau tanpa keperluan. Bila beliau memerlukan sesuatu beliau akan
berbicara dengan singkat dan jelas. Terkadang beliau mengulangi pembicaraan
sampai tiga kali agar bias dipahami.
18. Beliau biasa bercanda dengan
orang-orang asing, orang yang pernah dikenalnya, anak-anak, wanita tua, dan
wanita yang menjadi mahramnya (yang tidak boleh dinikahi). Namun demikian, hal
itu tidak membuatnya lupa kepada Allah.
19. Tak seorang pun sanggup
melihatnya berlama-lama karena kemulyaannya. Bila seseorang melihatnya, ia
pasti mulai berkeringat. Beliau sering berkata janganlah engkau ..dirimu! saya
bukanlah raja. Saya bukanlah penjahat. Saya adalah anak dari seorang wanita dan
saya juga makan daging kering.” Sehingga orang lain hilang kekuatirannya dan
menjelaskan masalah yang dihadapinya.
20. Beliau tidak memiliki pengawal
atau penjaga. Setiap orang dapat menemuinya dan mengutarakan masalahnya.
21. Beliau sangat pemalu. Beliau
biasa memperhatikan wajah orang yang mengajaknya berbicara.
22. Beliau tidak pernah
mempermalukan orang akibat kesalahannya. Beliau tidak pernah mengeluhkan orang
lain. Kalau beliau tidak senang dengan kata-kata atau perbuatan orang lain maka
beliau berkata: “heran koq ada orang yang kelakuannya seperti itu.”
23. Meskipun beliau orang yang
memiliki keutamaan, beliau berkata: “Di antara kalian akulah orang yang paling
paham tentang Allah dan paling takut kepada-Nya. Bila kalian tahu apa yang aku
ketahui maka kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.”
24. Hatinya sangat mulya dan
memiliki keberanian. Di perang Hunain, banyak tentara Muslim lari mengumpulkan
harta rampasan perang. Akibatnya di sekitarbeliau hanya tinggal beberapa orang
saja. Selanjutnya pasukan musuh menyerang secara tiba-tiba dan mereka
mengelilingi Rasulullah. Namun Rasululllah tidak bias ditaklukan.
25. Ada seorang pegulat namanya
Rugane. Dia tak terkalahkan. Suatu ketika Rasulullah bertanya padanya “Hei
Rugane mengapa kamu tidak mau beriman?” Rugane meminta nabi menunjukan bukti
bahwa beliau memang sorang Nabi. Nabi menjawab
“baik kita akan bergulat”. “Maukah engkau beriman bila engkau kalah?” Lau Rugane mengiyakan “Ya saya akan beriman.” Pada ronde pertama Rugane kalah dan membuatnya heran. “Mari kita coba sekali lagi.” Tiga kali berturut-turut nabi bias mengalahkan Rugane. Namun demikian
Rugane tetap tidak beriman “tidak, akau tidak mau beriman.” Katanya
“akut tidak berniat beriman, tadinya aku piker aku akan menang.” Lalu sebagai gantinya Rugane memberikan sebagian hewan ternaknya kepada Rasulullah. Ketika rasulullah sudah berjalan menuju mekah Rugane menyusulnya dan berkata
“baik kita akan bergulat”. “Maukah engkau beriman bila engkau kalah?” Lau Rugane mengiyakan “Ya saya akan beriman.” Pada ronde pertama Rugane kalah dan membuatnya heran. “Mari kita coba sekali lagi.” Tiga kali berturut-turut nabi bias mengalahkan Rugane. Namun demikian
Rugane tetap tidak beriman “tidak, akau tidak mau beriman.” Katanya
“akut tidak berniat beriman, tadinya aku piker aku akan menang.” Lalu sebagai gantinya Rugane memberikan sebagian hewan ternaknya kepada Rasulullah. Ketika rasulullah sudah berjalan menuju mekah Rugane menyusulnya dan berkata
26.“Hei Muhammad bila orang-orang
bertanya kepadamu dari mana engkau memperoleh binatang-binatang ini, apa yang
engkau katakan? Aku akan katakan bahwa Rugane memberikannya padaku sebagai
hadiah.
27. Bila orang-orang bertanya mengapa
dia berikan kepadamu, apa yang akan engkau katakan? Saya akan katakan “saya
bergulat dengannya dan mengalahkannya. Kemudian dia memberiku hadiah sebagai
pengakuannya.”
28.Tolong jangan katakan itu karena
wibawa dan kehormatanku akan jatuh. Katakan saja “kata-kataku telah
mempengaruhiny sehingga dia memberikan hadiah padaku.”
29.Aku berjanji demi Tuhanku tidak
akan berkata bohong
3. KEBIASAAN NABI MUHAMMAD SAW
- Selalu shalat sunnah fajar
- Meringankan shalat sunnah fajar
- Membaca surat Al-Ikhlas dan Al-Kafirun dalam shalat fajar (ayat lain yang dibaca Nabi dalam shalat sunnah fajar)
- Berbaring sejenak setelah shalat sunnah fajar
- Mengerjakan shalat sunnah di rumah
- Selalu shalat sunnah empat rakaat sebelum dhuhur
- Mengganti dengan empat rakaat setelah duhur jika tidak sempat shalat sebelumnya
- Shalat sunnah dua atau empat rakaat sebelum ashar
- Shalat sunnah dua rakaat sesudah maghrib
- Shalat sunnah setelah Isya’
- Mengakhirkan shalat Isya’
- Memanjangkan rakaat pertama dan memendekkan rakaat kedua
- Selalu shalat malam (waktu shalat malam Rasulullah saw)
- Menggosok gigi apabila bangun malam
- Membuka shalat malam dengan 2 rakat ringan
- Shalat malam sebelas rakaat (format shalat malam Nabi sebelas rakaat)
- Memanjangkan shalat malamnya
- Membaca surat Al-A’la, Al-Kafirun dan Al-Ikhlas dalam shalat witir
- Mengganti shalat malam di siang hari jika berhalangan
- Shalat dhuha empat rakaat
- Tetap duduk hingga matahari bersinar setelah shalat subuh
- Meluruskan shaf sebelum mulai shlaat jama’ah
- Mengangkat kedua tangan saat takbiratul ihram, akan ruku’ dan bangun dari ruku’
- Meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri
- Mengarahkan pandangan ke tempat sujud
- Merenggangkan kedua tangan ketika sujud hingga tampak ketiaknya yang putih
- Memberi isyarat dengan jari telunjuk ketika tasyahhud dan mengarahkan pandangan ke arah jari telunjuk
- Meringankan tasyahhud pertama
- Meringankan shalat jika berjama’ah
- Menghadap ke arah kanan makmum selesai shalat jama’ah
- Bersegera ke masjid begitu masuk waktu shalat
- Selalu memperbarui wudhu setiap kali akan shalat
- Tidak menshalatkan jenazah yang masih berhutang
- Menancapkan tombak sebagai pembatas jika shlaat di tanah lapang
- Mengajari shalat kepada orang yang baru masuk Islam
- Membaca surat As-Sajdah dan Al-Insan dalam shalat subuh di hari Jum’at
- Memotong kuku dan kumis setiap hari Jum’at
- Mandi pada hari Jum’at
- Memakai pakaian terbaik untuk shalat jum’at
- Memendekkan khutbah Jum’at dan memanjangkan shalat
- Serius dalam khutbahnya dan tidak bergurau
- Duduk di antara dua khutbah Jum’at
- Membaca surat Al-A’la dan Al-Ghasyiyah dalam shalat Jum’at
- Shalat sunnah setelah jum’at
- Tidak langsung shalat sunnah setelah Jum’at
- Mandi sebelum berangkat shalat Id
- Memakai pakaian teraik ketika shalat Id
- Makan terlebih dahulu sebelum berangkat shalat Idul Fitri
- Baru makan sepulang dari melaksanakan shalat Idul Adha
- Shalat Id di tanah lapang
- Mengajak semua keluarganya ke tempat shalat Id
- Memperlambat pelaksanaan shalat Idul Fitri dan mempercepat pelaksanaan shalat Idul Adha
- Langsung shalat Id tanpa Adzan dan Iqomah
- Dua kali khutbah dengan diselingi duduk
- Pergi dan pulang melalui jalan yang berbeda
- Berjalan kaki menuju tempat shalat Id
- Membaca surat Qaaf dan Al-Qamar dalam shalat Id
- Menyembelih hewan kurban di tempat pelaksanaan shalat Id
- Puasa dan berbuka secara seimbang
- Berbuka puasa sebelum shalat maghrib
- Berbuka dengan korma
- Tetap puasa meskipun bangun dalam keadaan junub
- Berpuasa jika tidak mendapatkan makanan di pagi hari
- Membatalkan puasa sunnah jika memang ingin makan
- Banyak puasa di bulan sya’ban
- Puasa enam hari syawal
- Puasa hari Arafah
- Puasa Asyura atau sepuluh muharam
- Puasa hari senin dan kami
- Puasa tanggal 13, 14 dan 15 setiap bulan
- Mencium istri di siang hari
- Memperbanyak sedekah
- Memperbanyak membaca Al-Qur’an
- Mengakhirkan waktu sahur
- Puasa wishal
- Memperbanyak shalat malam (menghidupkan malam ramadhan)
- I’tikaf
- Menghidupkan sepuluh malam terakhir dan membangunkan keluarganya
- Menyuruh para sahabat agar bersungguh-sungguh mencari lailatul qadar
- Tidak pernah mencela makanan
- Tidak makan sambil bersandar
- Makan dan minum dengan tangan kanan
- Makan dengan tiga jari
- Menjilati jari-jemari dan tempat makan selesai makan
- Mengambil nafas tiga kali ketika minum
- Minum dengan duduk dan berdiri
- Mulai makan dari pinggir tempat makan
- Berdo’a sebelum dan sesudah makan
- Tidak pernah kenyang dua hari berturut-turut
- Tidak pernah makan di depan meja makan
- Tidur dalam keadaan suci
- Tidur di atas bahu sebelah kanan
- Meletakkan tangan di bawah pipi
- Meniup kedua tangan dan membaca do’a lalu mengusapkannya ke badan
- Tidak suka tidur sebelum Isya’
- Tidur pada awal malam dan bangun di sepertiga akhir
- Berwudlu dulu jika akan tidur dalam keadaan junub
- Berdo’a sebelum dan setelah bangun tidur
- Membaca do’a jika terjaga dari tidur
- Tidur matanya namun tidak tidur hatinya
- Menyilangkan kaki jika tidur di masjid
- Tidur hanya beralaskan tikar
- Tidak menyukai tidur tengkurap
- Berlindung kepada Allah dari beban perjalanan jika hendak bepergian
- Sengang bepergian pada hari kamis
- Senang pergi pada pagi hari
- Menyempatkan tidur dalam perjalanan di malam hari
- Melindungi diri atau menjauh jika buang haajt
- Berada di barisan belakang saat bepergian
- Bertakbir tiga kali ketika telah berada di atas kendaraan
- Bertakbir saat jalanan naik dan bertasbih saat jalanan menurun
- Berdo’a jika tiba waktu malam
- Berdo’a jika melihat fajar dalam perjalanan
- Berdo’a ketika kembali dari bepergian
- Mendatangi masjid terlebih dahulu saat baru tiba dan shalat dua raka’at
- Mengundi istri-istrinya jika bepergian
- Shalat di atas kendaraan
- Menghadap ke arah kiblat terlebih dahulu jika shalat di atas kendaraan
- Mendo’akan orang yang ditinggal pergi
- Mendo’akan orang yang akan bepergian
- Memberi bagian tersendiri kepada orang yang diutus pergi
- Senang berdoa dengan do’a yang ringkas
- Membaca istighfar tiga kali dan berdzikir selepas shalat
- Membaca istighfar tujuh puluh kali hingga seratus kali setiap hari
- Membaca shalat dan salam atas dirinya jika masuk dan keluar dai masjid
- Membaca do’a di pagi dan sore hari
- Membaca do’a di akhir majlis
- Membaca do’a saat keluar rumah
- Berdo’a jika masuk dan keluar kamar kecil
- Berdoa jika memakai pakaian baru
- Berdo’a jika merasa sakit
- Berdo’a jika melihat bulna
- Memanjatkan do’a di saat sulit
- Berdo’a jiika takut pada suatu kaum adan saat bertemu musuh
- Berdo’a jika bertiup angin kencang
- Selalu mengingat Allah di setiap waktu
- Mengulangi perkataan hingga tiga kali dan bicara dengan suara yang jelas
- Selalu mendahulukan yang kanan
- Menutup mulut dan merendahkan suara apabial bersin
- Tidak menolak jika diberi minyak wangi
- Tidak pernah menolak hadiah
- Selalu memilih yang lebih mudah
- Bersujud syukur jika mendapat kabar gembira
- Bersujud tilawah jika membaca ayat sajdah
- Tidak datang ke rumah pada wkatu malam melainkan pada pagi dan sore hari
- Tidak suka berbincang-bincang setelah Isya’
- Tidak senang menyimpan harta dan selalu memberi jika ada yang meminta
- Mengulang salam hingga tiga kali
- Turut mengerjakan pekerjaan rumah
- Pergi ke masjid Quba setiap sabtu
- Sangat marah jika hukum Allah dilanggar namun tidak marah jika dirinya disakiti
- Berubah warna mukanya jika tidak menyukai sesuatu
- Memilih waktu yang tepat dalam menasehati
- Tidak bohong dalam bergurau
- Berdiri apabila melihat iringan jenazah
- Baru mengangkat pakaian jika telah dekat dengan tanah saat buang hajat
- Buang air kecil dengan jongkok
- Bermusyawarah jika membicarakan suatu masalah yang penting
- Menyuruh istrinya agar memakai kain jika ingin menggaulinya dalam keadaan haidh
0 komentar:
Posting Komentar